Rabu, 06 Februari 2013

Menjadi Professional (Bagian 1)



“Sebesar-besarnya laba tim sekelas Real Madrid, mereka hanya menghasilkan sekitar 4,2 Triliun, bandingkan dengan Bank Mandiri yang bisa mencapai 18,6 Triliun!”




Demikian tegas Ubaidillah Nugraha, seorang direktur perusahaan investasi di Jakarta. Saat mencetuskan kalimat ini, Ubaidillah bekerja di Bank Mandiri dengan jabatan yang kurang lebih sama. Lelaki berkacamata ini selain seorang ekonom dan manajer investasi yang cermat, juga adalah seorang penggila Sepakbola yang percaya bahwa aset seorang Boaz Solossa dalam bentuk sepasang kaki lincah bisa bernilai Miliaran rupiah.
Sepakbola memang selalu terlihat sangat gemerlap, rentetan data gaji besar memang sanggup membuat banyak orang silau dan yakin bahwa industri ini sudah melebihi industri lain seperti perbankan dalam hal pendapatan.

Nyatanya, jika melihat fakta yang coba dibeberkan oleh Ubaidillah, sebuah klub berlevel internasional seperti Real Madrid bahkan hanya memiliki tak seperempat dari laba total Bank Swasta nasional di negeri ini.
“Sepakbola profesional memang memberikan efek selebritas pada pelakunya, inilah mengapa para megabintang sering dihargai sangat tinggi,” ujar Martin Kenyon, Direktur Usaha Chelsea, klub yang memang gemar membayari gaji tinggi para pemainnya.

Cermati saja pendapatan John Terry yang mendapatkan 200.000 Poundsterling per pekannya, bandingkan dengan pendapatan seorang Manajer Pemasaran perusahaan menengah di London yang berada di kisaran 125.000-180.000 Poundsterling per tahun!

Chelsea adalah tim berpenghasilan tertinggi ke 6 di tahun 2009 menurut data kantor akuntan Deloitte Touche, klub yang kini dimodali oleh miliuner asal Rusia, Roman Abramovich ini memiliki pendapatan 242,3 juta euro atau sekitar 3,32 triliun rupiah.

Pendapatan yang memang tidak besar jika sekali lagi kita bandingkan dengan yang terjadi di industri lain, tapi angka itu tentu saja sangat mencengangkan untuk ukuran industri olahraga permainan.
“Angka seperti itu hanya bisa terjadi di negara dengan mekanisme kompetisi yang benar!”
ujar Ubaidillah lagi, hari itu kami berdua sedang membedah buku Footballnomics karya Simon Kuper. Tentu saja saya tak punya alasan apapun untuk menegasikan pendapat kawan saya tersebut.

Dengan kompetisi yang benar, perputaran uang jadi lebih sehat dan akibatnya tentu saja kas klub yang sehat….atau setidaknya tahu pencapaian yang harus dikejar agar keuangannya tetap sehat.
Semua tim liga di Eropa yang bertarung di kompetisi-kompetisi besar itu selalu berbentuk badan usaha. Target mereka jelas, mencapai laba sebanyak-banyaknya, untung sebanyak-banyaknya…..sekaligus tentu saja kemenangan sebanyak-banyaknya agar dua target pertama tadi bisa mereka penuhi dengan sempurna.
Borussia Dortmund adalah juara Champions League 1997, aksi cemerlang Paulo Sousa dkk saat itu berharil meredam kesempurnaan Juventus yang sedang top-topnya. Tapi segala kecemerlangan tersebut seolah tak bersisa 2 tahun kemudian.

Saat mereka nyaris dinyatakan bangkrut alias merugi besar-besaran. Kesalahan strategi pembelian pemain, gagal lolos ke Champhions League, tidak mampu berprestasi di liga lokal serta investasi silang klub ke bidang usaha lain adalah alasan utama dari kemunduran Dortmund secara finansial.

Mereka jelas kehilangan berjuta euro (tim ini mendapat 38 juta euro dari hak siar Champions League) dari kompetisi tertinggi di Eropa, mereka juga fatal menjual beberapa pemain bintang dan gagal mendapatkan pemain baru, nilai mereka pada hak siar di dalam negeri pun merosot seiring dengan kemunduran pencapaian tim…..walhasil Dortmund harus benar-benar menyehatkan peta keuangannya jika ingin terus eksis di dunia Sepakbola.

Uang! Adalah kata kunci dari industri Sepakbola, versi apapun itu….baik Eropa, Amerika Latin, Afrika, Asia, dunia maupun akhirat.
Karena lewat inilah roda Sepakbola diputar dan ketika permainan paling populer sejagad ini dijadikan komoditi bisnis, maka segala hal baik yang sejenis dengan investasi akan berujung pada prestasi yang dalam bahasa bisnisnya adalah….UANG!
Ditulis oleh Andibachtiar Yusuf, seorang Filmaker & Football Reverend.

http://www.ongisnade.co.id/2010/11/12/menjadi-professional/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar