Sabtu, 24 November 2012

Cerita Aremania Dan Aremanita 7

SURAT KECIL untuk AREMA

Ku tulis surat ini dengan tetesan air mata yang jatuh membasahi kertas kusam dan kusut warna biru seperti warna kebesaranmu dengan tangan yang seolah tak kuat menopang beban pena ini. Namun ku tetap berjuang menyelesaikannya, seperti engkau menyelesaikan musim yang indah ini dengan perjuangan dan pengorbananmu. Satu dua kalimat pena ini selalu jatuh bersamaan dengan jatuhn

ya bair mata ini ketika menuliskan kata yang penuh makna AREMA. Ya, dalam hati ini seolah terdapat rasa besalah karena aku yang dengan bangga menyebutkan diriku sebagai aremania namun tak bisa menjalankan apa yang menjadi kewajibanku sebagai aremania yakni mendukungmu dalam keadaan apapun. Sah-sah saja kau menyebutku munafik karna ibarat orang yang mengaku muslim tapi tak pernah menjalankan sholat. Rasa bersalah itu selalu muncul dari dalam diri ini seperti sesuatu yang keluar dari dalam bumi dan menggetarkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya tak peduli dia terlibat atau tidak. Dulu ketika kau meraih kemenagan demi kemenangan bahkan hingga kau berhasil membawa pulang mahkota juara ke kotamu, kota para kesatria, kota para pemberani Bhumi AREMA. Dengan lantang ku menyebut inilah klubku, klub kebanggananku, klub yang menelurkan para pemain muda berbakat. Dan inilah klub yang berjuluk singo edan AREMA
.
Dulu ku datangi kotamu, ku masuki stadionmu, ku gemuruhkan kandangmu. Dlu juga ku gunakan atributmu mulai dari kotaku “kota lumpur” begitulh orang menyebutnya. Ku gunakan soak kebesaran berwarna biru bergambarkan kepala singa yang sedang mengaung seolah ingin memangsa lawan-lawannya dan juga gambar udang dan banden di sisi kana kirinya, agar orang tau inilah aku aremania sidoarjo yang jauh-jauh datang ke kotamu utuk satu tujuan yakni mendukung klub kebanggaan kita semua AREMA. Tak lupa pula ku lilitkan syal warn biru bertuliskan FORZA AREMA i leherku dan tak lupa pula ku bawa tas berbetuk singa yang ku “slempangkan” di sisi kiriku seolah ialah yang menjagaku dalam perjalanan menuju kotamu.

~ TAPI ITU DULU ~ ketika kau seolah selalu meraih kemenangan dalam setiap laga yang engkau jalani baik dalam setiap laga kandang maupun tandangmu. Kini ketika kau terpuruk di awal musim apa yang ku lakukan?. Ku seolah tak peduli dengan apa yang kau alami AREMA. Jangankan datang meggeruhmuhkan kandangmu datang ke kotamu pun aku tak pernah. Bahka yang paling parah ketika ku seolah malu menggunakan atributmu yang dulu begitu aku banggakan, aku eluh-eluhkan.
Selain itu aku juga malu ketika temen-temenku menyindir “itu a klub mu?”. Tak hanya itu aku juga takut jadi musuh di lingkunganku yang merupakan basis anak “ijo” yang tak lain merupakan rival abadimu. Dan yang paling parah lai adalah ketika kau terpuruk di awal musim dulu ku alihkan dukunganku kepada klub dikotaku. Kenapa ku alihkan dukunganku ?. karna aku ingin merasakan bagaimana atmosfir yang dulu ku rasakan begitu menginjakkan kaki ini di kandangmu ketika kau berjaya dulu. Tapi apa yang ku harapkan hampa aadanya. Ku tak merasakan sama sekali atmosfir itu. Selain itu aku juga tak merasakan bagaiman gemuruh, semangat, kebersamaan atau bahkan rasa haru yang dulu aku rasakan di kandangmu KANJURUHAN.

Ayas tau apaka ayas masih bisa disebut aremania, atau paling tidak fans dari AREMA, karna aku baru datang ke kotamu, ku masuki stadionmu, ku gemuruhkan kandangmu dan yang lebih parah ku juga ikut bersoarak dengan yang lain ketika kau meraih apa yang sering dulu kau berikan kepadaku yakni sebuah kemenangan di putaran ke dua ini.

Maafkan aku AREMA
Maafkan aku AREMA
Maafkan aku yang dulu meninggalkanmu di saat kau membutuhkan aku, dan apakah aku masih kau ijinkan meginjakan kakiku ini di kndangmu. Kalau memang kau tak rela aku sangat ikhlas menerimanya karna memang aku takpantas berada di sisimu saat ini, saat kau bersuka cita merayakan targetmu, lolos dari jurang dregadasi. Kalau ada istilah retropus durhaka, ya akulah ini orangnya. Retropus yang tak bisa membalas apa yang sudah di berikan oleh klub kpadanya. Ketika kau terpuruk justru aku seolah tak mengenalmu. Maafkan aku AREMA. Kau memang tak pernah membedakan aku yang dulu mendukugmu ketika kau berjaya dan baru kembali setelah kau kembali “berjaya” dengan mereka yang selalu mendukungmu dalam keadaan apapun tak peduli ku berjaya atau terpuruk sekalipun mereka selalu ada di sisimu. Namun rasa berdosa itu selalu ada dalam diriku.

Apa lagi waktu ku baca kata-kata yang ada di bagian punggung kaos perkumpulan AREMAku. Yang bunyinya: jangan tanyakan kapan arema juara bila kalian hanya bisa mencela disaat arema kalah, dan hanya mendukung disaat arema selalu menang” entah disengaja atau tidak nawak-nawak membuat itu, tapi yang pasti kata-kata itu sangat menyindir diriku ini. Dan membuatku semakin merasa berdosa padamu AREMA.

MAAFKAN AYAS AREMA
MAAFKAN AYAS AREMA

Aku beranji pada diriku sendiri agar tak mengulangi kesalahan yang bodoh ini dikemudian hari apa pun yang terjadi padamu. Ini ku jadikan sebagai pembelajaran bagiku agar menjadi suporter yang lebih dewasa. Ayas menerima dengan ikhlas ketika ayas sampai kapanpun tak akan pernah bisa disebut sebagai aremania sejati karna kebodohan ini, tapi ayas mohon dengan sangat biarkanah kaki ini menemani perjuanganmu mengarungi musim demi musim yang kau lalui. Ayas lebih suka disebut sebagai pecinta AREMA daripada disebut sebagai aremania. Karna ayas sudah menghianati dirimu AREMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar