Sabtu, 29 September 2012

Rekapitulasi Klub Peserta Kompetisi Liga Indonesia...


Rekapitulasi Klub Peserta Kompetisi Liga Indonesia 1994-2012


Klasemen Akhir Kontestan Liga Indonesia I - XII di Divisi Utama
1. PSM Makassar 371 pertandingan 657 poin
2. Persija Jakarta 363 pertandingan 565 poin
3. Persib Bandung 349 pertandingan 535 poin
4. Persipura Jayapura 358 pertandingan 542 poin
5. Pupuk Kaltim 354 pertandingan 514 poin
6. Pelita Jaya 325 pertandingan 503 poin
7. Arema Malang 324 pertandingan 498 poin
8. PSMS Medan 321 pertandingan 473 poin
9. Persita Tangerang 320 pertandingan 471 poin
10. Semen Padang 345 pertandingan 468 poin
11. Deltras Sidoarjo(d/h Gelora Dewata) 345 pertandingan 466 poin
12. Persebaya Surabaya 289 pertandingan 465 poin
13. PSIS Semarang 327 pertandingan 449 poin
14. Sriwijaya FC (d/h Persijatim) 319 pertandingan 403 poin
15. Persikota Tangerang 265 pertandingan 377 poin
16. PSDS Deli Serdang 303 pertandingan 361 poin
17. Gresik United(d/h Petrokimia Putra) 255 pertandingan 360 poin
18. Persema Malang 264 pertandingan 336 poin
19. Barito Putra 231 pertandingan 306 poin
20. Persik Kediri 169 pertandingan 279 poin
21. PSS Sleman 205 pertandingan 273 poin
22. Persiba Balikpapan 196 pertandingan 251 poin
23. Persiraja Banda Aceh 194 pertandingan 249 poin
24. PSPS Pekanbaru 172 pertandingan 238 poin
25. Persma Manado 163 pertandingan 201 poin
26. Persisam putra(d/h Putra Samarinda) 149 pertandingan 198 poin
27. Bandung Raya 93 pertandingan 192 poin
28. Mitra Kukar (d/h Mitra Surabaya) 105 pertandingan 168 poin
29. Persikab Bandung 150 pertandingan 163 poin
30. Medan Jaya 134 pertandingan 151 poin
xx. Persiwa 63 pertandingan 101 poin


Rekapitulasi Klasemen ISL 2008-2012
1.Persipura (Jayapura) 130 pertandingan 275 poin
2.Sriwijaya FC (Palembang) 130 pertandingan 227 poin
3.Persiwa (Wamena) 130 pertandingan 215 poin  
4.Arema (Malang) 130 pertandingan 210 poin
5.Persija (Jakarta) 130 pertandingan 209 poin
6.Persib Maung (Bandung) 130 pertandingan 207 poin
7.Persela (Lamongan) 130 pertandingan 189 poin
8.Persiba (Balikpapan) 130 pertandingan 185 poin
9.Pelita Jaya (Purwakata) 130 pertandingan 168 poin
10.Persisam Putra (Samarinda) 96 pertandingan 129 poin
11.Persijap (Jepara) 130 pertandingan 120 poin
12.PSPS (Pekanbaru) 96 pertandingan 120 poin
13.Bontang FC (Bontang) 96 pertandingan 96 poin
14.Persik (Kediri) 68 pertandingan 94 poin
15.PSM (Makassar) 68 pertandingan 94 poin
16.Delta Putra Sidoarjo 96 pertandingan 93 poin
17.PSMS (Medan) 68 pertandingan 67 poin
18.Persitara (Jakarta Utara) 68 pertandingan 64 poin
19.Semen Padang(Padang) 28 pertandingan 48 poin
20.Mitra Kukar(Tenggarong) 34 pertandingan 47 poin
21.Persidafon(Dafonsoro) 34 pertandingan 46 poin
22.Persema (Malang) 34 pertandingan 45 poin
23.Persiram(Raja Ampat) 34 pertandingan 38 poin
24.Gresik United(Gresik) 34 pertandingan 38 poin
25.Persebaya (Surabaya) 34 pertandingan 36 poin
26.Persita (Tangerang) 34 pertandingan 25 poin
27.PSAP(Sigli) 34 pertandingan 24 poin
28.PSIS (Semarang) 34 pertandingan 21 poin


Klasemen Strata Teratas Liga Indonesia(Divisi Utama 1994-2008 dan ISL 2008-2012)

1. Persipura Jayapura 488 pertandingan 817 poin
2. Persija Jakarta 493 pertandingan 774 poin
3. PSM Makassar 439 pertandingan 751 poin
4. Persib Bandung 479 pertandingan 742 poin
5. Arema Malang 454 pertandingan 708 poin
6. Pelita Jaya 455 pertandingan 671 poin
7. Sriwijaya FC (d/h Persijatim) 449 pertandingan 630 poin
8. Pupuk Kaltim(d/h Bontang FC) 450 pertandingan 610 poin
9. Deltras Sidoarjo(d/h Gelora Dewata) 441 pertandingan 559 poin
10. PSMS Medan 389 pertandingan 540 poin
11.Semen Padang 373 pertandingan 516 poin
12. Persebaya Surabaya 323 pertandingan 501 poin
13. Persita Tangerang 354 pertandingan 496 poin
14. PSIS Semarang 361 pertandingan 470 poin
15. Persiba Balikpapan 326 pertandingan 441 poin
16. Gresik United(d/h Petrokimia Putra) 289 pertandingan 398 poin
17. Persema Malang 298 pertandingan 381 poin
18. Persikota Tangerang 265 pertandingan 377 poin
19. Persik Kediri 237 pertandingan 373 poin
20. PSDS Deli Serdang 303 pertandingan 361 poin
21. Persela 250 pertandingan 360 poin
22. PSPS Pekanbaru 268 pertandingan 358 poin
23. Persisam putra(d/h Putra Samarinda) 245 pertandingan 327 poin
24. Persiwa 193 pertandingan 316 poin
25. Barito Putra 231 pertandingan 306 poin
26. PSS Sleman 205 pertandingan 273 poin
27. Persijap 207 pertandingan 258 poin
28. Persiraja Banda Aceh 194 pertandingan 249 poin
29. Mitra Kukar (d/h Mitra Surabaya) 139 pertandingan 215 poin
30. Persma Manado 163 pertandingan 201 poin
31. Bandung Raya 93 pertandingan 192 poin
32. Persikab Bandung 150 pertandingan 163 poin
33. Medan Jaya 134 pertandingan 151 poin
34. Persidafon(Dafonsoro) 34 pertandingan 46 poin
35. Persiram(Raja Ampat) 34 pertandingan 38 poin
36. PSAP(Sigli) 34 pertandingan 24 poin


Catatan :
1. Dihitung hanya Divisi Utama LI 1994-2008 ditambah ISL 2008-2011.
2. Hasil laga Persebaya, PSM, Persema dan Persibo di kompetisi LPI 2010-2011 tidak dihitung.
3. Khusus musim Liga Indonesia 2001, hasil pertandingan Pusam Samarinda(Persisam) di putaran 2 tidak dihitung(mengundurkan diri).
4. Hasil laga PSM, Persema dan Persibo di awal kompetisi ISL 2010-2011 tidak dihitung(sesuai data klasemen akhir ISL 2010-2011 di website www.liga-indonesia.co.id).
5. Sejak musim 2008-2009 Divisi Utama Liga Indonesia menjadi kompetisi strata 2 di lingkup kompetisi PSSI, dan hasil kompetisi Divisi Utama LI 2009-dan seterusnya tidak dimasukkan perhitungan.
6. Persijap, Semen Padang, Persiba Bantul dan Persiraja yang sedianya menjadi peserta ISL 2011-2012 memilih bergabung dengan kompetisi IPL, hasil yang diraih keempat klub tersebut di kompetisi IPL 2011-2012 tidak dihitung.
7. Hasil yang terdapat dalam kompetisi IPL tidak dihitung, untuk memudahkan penyusunan data(menghindari redundancy data).


Rabu, 26 September 2012

Sejuta Pesona Arema Indonesia


Umurnya memang belum sepanjang kebanyakan klub mantan perserikatan yang berdiri sejak awal masa berdirinya PSSI, namun antusiasme masyarakat bukan hanya dari Malang Raya atau masyarakat asli Malang Raya yang merantau di tempat lain yang memberikan dukungannya untuk team berlogo Singa ini. Jargon Tidak Kemana-mana tapi dimana-mana bukan hanya isapan jempol, lihat saja ketika kami selesai mendukung Arema Indonesia menghadap Persijap Jepara di Jepara (8 Juni 2011), ketika perjalanan kembali ke Jakarta kami mendapat tumpangan dari rombongan Aremania Wonosobo. Yang mengejutkan adalah fakta bahwa seluruh peserta rombongan Aremania Wonosobo yang memenuhi sebuah minibus tidak satupun warga asli Malang Raya, 100% anggota komunitas Aremania Wonosobo adalah warga Wonosobo asli yang menurut nawak-nawak Aremania Wonosobo sendiri mendapatkan panggilan hati untuk menjadi seorang Aremania.
Membludaknya dukungan terhadap Arema Indonesia dari berbagai tingkatan masyarakat di Tanah Air adalah bukti bahwa Arema Indonesia memiliki sejuta pesona. Karakter “Singo” yang dibawa arek-arek Malang, loyalitas, kreatifitas, dan sportifitas yang dicontohkan oleh Suporter Aremania juga menjadi salah satu faktor pendukung semakin besarnya dukungan bagi team lokal asal Malang ini. Belum lagi di dunia internasional, sebagai contoh pergilah ke Chili, sebagian masyarakat awam disana akan bertanya jika anda mengatakan berasal dari Indonesia, tapi mereka akan menyambut hangat ketika anda mengucapkan kata Arema.
Melihat fenomena tersebut, seharusnya Arema Indonesia juga memiliki pesona yang sama bagi sponsorship dan investor sehingga kasus krisis keuangan yang berulang setiap tahunnya tidak perlu terjadi. Sejak awal musim ini saja, Arema Indonesia yang saat ini operasional pengelolaannya dilaksanakan oleh PT. Arema Indonesia dibawah Yayasan Arema hampir selalu menunggak gaji pemain. Pembayaran gaji yang dilakukan tidak pernah tuntas dan selalu meninggalkan jejak hutang gaji sebelumnya. Hengkangnya Pierre Njanka setelah pertandingan melawan Persija Jakarta pada 9 Januari 2011 lalu seharusnya dijadikan alat evaluasi bagi pengurus dan pengelola Arema. Dengan tunggakan gaji 3 bulan, pemain berhak untuk meninggalkan club tanpa kompensasi apapun. Namun, pada kenyataannya masalah tunggakan gaji ini masih juga berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
Hal ini menjadi kebingungan tersendiri bagi Aremania melihat bagaimana team dengan potensi seperti Arema Indonesia bisa berada dalam kondisi krisis keuangan terus menerus seperti ini. Sinyalemen dan statement pembayaran gaji seolah-olah hanya sebuah bualan terus menerus yang didengungkan oleh pengurus namun tak kunjung direalisasikan. Apakah memang benar tidak ada satupun sponsor dan investor yang berminat terhadap Arema Indonesia? Ataukah ada hal-hal lain yang menghalangi masuknya Investor ataupun Sponsorship ke tubuh team kebanggaan Aremania ini?
Kabar akan masuknya Bakrie sebagai Investor baru Arema Indonesia beberapa saat yang lalu sempat meramaikan media. Berbagai tanggapan pro dan kontra baik dari kalangan Aremania sampai dari pihak-pihak yang tidak punya kapasitaspun meluncur. Melihat dari kedekatannya secara emosional seperti yang pernah disampaikan melalui sebuah kultwit oleh @AremaniJogja beberapa hari yang lalu, bahwa sejak berdirinya Arema, Bakrie memang memiliki kedekatan dengan Arema. Peran serta Bakrie dalam mendukung Arema terutama dari segi pendanaan bukan hanya kali ini saja, namun sudah berlangsung sejak berdirinya Arema pada 1987. Bahkan, pada musim ini, Bakrie Group juga masuk sebagai Sponsor Arema melalui 2 anak perusahaannya yaitu Ijen Nirwana dan Surabaya Post yang logonya melekat di Jersey pemain Arema Indonesia. Kegilaannya terhadap Sepakbola memang bukan barang baru bagi masyarakat sepakbola di Indonesia, pembelian beberapa club di luar negeri menjadi pertanda akan hal ini. Belum lagi kepemilikannya terhadap Pelita Jaya yang sudah berlangsung sejak masa kompetisi Galatama. Secara prestasi, Pelita Jaya memang tidak prestisius seperti club-club besar lainnya, juga tidak Royal dalam membelanjakan pemain. Namun, munculnya pemain-pemain muda berbakat secara terus menerus menjadi satu indikasi bahwa ada proses pembinaan dan pelatihan yang berjalan.
Setelah 1-2 Minggu yang lalu kabar akan masuknya Bakrie sebagai investor Arema sempat meramaikan media, bahkan dikatakan prosesnya sudah mencapai 95% deal seolah-olah termentahkan ketika tadi malam, para pemain berkumpul di Kota batu untuk menerima pembayaran 3 bulan gaji yang tertunda. Disebutkan, sumber pembayaran gaji ini berasal dari para pengusaha Malang baik yang berada di Malang maupun di luar Malang yang peduli terhadap Arema. Yang menarik lagi, duo Nur ( Ketua Yayasan M. Nur dan Direktur Bisnis Siti Nurjannah) hadir pada acara tersebut dan seolah-olah memiliki peranan penting. Duo Nur yang selama sembilan bulan terakhir ini seolah-olah hilang ditelan bumi ketika para pemain menagih janji, akan tetapi cukup lantang berada di Barisan Kelompok 78 pada Kongres PSSI tiba-tiba saja hadir dan berperan dalam terlunasinya gaji pemain.
Wal hasil, pembayaran gaji pemainpun berbuntut panjang. Malam dibayar, paginya pengawas Yayasan Bambang Winarno yang juga Dosen FH Unibraw mengeluarkan pernyataan. Di dampingi Pelaksana Harian Abriadi Muhara dan Putra pendiri Arema (Alm. Acub Zainal) Sam Ikul, menyampaikan usulan pemecatan terhadap ketua Yayasan Arema M. Nur. Usulan ini untuk ditindaklanjuti oleh Pembina Yayasan Rendra Kresna. Hal ini menjadikan pertanyaan baru bagi Aremania, ada apakah sebenarnya dibalik ini semua. Asisten Pelatih Tony Ho dalam akun facebooknya bahkan menyatakan “LOYALITAS DIUJI OLEH SEGEPOK UANG PLASTIK BERWARNA MERAH, bahkan dalam salah satu komentarnya dia menyampaikan lagi bahwa “MANUSIA BUTUH UANG,TP UANG BUKANLAH SE GALA2NYA APABILA INGIN MENGHIANATI PERSAUDARAAN, CUIH” .
Sejuta pesona Arema Indonesia benar-benar memabukkan. Banyak pihak yang berminat terhadap Arema Indonesia seharusnya membuat nilai tawar Arema semakin tinggi. Mudah-mudahan dugaan kami bahwa ada pihak-pihak yang mencoba mencari keuntungan atau memiliki kepentingan sendiri terhadap masuknya investor adalah hal yang salah. Mudah-mudahan hanya belum ketemu deal mekanisme yang tepat. Semoga saja, Sejuta Pesona Arema Indonesia akan mendatangkan Sejuta Sponsor dan Investor. (lek).

Minggu, 23 September 2012

Galeri This Is Arema ~ Peduli Merapi

Sebuah kenangan indah untuk diingat rasa kebersamaan kita yg sempat hilang...

This is arema dan beberapa nawak Aremania daerah panggung, Lowokwaru..
Turun langsung dlam penggalangan dana Untuk korban letusan G.Merapi di daerah Sleman, Yogyakarta..
Dana yg terkumpul dan barang-barang yang terkumpul dlam penggalangan dana tersebut langsung dikimkan ke sana agar tepat sasaran agar tidak menimbulkan fitnah,,
Kurang Lebih dalam waktu 1 minggu dana yang terkumpul lebih dari 12 juta rupiah,,,
Dan ini menjadi gelombang pertama Aremania yang pertama kali terjun kesana sebelum di susul Aremania lainya yang berhasil menggalang dana di seputran kota Malang raya sebanyak 50 juta lebih...
Dan Komunitas kami adalah yg pertama mewakli penggalangan dana tersebut dan langsung diberangkat ke sana, Dengan sebayak 1 bus,1 truk dan sekitar 2 mobil,, yang berangkat malam hari yaitu tepat tanggal 6 November 2010, dan tiba di sana pada pada hari tepat tanggal 7 November 2010..yang bertempat di posko utama pengungsian korban merapi di Stadion maguwoharjo dan disambut oleh rekan-rekan Slemania di sana...
Aremania itu peduli, Berjiwa sosial dan selalu membantu masyakat dengan iklas


Sedikit galeri saat penggalangan dana tersebut:
07 November 2010


























Bukankah Indah Hidup Bersama ~ This Is Arema Ada untuk Bersama
Salam Satu Jiwa.....

Sabtu, 22 September 2012

Ongisnade.co.id~ Media online Arema danAremania


ONGISNADE (www.ongisnade.co.id ) adalah media online (website) yang menyajikan berita terbaru dan paling lengkap seputar Arema Indonesia (dulu Arema Malang), Aremania, serta kilasan sepak bola nasional dan internasional.
ONGISNADE kini telah berkembang menjadi website sepakbola Indonesia terbaik dengan beragam fitur menarik berupa liputan langsung pertandingan, foto-foto eksklusif, desktop wallpaper, official merchandise, online store, tiket box, kolom Aremania, serta fitur-fitur menarik lainnya yang terus dikembangkan hingga saat ini. Sejak juli 2011 ongisnade memakai nama domain baru di www.ongisnade.co.id

Sejak online pada Oktober 2007,  ONGISNADE telah menembus lebih dari 7 juta pageview (per november 2010) dan jumlah tersebut terus mengalami peningkatan traffic yang signifikan dari waktu ke waktu. Dengan rataan lebih dari 10.000 pageview setiap hari, ONGISNADE  merupakan media online suporter sepak bola Indonesia dengan traffic dan jumlah pageview tertinggi (sumber:Blogtoplist, Agustus 2008).


ONGISNADE merupakan media online resmi yang terdaftar pada Panpel PS Arema Malang (sekarang Arema Indonesia) di Liga Jatim (Piala Gubernur 2008), Liga Super Indonesia, Copa Indonesia, dan Liga Champion Asia. ONGISNADE juga didukung oleh media cetak dan elektronik di Malang Raya dan Nasional. Selain itu ONGISNADE juga bekerja sama dengan Aremania di dunia maya melalui website, blog, milis, forum, dan berbagai situs jejaring sosial.
ONGISNADE merupakan satu-satunya media online di Indonesia yang bekerja sama dengan Jive! Collection Jakarta selaku distributor resmi film dokumenter karya sutradara Andibachtiar Yusuf yang berjudul The Conductors  

Tabloid Olahraga Nasional “BOLA” mengulas ONGISNADE pada edisi khusus, Jumat, 7 Maret 2008. ONGISNADE juga tampil pada Tabloid “SOCCER” edisi 38/IX 28 Maret 2009. Pada Maret 2010, ONGISNADE tampil di acara “Galeri Sepakbola Indonesia” yang ditayangkan oleh televisi swasta nasional, Trans7. Info lengkapnya baca di sini. Pada event nasional Indonesia Damai 2 di Malang, 6 Desember 2008, ONGISNADE merupakan official media partner yang meliput langsung acara silaturahmi suporter sepak bola se-Indonesia. ONGISNADE didukung oleh jurnalis, fotografer, graphic designer, dan tim kreatif yang terus mengikuti perkembangan sepak bola nasional, yang oleh karenanya menjadikan ONGISNADE sebagai media online suporter yang terdepan dan profesional


Latar Belakang
Jumlah pengakses internet dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Hal itu mengindikasikan eksistensi internet, terutama sebagai media informasi dan sarana berkomunikasi semakin meningkat. Didukung oleh perkembangan teknologi infrastruktur dan aplikasi pendukungnya, media online telah mengubah cara berkomunikasi masyarakat secara dramatis. Di mana saja dan kapan saja, orang bisa mengakses informasi dari beragam platform secara simultan melalui media online. ONGISNADE hadir sebagai media online Arema Indonesia dan Aremania yang menyajikan berita update dan lengkap seputar Arema Indonesia, Aremania dan kilasan berita sepak bola nasional.
Dengan berbagai keunggulannya, pengunjung ONGISNADE dapat menikmati sajian berita dan artikel pada sebuah media online suporter yang terdepan, edukatif dan informatif.

Aremania
Suporter adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan dari sepak bola, terutama pada era sepakbola profesional dewasa ini yang sedang dikembangkan oleh PSSI dan BLI. PS Arema Malang (sekarang Arema Indonesia) sebagai salah satu klub sepak bola profesional di Indonesia memiliki suporter yang dikenal dengan nama Aremania. Sebagai salah satu pelopor kelompok suporter sepak bola nasional dan dikukuhkan dengan anugerah suporter terbaik oleh Menpora dan suporter terbaik Copa Indonesia 2006, Aremania telah membuktikan eksistensinya dalam membangun warna suporter sepak bola nasional.

Kenapa Memilih ONGISNADE
ONGISNADE menyajikan berita dan artikel setiap hari secara cepat, lengkap, akurat, dan enak dibaca di mana saja kapan saja. ONGISNADE dikemas dengan bahasa yang bersifat young and friendly, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai edukatif dan informatif.
Di ONGISNADE, anda bisa mendapatkan liputan langsung dan foto-foto eksklusif pertandingan Arema, profil dan interview pemain Arema, hingga fitur-fitur khas ONGISNADE yang terus dikembangkan, seperti desktop wallpaper, official merchandise, online store, tiket box, kolom Aremania, serta fitur-fitur menarik lainnya yang terus dikembangkan.

Keunggulan ONGISNADE
Media online dengan konsep digital memiliki keunggulan seperti kecepatan, interaksi instan, dapat membangun komunitas, serta berjangkauan global. Demikian pula halnya dengan ONGISNADE yang hadir sebagai media online Arema Malang dan Aremania yang menyajikan berita update dan lengkap tentang Arema Malang, Aremania, dan kilasan berita sepak bola nasional. Segmentasi pembaca ONGISNADE adalah mereka yang dinamis, inovatif, menuntut informasi yang up-to-date, tidak hanya suporter sepak bola (Aremania), namun juga mereka yang haus akan informasi tentang sepak bola nasional

 
ONGISNADE bertujuan memberi kontribusi pada pembangunan budaya ber-internet yang mendidik bagi kalangan suporter sepak bola Indonesia khususnya dan seluruh penggemar sepak bola nasional.
ONGISNADE selalu mengkampanyekan sepak bola Indonesia yang bermutu, menghibur, edukatif, dan berprestasi.
Dalam setiap pemberitaan dan penulisan artikel ONGISNADE  mengajak pembaca memandang sepak bola Indonesia dengan logis dan kritis tanpa meninggalkan subjektivitas dan fanatisme terhadap klub.

Ongisnade Store

ONGISNADE merupakan media online yang menjadi partner resmi produk merchandise dengan sertifikasi dari PT Arema Indonesia. Melalui sertifikasi yang telah diberikan kepada ONGISNADE, anda pun turut memberikan kontribusi kepada PT Arema Indonesia melalui transaksi produk-produk merchandise di Ongisnade Store. ONGISNADE telah memproduksi produk merchandise berupa kaos polo dan T-shirt hingga jaket dan replika kit Arema sejak tahun pertama berdiri, yakni 2007. Produk-produk merchandise ONGISNADE menjangkau seluruh pelosok Indonesia, mulai Medan, Batam, Palembang, Jakarta, Bandung,  Denpasar, Bontang, Samarinda, Balikpapan, Manado, Ternate, hingga Maumere.
Kunjungi official merchandise kami di Ongisnade Store: store.ongisnade.co.id


Profil OngisnadeNet di Galeri Sepakbola Indonesia

Cc:http://www.ongisnade.co.id/

Salam satu Jiwa Arema!!!

Antara Tempo - Arema - Politik 4


Tapi, cerita belum selesai. Merasa namanya disebut-sebut, Abdi Purmono, koresponden Tempo di Malang yang juga berkontribusi pada tulisan investigasi itu, buka suara. Abel, begitu panggilan jurnalis yang lama meliput di dunia persepakbolaan Malang itu, menulis catatan di Facebooknya berjudul “Surat Terbuka kepada Aremania”.

“Saya tidak ikut milis Arema, jadi saya berharap surat terbuka ini dapat dibaca untuk menjelaskan bagaimana posisi saya sebenarnya dalam pembuatan laporan investigasi itu,” kata Abel melalui sambungan telepon kepada Media Independen. Ia menegaskan, sampai saat ini tidak berada dalam posisi terancam, terkait dengan pemberitaan yang menimbulkan murka Aremania itu.

“Saya berterimakasih atas simpati sebagian Aremania dan juga jurnalis di Malang yang mengkhawatirkan keselamatan saya. Tapi, sejauh ini saya baik-baik saja,” kata pria lulusan perguruan tinggi di Sumatera Utara itu.

Selengkapnya, surat terbuka Abel berbunyi demikian:

Salam satu jiwa!

Kawan-kawan Aremania sak ndunyo, tolong dibaca dengan baik-baik, teliti, dan penuh kesabaran agar duduk perkara yang sebenarnya dapat dipahami dengan berimbang dan adil. Prinsip saya: kita sama-sama belajar dari masalah ini dengan bijak dan penuh kerendahan hati.

Di Facebook saya menulis identitas saya sebagai orang yang “Masih belajar membaca, menulis, dan memotret. There’s no angel in the world.” Saya senang belajar dari siapa pun. Sekitar 30-an tahun lalu, saya tahu dasar-dasar catur dari anak SD kelas 3. Anak SD ini cucu guru mengaji saya, juga adik kelas di madrasah ibtidaiyah di Kota Medan. Maaf, jadi sedikit bernostalgia…

Saya sangat bisa berempati (bukan sekadar bersimpati) terhadap posisi dan perasaan nawak-nawak Aremania setelah muncul laporan investigasi majalah TEMPO edisi 24-30 Januari 2011 soal suap di jagat persepakbolaan kita, dengan sampul berjudul “KORUPSSI, Priiit…! Banyak sandiwara di lapangan bola.”

Tiga kali saya membaca laporan itu agar saya tak salah atau asal-asalan memahaminya. Setelah membacanya, saya merasa agak malu dan makin memahami mengapa kemudian Aremania protes, mulai protes halus sampai kasar (ada yang pakai mengancam segala), mulai dari yang pakai otak sampai yang asal celometan.

Lima poin sanggahan yang ditulis oleh Mas Teguh R. Handoyo dan disampaikan ke Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO pada Selasa, 25 Januari 2011, sudah proporsional. Satu poin lagi (tepatnya di poin keenam) ditulis begini: Kontributor majalah Tempo di Malang (Abdi Purnomo) sepertinya perlu dipertanyakan kredibilitasnya karena banyaknya informasi yang tidak akurat dan menggiring opini negatif para pembaca.

Sedangkan isi poin ketujuh: Bapak Pemimpin Redaksi yang terhormat, Arema tidaklah suci dan sempurna. Namun kami juga tidak seburuk dan sekotor yang digambarkan dalam tulisan Anda.
Mas Teguh sudah memberikan contoh sangat baik dan berharga tentang bagaimana seharusnya persoalan pemberitaan diselesaikan dengan cara yang beradab dan elegan, yakni dengan menggunakan hak jawab dan hak koreksi.

Kedua hak itu diatur dan dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Tepatnya di Pasal 1 (ayat 11, 12, dan 13), Pasal 5 (ayat 2 dan 3), yang mewajibkan pers melayani hak jawab dan hak koreksi. Kalau kedua hak ini tidak dilayani, maka perusahaan pers dikenakan pidana denda sebesar Rp 500 juta.

Kewajiban wartawan untuk melayani hak jawab dan hak koreksi itu juga disebutkan dalam Pasal 11 Kode Etik Jurnalistik: wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Insya Allah, majalah TEMPO akan memuat utuh surat Mas Teguh pada edisi terbaru yang terbit tiap Senin (31 Januari 2011). “Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan,” demikian bunyi ayat 13 Pasal 1 UU Pers.

Apa yang dilakukan Mas Teguh semoga ditiru Aremania dan komunitas suporter lainnya jika menghadapi masalah serupa dengan media massa mana pun. Arema dan Aremania sudah menjadi salah satu ikon dan aset paling berharga bagi dunia persepakbolaan kita.

Nawak-nawak Aremania, saya bukan penulis laporan itu. Dalam susunan redaksi Tim Investigasi Suap Sepak Bola, saya bersama 12 rekan koresponden lain (Palangkaraya, Surabaya, Denpasar, Wamena, Samarinda, Bandung, Kediri, Yogyakarta, Solo, Bojonegoro, Makassar, dan Jakarta) hanya tercatat sebagai penyumbang bahan. Ini jelas tertulis di edisi cetak majalah TEMPO, bukan versi online-nya. Saya ini laksana prajurit dalam satu regu patroli militer.

Di atas para penyumbang bahan ada penanggung jawab, kepala proyek, penyunting, dan penulis. Beginilah urutan personel dalam tim dari atas ke bawah. Tim inilah yang mengolah seluruh bahan (biasa diistilahkan sebagai bahan belanjaan) dengan menempuh banyak tahap atau prosedur. Coba bayangkan, untuk satu berita biasa di koran, misalnya, bisa melewati enam tahapan proses, apalagi untuk laporan panjang.

Pembaca tinggal membaca tanpa dikenai kewajiban untuk ikut repot dan peduli memikirkan bagaimana susahnya menggarap sebuah berita. Sebaliknya, kalau ada berita yang keliru, pembaca justru berhak mengoreksi atau membantahnya. Cara terbaiknya ya seperti yang dicontohkan Mas Teguh.

Meski hanya seorang penyumbang bahan, saya sudah bekerja menurut prosedur dan standar jurnalistik. Dalam waktu dua minggu saya menghubungi 9 narasumber. Semua narasumber bukan narasumber eceran atau ecek-ecek. Mereka saya nilai memiliki kredibilitas sesuai dengan kapasitasnya masing-masing baik sebagai pelaku maupun saksi.

Tidak semua narasumber mau diungkap identitasnya dan saya wajib melindungi identitas dan keberadaannya sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 7 Kode Etik Jurnalistik. Dan tak semua keterangan dikutip karena belum tentu relevan dengan tujuan laporan dibuat.
Saya sama sekali tidak menyetor bahan laporan tentang pertandingan-pertandingan Arema berikut skor akhir pertandingannya, makanya saya kaget juga Arema disebut mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 2-1. Padahal Arema menang telak 5-1.

Dari 5 poin sanggahan yang dibuat Mas Teguh, hanya soal peran Nirwan Dermawan Bakrie yang nyambung dengan bahan laporan yang saya kirim ke redaksi. Kisah peran Nirwan sudah lama saya ketahui langsung dari Mas Lucky alias Sam Ikul, pendiri Arema.

Saya hafal garis besar cerita pengelolaan Arema dari masa awal berdiri sampai dibantu Nirwan hingga kisah Arema sekarang. Saya menulis Nirwan membantu Arema Rp 61 juta. Bantuan diberikan setelah Arema 86 terpaksa dibubarkan pada pertengahan Juni 1987 karena kehabisan duit. Kemudian Arema 86 dihidupkan dengan nama baru: Arema.
Setelah uang diterima, Sam Ikul menguatkan status PS Arema dengan membentuk Yayasan Arema dengan akta notaris Pramu Handoyo No. 58 tanggal 11 Agustus 1987. Tanggal inilah yang sampai sekarang diperingati sebagai hari ulang tahun Arema. Sam Ikul dapat memenuhi janjinya mampu mendatangkan penonton dalam jumlah besar untuk ukuran klub baru seperti Arema. 

Waktu itu Persema Malang masih memiliki jumlah penonton terbanyak. Karena kinerja Arema sudah bagus di tahun pertama, Nirwan kemudian menjadi donatur alias tidak menjadi penyandang dana sepenuhnya.
Nirwan sempat pula meminjamkan gratis Bambang Nurdiansah alias Banur (kini jadi pelatih Jakarta 1928, klub peserta Liga Primer Indonesia/LPI) kepada Arema di putaran kedua kompetisi Galatama 1988-1989. Waktu itu Banur dikenal sebagai raja gol.

Nirwan dan Sam Ikul (dengan PT Putra Arema) juga berkongsi merenovasi Stadion Gajayana di masa Wali Kota Soesamto (1988-1998). Nirwan membantu hingga Arema menjadi juara Galatama XII (1992-1993).

Setelah itu manajer Arema berganti-ganti, mulai Haji Mislan, Vigit Waluyo (anak Haji Mislan), Iwan Budianto, Gandi Yogatama, sampai kemudian diambilalih PT Bentoel Prima pada Rabu, 29 Januari 2003, di Hotel Regent’s Park. Skenario pengambilalihan Arema dibahas dan diputuskan di rumah Bapak Iwan Kurniawan, bos PT Anugerah Citra Abadi di Jalan Karya Timur 52 (call sign KT-52).
Selama dipegang Bentoel, Arema tak lagi dipusingkan masalah keuangan. Bentoel mengumumkan pelepasan Arema pada Senin, 3 Agustus 2009, di Hotel Santika. (Saya bersyukur bisa ikut menghadiri kedua momen bersejarah Arema itu.)

Arema kembali sempoyongan setelah dilepas Bentoel. Masalah klasik muncul lagi: gaji pemain dan karyawan telat dibayar. Akibatnya, pemain sempat mogok latihan. Robert Alberts sempat mengancam mengundurkan diri.

Dalam kondisi genting, Nirwan kembali membantu Arema. Pada Kamis, 14 Oktober 2010, Ketua Yayasan Arema Muhammad Noer memperkenalkan sponsornya di Ijen Nirwana, perumahan elit milik Grup Bakrie. Noer mengumumkan Arema mengantongi uang sponsor sekitar Rp 11 miliar, sekitar Rp 4,5 miliar dari Ijen Nirwana.

Selebihnya berasal dari Bank Saudara Rp 5 miliar, PT Mitra Pinasthika Mustika (distributor tunggal sepeda motor Honda untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) Rp 800 juta ditambah 17 unit sepeda motor senilai sekitar Rp 221 juta.
Belum sebulan, pada 1 November manajemen justru mengumumkan defisit alias tekor Rp 7.136.000.000 (foto saya lampirkan). Pembayaran gaji pemain untuk tiga bulan (Agustus, November, Desember 2010) pun tertunda-tunda, sampai akhirnya kapten Pierre Njanka menyatakan hengkang pada Senin, 10 Januari 2011.

Dua hari kemudian, tepat sebelum Arema bertanding melawan tuan rumah PSPS Pekanbaru, manajemen membayarkan gaji untuk bulan November dan Desember. Dari mana duitnya? Gelap. Beberapa narasumber menyebutkan duit berasal dari pinjaman Pak Iwan dan bukan sekali ini duit Pak Iwan dipinjam Arema. Sudah jamak diketahui Pak Iwan seorang dermawan.

Saya pun bertanya pada Pak Iwan dan jawabannya berupa SMS yang saya terima pada Kamis, 20 Januari 2011, pukul 18.46 WIB. “Kalau soal Arema janganlah, Mas, karena tujuan saya bantu Arema tanpa pamrih karena setelah mendadak tidak ada sponsor dari Bentoel, Arema agak kedodoran. Jadi saya punya tanggung jawab moral saja. Lagi pula Arema merupakan komunitas yang bagus untuk persepakbolaan di Malang dan Indonesia. Gitu aja ya, Mas. Besok kita sambung lagi karena aku lagi nemenin tamu. Salam satu jiwa.”

Selama mencari dan mengumpulkan bahan laporan itu pula saya jadi tahu siapa sebenarnya pemegang saham Arema. Narasumber saya menyebutkan, setelah dilepas Bentoel, komposisi kepemilikan saham dipegang Yayasan Arema dan Sam Ikul, dengan jumlah saham 14 lembar.
Sebanyak 13 lembar saham dimiliki Yayasan Arema, dengan pengurus Muhammad Noer, Moedjiono Moedjito, dan Rendra Kresna. Sisa satu lembar saham (0,07 persen) diberikan kepada Sam Ikul sebagai penghormatan kepada sang pendiri Arema.

Nilai tiap saham Rp 1 juta. Jadi, sejak dilepas Bentoel, Arema punya saham hanya sebesar Rp 14 juta! Dan masih banyak kisah menarik dan “seram” lainnya, seperti kisah manajemen yang amburadul disertai konflik di dalamnya.

Bahan laporan yang saya kirim kemudian “dijahit” oleh redaksi, digabung dengan bahan laporan dari teman-teman saya yang lain. Kisah tentang Arema dalam laporan itu mirip kompilasi dari berita-berita yang sudah ada sebelumnya, termasuk dari berita saya untuk Tempo Interaktif dan Koran Tempo. Sebagian besar informasi dalam laporan sudah diketahui publik pencinta sepakbola.
Menurut saya, secara keseluruhan, laporan investigasi itu sudah berimbang karena ada tanggapan dari pihak-pihak yang disebut. Substansi isunya sudah menggambarkan masalah sangat besar dalam persepakbolaan kita. Kalau ada narasumber tak mau diungkap identitasnya, itu menjadi hak narasumber yang wajib dilindungi wartawan.

Saya tidak menggarap bahan laporan berdasarkan “pesan sponsor” dari pihak-pihak tertentu seperti dituduhkan beberapa Aremania kepada saya. Saya juga menolak jika disebut TEMPO telah beropini dan sengaja menyudutkan Arema. Tapi untuk hal ini biar redaksi saja yang menjelaskan. Yang jelas lagi terbaca oleh saya adalah laporan investigasi itu sama sekali tidak fokus ke konflik antara PSSI dengan konsorsium Liga Primer Indonesia.

Bagi saya, LSI dan LPI hanyalah alat untuk memajukan persepakbolaan Indonesia. Tinggal tergantung siapa operator atau pelaksananya; baik atau buruk, becus atau goblok, profesional atau tidak profesional. Silakan publik pencinta sepakbola yang menilai siapa nantinya jadi operator terbaik.

Sikap dasar saya soal LSI dan LPI itu sudah saya tegaskan kepada orang-orang LPI dan petinggi PT Liga Indonesia, juga kepada teman-teman wartawan yang mungkin sengaja menggoda atau memang ingin mengejek saya sebagai wartawan pro-LPI.

Adalah fakta Koran Tempo menjadi sponsor LPI. Ini hubungannya dengan kegiatan marketing. Redaksi tak ikut campur. Walau Koran Tempo jadi sponsor LPI, saya tak pernah dipaksa meliput kegiatan LPI. Begitu pula dengan LSI. Bagi saya, kehadiran LPI mendatangkan peluang untuk membuat berita lebih banyak.

“Cukup sekali kutegaskan. Aku bukan wartawan LPI atau wartawan LSI. Aku wartawan TEMPO. Uang LPI dibelah tujuh pun tak pernah kuterima,” begitu saya menegaskan kepada beberapa teman wartawan. Penegasan itu pertama kali saya sampaikan di ruang kerja Panitia Pelaksana Pertandingan Arema pada Senin, 16 November 2010, atau empat hari setelah laga amal antara Persema melawan Indo Holland digelar di Stadion Gajayana.

Saya bekerja untuk TEMPO selama hampir 10 tahun. Sedikit-banyak saya tahu bagaimana TEMPO menjaga independensinya. Saya kira, tak hanya di TEMPO, semua media memang harus menjaga otonomi redaksinya, termasuk harus terbebas dari intervensi pihak marketing.

Aremania silakan tak percaya atau ragu-ragu. Aremania berhak memberi nilai positif dan negatif. TEMPO bukanlah media yang 100 persen murni steril dari kelemahan dan kesalahan. TEMPO tidak terlalu suci untuk diagungkan meski masih memiliki reputasi yang bagus hingga sekarang—minimal bagi para penggemarnya.

Saya kagum pada TEMPO, tapi saya menolak menjadi pengagum yang buta karena terlalu fanatik sehingga sulit menerima atau malah tak mau menerima kelemahan TEMPO. Seingat saya, pendiri TEMPO mengajarkan, kebenaran bisa datang dari siapa pun dan dari tempat-tempat yang paling tidak kamu sukai.

Asal nawak-nawak sekalian ketahui juga, gara-gara polemik tentang LSI dan LPI, hubungan antara beberapa teman wartawan di Malang menjadi kurang harmonis dan terkesan berkubu-kubu: pro LSI dan pro LPI. Hubungan tak harmonis ini berdampak cukup buruk pada saya dan banyak teman wartawan yang ingin tetap bekerja profesional dan menjaga independensinya. Saya menyebutnya sebagai wartawan “poros tengah”.

Oleh karena itu, wartawan poros tengah berencana mengadakan sebuah diskusi tentang independensi media dalam liputan sepakbola pada Februari mendatang. Jadwal pastinya sedang dibahas. Doakan ya semoga rencana kami lancar.
Saya cukup hafal sejarah Arema dan Aremania dari awal berdiri sampai sekarang. Hafalan ini tidak hanya saya dapat dari bacaan, tapi juga cerita dan kesaksian para pelaku, terutama pendiri Arema, serta kehadiran saya di stadion dan di luar stadion untuk merekam jejak-jejak Arema dengan segala romantikanya. Sebagian romantika itu saya rekam dalam foto seperti saya muat di album foto di Facebook yang saya beri judul “Salam Satu Jiwa!”

Masa kerja saya masih pendek. Sebelum bekerja untuk TEMPO, saya bekerja untuk majalah PANJI Masyarakat dengan tugas pertama di Aceh dan Medan (1999-2000), lalu Jakarta. Karir saya di TEMPO dimulai dari Jember, lalu ke Malang hingga sekarang. Aktivitas lain adalah menjadi Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang dan mengajar di Universitas Muhammadiyah Malang.

Saya sekolah memang untuk jadi wartawan. Saya sangat paham prinsip dan standar jurnalistik yang tak boleh dilanggar seorang wartawan. Saya tidak memaksa, tapi kalau mau adil menilai, silakan lihat arsip-arsip berita saya tentang Arema di www.tempointeraktif.com dengan nama asli saya ABDI PURMONO atau ABDI PURNOMO (nama kedua ini keliru) di mesin fasilitas pencarian berita di pojok kanan atas.

Apabila saya dianggap bersalah karena membuat berita bohong sehingga menimbulkan fitnah atau sengaja merugikan Arema dan Aremania, apalagi saya dituduh membenci Arema, tentu saya takkan menerima semua ajakan pertemanan dari banyak Aremania di Facebook. Hasilnya, saya menerima banyak kritik, protes, cacian, dan ancaman. Namun semua saya terima dengan lapang dada dan semampu mungkin saya menjelaskan masalahnya kepada Aremania yang bertanya. Menyampaikan surat terbuka ini merupakan bentuk tanggung jawab moral saya kepada Aremania.

Dan, alhamdulillah, banyak Aremania yang kini menjadi teman setelah mendapat penjelasan dari saya. Beberapa Aremania memang sudah mengenal saya secara pribadi jadi lebih mudah memahami sikap dan posisi saya sekarang ini. Saya percaya, banyak teman mendatangkan banyak kebaikan.
Jika masih banyak Aremania keberatan, silakan protes ke redaksi dan lapor ke Dewan Pers. Minta Dewan Pers menjadi mediator. Bila perlu Aremania silakan berunjuk rasa di kantor majalah TEMPO jika TEMPO tak melayani pemuatan surat dari Mas Teguh.

Saya juga mencintai Arema tapi kita bisa berbeda cara dan gaya dalam mengekspresikannya; kita boleh tidak saling suka, tapi jangan sampai saling membenci sehingga kita harus bersikap egoistis dan bersikap pokoke dengan menolak kebenaran dari orang yang tidak kita suka atau kita benci.
Saya sangat menghargai dan menaruh hormat terhadap Aremania yang memberikan tanggapan. Apabila ada hal-hal yang belum memuaskan dan tidak mengenakkan hati dalam surat terbuka ini, saya meminta maaf lahir dan batin dengan setulus-tulusnya.

Matur sembah nuwun untuk kesediaan Aremania membaca dan memahaminya.
Malang, Minggu, 30 Januari 2011 (pukul 01.15 WIB) Salam Satu Jiwa, Arema!
Demikianlah, laporan investigasi Majalah Tempo menguak borok sepakbola Indonesia berbuntut polemik. Tapi, keberatan lewat mailing list yang juga dikirimkan ke redaksi itu, setidaknya telah mendapat penjelasan super detail dari salah satu awaknya. Semoga, semua pihak bisa bersikap dewasa dalam persoalan ini.
Jojo Raharjo

Sebagai media jurnalistik yang terkemuka seharusnya profesional, mengemukakan fakta dengan akurat dan tidak tendensius. awal saya baca saja sebagai aremania saya langsung ngelus dada,jika hanya 1 kesalahan fakta,mungkin bisa dimaklumi, tetapi kalau sampai miring sampai 10 kesalahan, kesabaran apalagi yang harus kami tahan sebagai aremania, malah nyuruh2 demo dll. jika memang Tempo bertanggung jawab, tentu sudah tahu diri bagaimana menetralisir hasutan yang telah ditulis tempo…jika tidak ya terserah, kami punya cara sendiri menyikapi majalah=majalah yang tidak profesional bagi komunitas kami aremania…

Sebenarnya terjawab sudah walaupun kecil tentang akhirnya muncul dualisme Arema antara ISL dan IPL.........
Karena Terbukti tempo merupakan Media yang mnjadi sponsor utama LPI dan PSSI Djohar.


Habisss...............

Antara Tempo - Arema - Politik 3



Selain dari Aremania, surat klarifikasi ke Tempo dan ditembuskan milis arema juga dikirim oleh media officer Arema Indonesia, yang berbunyi:
Sehubungan dengan pemberitaan Majalah Tempo Edisi 24-30 Januari 2011 dengan
judul Korupssi Priit…! Banyak sandiwara di lapangan bola. Maka kami dari
Departemen Media Officer PT Arema Indonesia perlu meluruskan sejumlah informasi yang keliru, dan bila dibiarkan atau tidak dibeikan klarifikasi justru
menimbulkan fitnah dan tidak sesuai dengan fakta apalagi menurut kami tidak
disajikan secara berimbang (cover both side). Utamanya dalam rubrik Tempo
Investigasi. Beberapa informasi yang disajikan Tempo yang kami anggap keliru
dan perlu di luruskan diantaranya :

1. Halaman 55 kolom ketiga alinea 4, ditulis Stadion seakan segera meledak. Teriakan dan nyanyian puluhan ribu suporter kedua kesebelasan memecahkan telinga. Minggu ketiga Februari tahun lalu itu. Persebaya Surabaya bertamu ke kandang Arema di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur dalam kompetisi Liga Super. Aremania dan Bonek “bertempur” adu keras suara, memberi semangat kedua tim yang menyerang silih berganti.

2. Halaman 57 kolom ketiga alinea 3-4, ditulis “Persiwa Wamena ini tim aneh,
karena selalu mendapat penalti di menit-menit akhir,” kata Pelatih Arema, Robert Alberts, sebelum berangkat ke Papua. Gol ajaib akibat keputusan wasit yang ganjil memang kerap terjadi pada pertandingan Liga Super di Papua. Walhasil Arema seperti menjalani misi mustahil. Pemain Arema juga “terteror” insiden kasar dalam pertandingan dua pekan sebelumnya di Wamena. Pemain-pemain Persiwa tak hanya mengalahkan Persisam Samarinda dengan satu gol, tapi juga memukuli enam pemain Persisam.

3. Halaman 58 kolom pertama alinea 2, ditulis “Sepertinya PSSI memang memberi kesempatan kepada Arema untuk juara musim lalu,” ujar Jhon bersungut-sungut.

4. Halaman 58 kolom pertama alinea 3, ditulis Apa Rahasianya ? Arema mengaku meminta tim khusus PT Liga Indonesia memantau pertandingan di Wamena. “Kami ingin mengantisipasi semua faktor nonteknis,” kata Manajer Arema, Mujiono Mujito. “Apa salahnya menghubungi semua pihak terkait untuk berjaga-jaga? “. Artinya, Arema memang justru ketika pertandingan tidak diganggu keanehan macam-macam.

5. Halaman 58 kolom dua alinea 1,ditulis Menurut sumber Tempo, kejadian di Wamena itu indikasi bahwa Arema memang “dikawal” petinggi PSSI. Di Liga Super dan divisi-divisi di bawahnya memang sudah jamak dikenal pentingnya sebuah klub membeli “pengawalan” khusus dari “bapak asuh”. Biasanya mereka adalah petinggi PSSI.

6. Halaman 59 kolom satu alinea 1, ditulis Singkat cerita, pada Mei 2010, setelah bermain imbang 1-1 dengan PSPS Pekanbaru, Arema resmi menjadi juara. Ribuan suporter Aremania membanjiri pertandingan teakhir arema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Disana Arema menghempaskan Persija 2-1. Lengkap sudah kesaktian tim Singo Edan.

7. Halaman 59 kolom satu alinea 3, ditulis Arema pun kelimpungan. apalagi orang-orang Bentoel di Arema mundur satu persatu. Darjoto Setyawan, Ketua Yayasan Arema dan Gunadi Handoko, Direktur Utama PT Arema, mengundurkan diri. Berbagai penyelamatan pun dicoba. Mereka bahkan pernah menjajaki merger dengan klub sepupunya, Persema Malang. Tapi gagal.

8. Halaman 59 kolom dua alinea 3, ditulis Sumber Tempo di dalam manajemen Arema membenarkan adanya bantuan Bakrie. “Jumlahnya lebih dari Rp 7 miliar,” katanya.

9. Halaman 59 kolom tiga alinea 1, ditulis Arema melanggang Gelontoran dana Rp 4,5 miliar untuk Arema dari Ijen Nirwana-pesuahaan pengembang perumahan milik Grup Bakrie-di awal musim ini mempertegas kedekatan antara Arema dan Keluarga Bakrie.

10. Halaman 61 kolom satu alinea 1, ditulis Laporan Keuangan mereka tidak memenuhi standar akuntansi, sekadar pakai program Microsoft Excel yang bisa dihapus dan diubah siapa saja sehingga kesahihannya diragukan. Laporan keuangan PSMS Medan dan Arema Indonesia masuk kategori ini.

 Aremania, salah satu supporter terbaik di Indonesia. Menyikapi pemberitaan media dengan dewasa.

Dari tulisan yang kami rinci di atas, perlu kami luruskan dan klarifikasi, temasuk penilaian kami terhadap keseimbangan berita sebagai syarat mutlak dalam proses jurnalistik, agar diperoleh informasi yang berimbang dan akurat. Adapun klarifikasi dari kami :

1. Pertandingan Arema vs Persebaya di ISL 2009/2010 digelar pada hri Minggu 21 Februari 2010 di Stadion Kanjuruhan. Jajaran kepolisian Malang Raya melarang kehadiran suporter Persebaya ke Malang untuk menjaga kondusifitas, selain saat itu pendukung Persebaya terkena sanksi Komisi Disiplin PSSI, tidak diperbolehkan mendampingi timnya selama bertanding di luar Surabaya selama empat tahun. Ketua Panpel Arema Indonesia, Abriadi juga telah melakukan
kordinasi dengan tim Persebaya, saat melakukan tehnical meeting sehari sebelum pertandingan di Kantor Arema, Jl Sultan Agung, hadir pula jajaran perangkat pertandingan dan jajaran kepolisian memastikan informasi ketidak hadiran pendukung Persebaya, karena intruksi dari jajaran kepolisian, juga adanya sanksi dari Komdis. Karena itu, fakta di Stadion Kanjuruhan saat itu, tidak ada kehadiran pendukung Persebaya. Kami akan mengirimkan bukti video rekaman
pertandingan Arema Indonesia vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada 21 Februari 2010 sebagai bahan kajian redaksi Tempo.

2. Perlu diluruskan, dalam proses jurnalistik unsur when dan who perlu dikesinambungkan. Robert Alberts, saat tulisan ini dimuat sudah tidak lagi menjabat sebagai pelatih Arema Indonesia, karena itu perlu ditulis Robert Alberts sebagai mantan pelatih Arema Indonesia, atau pelatih Arema Indonesia saat itu. Pertandingan melawan Persiwa di ISL 2009/2010 digelar pada 11 April 2010 di Stadion Pendidikan Wamena Papua. Skor berakhir 0-2 untuk kemenangan
Arema Indonesia. Kemenangan itu hasil dari kerja keras semua yang terlibat dalam tim maupun manajemen. Sebab dipersiapkan selama tiga bulan lebih sebelum Arema Indonesia melakukan pertandingan away ke Papua. Di antaranya melakukan TC di Batu selama tujuh hari, dua minggu sebelum keberangkatan ke Wamena, tujuannya untuk beradaptasi dengan cuaca di Wamena yang cenderung dingin. Memantau setiap pertandingan Persiwa, baik saat home maupun away melalui dokumentasi video. Mengumpulkan data tentang menit-menit gol yang diciptakan Persiwa untuk mengantisipasi kelemahan yang dimiliki Arema Indonesia, termasuk memprogram keberangkatan tim empat hari sebelum pertandingan, dengan melakukan
penerbangan transit ke Makassar selama satu hari dengan tujuan agar masa recovery pemain cukup. Perlu diluruskan pula, tim Arema Indonesia tidak merasa terteror dengan kejadian yang menimpa tim lain, terbukti saat itu Arema berangkat dengan pemain-pemain inti. Seharusnya ada konfirmasi dari perwakilan pemain Arema Indonesia terkait informasi tersebut.

3. Akan lebih berimbang, bila ada pernyataan resmi atau konfirmasi terkait statemen tersebut kepada mantan jajaran pelatih, manajemen atau pemain Arema Indonesia yang menjadi saksi pertandingan itu. Dalam kesempatan inipula, kami mengirim dokumentasi rekaman pertandingan Persiwa vs Arema Indonesia di ISL 2009/2010 di Stadion Pendidikan untuk menjadi bahan kajian redaksi Tempo.

Jangan Kau ganggu Singa kami yang sedang tidur COOKKK!!1
Ini Kebanggaan kami, Ini Arema Agama kedua bagi Kami aremania

4. Sekali lagi untuk memenuhi unsur jurnalistik utamanya pada unsur when dan who, saat ini Mujiono Mujito, pada kepengurusan Arema Indonesia pada ISL 2010/2011 sudah tidak menjabat sebagai Manajer Arema Indonesia. Kami sampaikan saat lawan tim ke Wamena, Mujiono Mujito tidak ikut serta mendampingi tim, karena alasan kesibukan di luar Arema Indonesia. Ada kesan kuat, opini diarahkan agar pembaca memahami kalimat nonteknis yang disampaikan narasumber Mujiono Mujito cenderung ke arah materi. Padahal, non teknis yang diantisipasi Arema Indonesia saat lawatan ke Papua, yakni faktor transportasi yang jauh,
kondisi medan yang berpengaruh terhadap kebugaran pemain, karena kami menganggap hasil kajian manajemen tim, kenapa tim-tim lain gagal meraih poin di Papua, karena sebagian besar faktor kelelahan. Karena itu dalam penyusunan program ke Wamena, faktor kelelahan ini menjadi bahan kajian. Karena itu kami sampaikan, kemenangan di Wamena pada ISL 2009/2010 karena hasil kerja keras tim bersama manajemen.

5. Informasi tidak seimbang, tidak ada statemen resmi dari Arema Indonesia untuk menyeimbangkan informasi yang disajikan. Ada kesan kalimat “dikawal”, “pengawalan” , dan “bapak asuh” menggiring opini pembaca ke arah negatif, bukan atas dasar statemen seorang narasumber. Sebab, indikasi kalimat “dikawal”, tidak tegas di sampaikan narasumber. Kalimat ini menggiring ke opini negatif terhadap kemandirian Arema Indonesia yang selama ini berjalan dengan tiga pilar kemandirian yakni dari ticketing, sponsorship dan merchandise. Dalam konteks organisasi sepak bola, Arema Indonesia merupakan anggota PSSI, sudah selayaknya bila PSSI melakukan pembinaan terhadap klub-klub sepak bola yang menjadi anggotanya.

6. Pertandingan Persija vs Arema Indonesia di ISL 2009/2010 digelar pada Minggu 30 Mei 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Pertandingan berakhir 1-5 untuk kemenangan Arema Indonesia, akan kami kirimkan pula video rekaman Persija vs Arema Indonesia, 30 Mei 2010 sebagai bahan kajian redaksi Tempo.

7. Fakta kronologis yang disampaikan tidak runtut. Pengelolaan Arema Indonesia dari Bentoel ke Konsorsium ditandatangani pada 3 Agustus 2009. Dalam jajaran direksi PT Arema Indonesia, saat itu Direktur Utama PT Arema Indonesia dijabat Gunadi Handoko. Sedangkan Darjoto Setiawan, mundur dari Ketua Yayasan Arema pada 8 September 2009, dan Gunadi Handoko resmi mundur dari jabatan Direktur PT Arema Indonesia pada 9 Maret 2010, setelah kurang lebih 7 bulan turut mengelola Arema Indonesia. Sedangkan wacana merger dengan Persema kami membenarkan muncul jauh sebelum pengelolan di serahkan ke Konsorsium pada Agustus 2009. Jadi, faktanya bukan muncul setelah Darjoto Setiawan dan Gunadi Handoko
mengundurkan diri.

 Perayaan Arema Juara Liga Super 2010. Bukan karena hadiah. (foto by wearemania.net)

8. Informasi sangat tidak berimbang, karena tidak ada konfirmasi ke Manajemen PT Arema Indonesia, selayaknya informasi kendati didapat dari narasumber yang enggan disebutkan jati dirinya, tetap ada konfirmasi kepada pihak resmi Manajemen PT Arema Indonesia, informasi itu tidak benar. PT Arema Indonesia murni menjalin kerjasama sponsorship dengan Perumahan Ijen Nirwana Residence, kerjasama di teken sekaligus launching sponsorship pada 14 Nopember 2010, nilai kerjasama total Rp 4,5 miliar.

9. Hubungan PT Arema Indonesia dengan Ijen Nirwana Residence murni kerjasama sponsorship. PT Arema Indonesia memberikan kompensasi atau benefit yang layak sebagai media promosi pihak Ijen Nirwana Residence.

10. Tidak ada konfirmasi resmi ke Departemen Keuangan PT Arema Indonesia terkait informasi tersebut. Tidak benar, sistem keuangan yang ditulis Tempo, sebab PT Arema Indonesia sudah menggunakan sistem keuangan yang memiliki akuntabilitas yang menunjang. Dalam pemberitaan, tidak disampaikan indikator bukti sebuah laporan keuangan, hanya didasarkan dari laporan keuangan menggunakan program Microsoft Excel, jadi data indikator Laporan Keuangan berdasarkan sistem akuntansi yang ditulis Tempo masih sangat dangkal.

Demikian surat klarifikasi ini kami sampaikan. Besar harapan kami, dapat diambil pelajaran berharga dari pemberitaan tentang kami ini. Kami menyadari pula bahwa kami juga pernah khilaf, namun lebih bijaksana bila khilaf itu diperbaiki dengan belajar dan terus belajar. Kami sangat terbuka dengan kritik, saran dan masukan. Ke depan kami juga berharap, agar Tempo sebagai media yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari para pembacanya atas berita yang disajikan, juga membekali dan belajar awak redaksinya dengan memberikan pemahaman teknis sepak bola, agar mampu menilai setiap pertandingan murni dari sisi teknisnya, agar mampu memberikan apresiasi atau penghargaan atas kerja keras awak tim sepak bola, bukan menyajikan fitnah atau berita tidak benar, apalagi menyangkut teknis sepakbola. Arema Indonesia menjadi klub yang sejak awal dibangun dengan kemandirian, karena itu kita merasa masih ingin terus belajar agar menjadi modern dan profesional.
Sabtu, 29 Januari 2011
Salam Satu Jiwa, Arema Indonesia

Sudarmaji, Media Officer PT Arema Indonesia