AREMA CINTA SEJATIKU
Cerita ini
merupakan kisah nyata seorang tante yang juga merupakan aremanita yang
ayas temui di tribun VIP stadion kanjuruhan, kab. MALANG. Beliau
merupakan tokoh salah satu korwil yang ada di luar Ngalam. Saya
menuliskan apa yang saya tangkap dari apa yang diceritakan oleh tante
Nita kepada ayas waktu di tribun VIP. Tante Nita bercerita mengenai
pengalaman hidupnya.
Sekitar
sepuluh
tahun yang lalu, Nita sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha
menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Nita
akan dipersunting oleh pria yang bernama Toni
Toni merupakan teman
SMP Nita dan Toni lah yang pertama mengenalkannya dengan AREMA, awalnya
Nita tak mengerti sama sekali dengan apa itu AREMA, dan suatu saat Nita
di ajak oleh Toni untuk datang ke Kanjuruhan. Dan dari situ Nita pun
terkesan dengan aremania mulai dari kekompakannya, keaktraktifannya,
keloyalalanya, maupun kefanatismenya mungkin inilah yang disebut dengan
cinta pada pandangan pertama. Mereka telah mengenal selama 10 tahun.dan
mulai berpacaran selama 7 tahun atau sejak duduk di bangku SMA. Mereka
bahkan telah bertunangan dan 2 minggu kedepan mereka akan melaksanakan
ijab kabul. Mereka berdua sepakat kalau resepsinya kelak akan sangat
khas AREMA. Mualai dari gaunnya, dekorasi tempatnya, cinderamata berupa
syal AREMA dan terdapat tulisan nama mereka. Atau bahkan mereka punya
rencana kalau bisa tempatnya di stadion kajuruhan dengan para tamu
undangan diwajibkan mengenakan atribut AREMA.
Entah mimpi apa semalam. Tiba-tiba Nita dikejutkan oleh sebuah berita.
Adiknya Toni : “mbak Nita, mbak Nita. Mas Toni...mas Toni...kena musibah !”
Nita : ”innalillahi wa inna illahi roji’ un....”
Saat itu Nita tak mengetahui musibah apa yang menimpa Toni. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya
Adiknya Toni : “mas Toni...kecelakaan dan..meninggal...”
Nita : “innalillahi wa inna illahi roji’ un....”
.........dan Nita kemudian pingsan.........
Setelah bangun, dihadapkan oleh mayat tunangannya. Nita yang shok berat
tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.
Ketika memandikan jenazahnya, Nita terdiam. Nita hanya bisa memeluk
boneka singa yang dulu dibelikan oleh Toni dan di boneka itu terdapat
bordiran nama mereka berdua dan seolah tak mau melepasnya karna mungkin
itu pemberian yang sangat berarti baginya, hingga orang tua Toni mencoba
meminta Nita agar tabah menghadapi semua ini.
Setelah dikuburkan,
Nita tetap terdiam. Ia berdo’a khusyuk di depan kuburan Toni sambil
membawa boneka singanya, orang di sekitar mungkin menganggapnya aneh
atau bahkan gila tapi Nita tak mempedulikannya.
Sampai seminggu ke
depan, Nita tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak
banyak bicara, kalau mau bicara pun ia akan bicara kepada bonekanya.
Skripsinya terlantar begitu saja. Orang tua Nita pun cemas melihat sikap
anaknya tersebut. Ia pun tak pernah keluar dari kamarnya, ia mau keluar
hanya ketika ada siaran langsung AREMA saja. Atau keluar rumah ketika
ada pertandingan arema saja dan ia selalu menitihkan air matanya. Sama
seperti ayas pertama melihatnya, ia sedang menagis di tribun VIP sambil
memeluk boneka singa. padahal waktu itu Arema berhasil membuat gol dan
mengalahkan lawannya.
Mungkin karna dengan melihat Arema ia bisa merasakan kembali saat-saat indah bersama Toni.
~~~tiga bulan kemudihan~~~
Skripsi Nita belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak
karna mengerti keadaan Nita. Sepeninggal Toni, Nita masih meratapi dan
merasa Toni hanya pergi jauh atau tour ke luar kota untuk mendukung
AREMA berlaga. Nanti juga kembali dan bercerita tentang kemenangan
AREMA, pikirnya.
Di dalam wajah senduhnya, ada seorang pria yang
tertarik melihat Nita. Satria namanya. Ia tertarik degan paras Nita yang
pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Nita dan ia mendegar
kisah lengkap tentang Nita dari teman-temanya termasuk kisahnya dengan
Toni.
Setelah mendapat berbagai informasi tentang Nita, ia pun coba
mendekati Nita.Nita yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan
kehadiran satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.
Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Nita pun sedikit luluh
karna ternyata Satria juga merupakan seorang aremania. Mungkin saat itu
pikir Nita kalau ke stadion tidak perlu sendirian lagi sepeninggal Toni,
Nita pun mengajak Satria ke kuburan Toni sambil membawa boneka
singanya. Di sana Nita meminta Satria untuk meminta ijin kepada Toni
untuk berhubungan dengan Nita dan berjanji tidak akan melarang Nita
menjadi aremanita sejati sampai akhir nanti seperti janji Toni kepada
Nita dulu. Satria yang begitu menyayangi Nita menuruti permintaan
perempuan itu. Ia pun berdoa dan meminta ijin kepada kuburan Toni dan
juga “berbicara” kepada boneka singa yang dibawa Nita. Karna menurut
Nita boneka singa itulah “TONI”.
Masa pacaran Nita dan Satria begitu
unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Toni
untuk meminta ijin sekaligus memberitahu hari ini mereka akan pergi
kemana dan bercerita bagaimana arema saat ini. Dan ketika kekuburan pun
mereka selalu membawa boneka singa. Hal itu terus terjadi berulang-ulang
dan seolah sudah menjadi tradisi bagi mereka. Tampaknya posisi Toni di
hati Nita tak ada yang akan menggeser. Tetapi Satria sangat mengerti
akan hal itu dan tetap rela bersanding dengan Nita, walaupun sebagai
yang ketiga di hati Nita setelah AREMA dan Toni.
Setahun sudah masa
pacaran mereka, skripsi Nita sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia
lulus dengan nilai yang baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Nita
Sebelum melamar Nita, Satria mengunjungi kuburan Toni sendirian dan
membawa boneka singa milik Nita. Di sana ia mengobrol degan batu nisan
dan boneka tersebut, membacakan yasin, sekaligus meminta ijin untuk
melamar Nita. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya melamar Nita.
Nita tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Nita masih terkenang
sosok Toni. Nita meneceritakan bagaimana perasaanya kepada Toni dan
bagaimana posisi Toni di hatinya. Satria menerima itu dengan lapang
dada. Baginya, Nita adalah prioritas utamanya. Apa pun keinginan Nita,
ia akan menuruti semua itu, asalkan Nita bahagia.
Nita pun akhirnya menerima lamaran satria
~~~beberapa bulan setelah menikah ~~~
Di rumah yang damai terpampang foto perkawinan Nita dan Satria. Tak
jauh dari foto tersebut ada foto pernikahan Nita ukuran 4R. Foto
perkwinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang
wajah Nita dan Toni.
Ya,Nita yang masih mencintai Toni mengganti
foto pasangan di sebelahnya dengan wajah Toni. Foto itupun terletak tak
jauh dari foto perkawinan Satria dan Nita. Sekilas terlihat foto
tersebut hasil rekayasa Nita. Namun Satria mengijinkan Nita meletakkan
foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.
Bagaimanapun
Nita akan tetap mencintai Toni sekaligus mencintai Satria, suami
tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati seperti
para pungawa singa yang tidak hanya terlihat garang tapi juga memiliki
jiwa yang besar, baginya cinta sejatinya adalah Nita. Apapun yang Nita
lakukan, ia berusaha menerima keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu di
cemburui dari sekedar boneka singa ataupun batu nisan. Ia tetap
menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah,
hingga saat ini........
Mendengar cerita di atas, terus terang ayas
sedih, terharu, sekaligus miris. ayas kagum dengan sosok Satria yang
benar-benar mencintai tante Nita. Saya juga mengerti kepedihan tente
NIta ketika ditinggal tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan
orang yang sudah membekas dihatinya.