Memang AREMA telah menyelesaikan musim ini dengan memenuhi targetnya. Tapi di balik itu semua ada sebuah kisah yang di alami oleh salah satu AREMANITA licek. Dulu ketika AREMA terseok-seok di dasar klasemen ia pun memanjatkan doa kepada-Nya agar AREMA tak terdegradasi dan ia pun ber”NAZAR”. Apa nazarnya berikut kisahnya.
Suatu di pagi yang cerah terdapat sebuah keluar
ga
yang sedang sarapan bersama. Dan terdapat beberapa hidangan di meja
makan. Namun sang aremanita licek yang masih berusia 8 tahun ini harus
di hadapkan pada sebuah hidangan yang sangat tidak di sukainya yakni
yogurt. Sang Ibu pun memaksanya untuk memakan hidangan itu karna itu
bagus untuk pertumbuhannya. Dan sang Ibu pun berkata: “Yah, suruh tuh
Sindu menghabiskan yogurtnya”. Ayah Sindu mengambil mangkok dan
berkata: “Sindu sayang, demi Ayah, maukah kamu makan beberapa sendok
yogurt ini? Kalau tidak, nanti Ibumu akan marah sama Ayah.
Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata: “Ayah, Sindu akan makan yogurt ini, tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya, tapi Sindu minta sesuatu sama Ayah, apakah Ayah mau berjanji memenuhi permintaan Sindu?”. Ayah menjawab: “oh pasti, sayang”. Sindu tanya sekali lagi: “betul nih yah ?”.
Sindu juga mendesak Ibunya untuk janji hal yang sama, sang Ibu pun menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata bahwa ia menyetujui permintaan Sindu. Ayah yang sedikit khawatir dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang lain yang mahal ya, karena Ayah saat ini tidak punya uang”.
Sindu menjawab: “jangan khawatir, Sindu tidak minta barang mahal kok”. Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua yogurt di depannya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekati orangtuanya dengan mata penuh harap. Ternyata Sindu ingin kepalanya digundulin/dibotakin karna sudah bernazar kalau nanti klub yang dicintainya AREMA lolos dari jurang degradasi. Sang Ibu pun spontan berkata: “permintaan gila, anak perempuan dibotakin, ini pasti karna kamu sering nonton AREMA di TV”
sang Ayah pun mencoba membujuk Sindu untuk tidak melakukan nazarnya. tapi Sindu tetap dengan pilihannya, ia pun berkata kepada Ayahnya kalau ini adalah sebuah nazar jadi harus dilakukan sebagaimana agama telah mengajarnya.
sang Ayah coba memohon kepada Sindu: “tolonglah nak, bagaimana kata para tetangga nanti”.
Sindu dengan menangis berkata: “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya Sindu menghabiskan yogurt itu dan Ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan Sindu. Kenapa Ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti pesan nabi kita Muhammad S.A.W.”.
akhirnya sang Ayah pun luluh dan menuruti permintaan Sindu.
Secara spontan sang Ibu pun berkata: “apakah Ayah sudah gila?
sang Ayah menjawab: “Tidak, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri”.
Permintaan Sindu pun akhirnya dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dangan matanya yang besar dan bagus.
Hari Senin, sang Ayah mengantarkan Sindu ke sekolah, sekilas sang Ayah melihat Sindu yang botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepada sang Ayah. Sambil tersenyum sang Ayah membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak: “Sindu tolong tunggu saya”.
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.
sang Aayah pun berpikir mungkin ”botak” merupakan hairstyle jaman sekarang karna bebrapa punggawa AREMA juga botak. Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil yang di tumpangi anak laki-laki tersebut dan berkata: “Anak bapak, Sindu benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dengannya sekarang, adalah Benny anak saya, dia menderita kanker leukemia”. Wanita itu berhenti sejenak, menangis tersedu-sedu. Dan ia melanjutka perkataannya: “minggu lalu Benny tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy Benny pun menjadi botak. Karna botak ia pun tidak mau pergi ke sekolah karna takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah menonton AREMA bersama Benny dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Benny. Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Allah karna mempunyai anak perempuan yang berhati mulia”.
sang AYAH pun berdiri terpaku dan menangis,berkata “Sindu kau lah malaikat kecilku. Kau telah mengajari Ayah tentang arti sebuah janji dan rela berkorban demi sesama”.
Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata: “Ayah, Sindu akan makan yogurt ini, tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya, tapi Sindu minta sesuatu sama Ayah, apakah Ayah mau berjanji memenuhi permintaan Sindu?”. Ayah menjawab: “oh pasti, sayang”. Sindu tanya sekali lagi: “betul nih yah ?”.
Sindu juga mendesak Ibunya untuk janji hal yang sama, sang Ibu pun menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata bahwa ia menyetujui permintaan Sindu. Ayah yang sedikit khawatir dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang lain yang mahal ya, karena Ayah saat ini tidak punya uang”.
Sindu menjawab: “jangan khawatir, Sindu tidak minta barang mahal kok”. Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua yogurt di depannya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekati orangtuanya dengan mata penuh harap. Ternyata Sindu ingin kepalanya digundulin/dibotakin karna sudah bernazar kalau nanti klub yang dicintainya AREMA lolos dari jurang degradasi. Sang Ibu pun spontan berkata: “permintaan gila, anak perempuan dibotakin, ini pasti karna kamu sering nonton AREMA di TV”
sang Ayah pun mencoba membujuk Sindu untuk tidak melakukan nazarnya. tapi Sindu tetap dengan pilihannya, ia pun berkata kepada Ayahnya kalau ini adalah sebuah nazar jadi harus dilakukan sebagaimana agama telah mengajarnya.
sang Ayah coba memohon kepada Sindu: “tolonglah nak, bagaimana kata para tetangga nanti”.
Sindu dengan menangis berkata: “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya Sindu menghabiskan yogurt itu dan Ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan Sindu. Kenapa Ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti pesan nabi kita Muhammad S.A.W.”.
akhirnya sang Ayah pun luluh dan menuruti permintaan Sindu.
Secara spontan sang Ibu pun berkata: “apakah Ayah sudah gila?
sang Ayah menjawab: “Tidak, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri”.
Permintaan Sindu pun akhirnya dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dangan matanya yang besar dan bagus.
Hari Senin, sang Ayah mengantarkan Sindu ke sekolah, sekilas sang Ayah melihat Sindu yang botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepada sang Ayah. Sambil tersenyum sang Ayah membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak: “Sindu tolong tunggu saya”.
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.
sang Aayah pun berpikir mungkin ”botak” merupakan hairstyle jaman sekarang karna bebrapa punggawa AREMA juga botak. Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil yang di tumpangi anak laki-laki tersebut dan berkata: “Anak bapak, Sindu benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dengannya sekarang, adalah Benny anak saya, dia menderita kanker leukemia”. Wanita itu berhenti sejenak, menangis tersedu-sedu. Dan ia melanjutka perkataannya: “minggu lalu Benny tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy Benny pun menjadi botak. Karna botak ia pun tidak mau pergi ke sekolah karna takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah menonton AREMA bersama Benny dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Benny. Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Allah karna mempunyai anak perempuan yang berhati mulia”.
sang AYAH pun berdiri terpaku dan menangis,berkata “Sindu kau lah malaikat kecilku. Kau telah mengajari Ayah tentang arti sebuah janji dan rela berkorban demi sesama”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar