Minggu, 04 November 2012

Kronologis Konflik Arema versi ADT (3)


Di berita sebelumnya, ADT menjelaskan, peranan saham Lucky Acub Zainal membuat Arema akhirnya tidak ikut Liga Primer Indonesia (LPI).
Melanjutkan pembicaraannya di depan Aremania anti M Nur, ADT mengaku, bank Saudara yang pernah memberikan dana hingga 1,5 miliar, ingin dananya dikembalikan karena Arema akhirnya tidak ikut LPI.

“Kemudian saya kasihkan uangnya ke pak iwan kurniawan dan dia menghubungi orang konsorsium, tapi justru konsorsium tidak mau dikembalikan ya saya bilang simpan saja dulu. Kemudian waktu itu saya terima Arema dalam keadaan minus 7,5 miliar, sekitar desember akhirnya dikeluarkan 1,5 M yang dari bank Saudara ditambah uangnya pak iwan kurniawan,” ungkap pria asal Makassar ini.

Lebih lanjut, ADT menceritakan, sekitar bulan Februari 2011 pemain mogok dan hal itu membuat dirinya minta ke grup Bakrie lagi, yang akhirnya muncul Surabaya Post dan Arek TV. “Dana yang disiapkan sampai 5 miliar, saya bayar 3 miliar, tapi karena ulah beberapa pemain yang kembali mogok dan menganggap saya punya kepentingan, akhirnya saya stop itu. Selanjutnya saya tidak mau karena saya tidak punya kepentingan karena saya ingin menyelamatkan Arema saja,” lugas ADT di depan Aremania anti M Nur.

Kemudian, ADT melanjutkan, tiba-tiba sekitar 2 Juni, pak Nur dipaksa oleh pemain untuk bertemu dan di temani Rendra Kresna. Hasilnya, pak Nur dideadline hingga 19 Juni, dan kalau tidak menyelesaikan pak Nur akan mundur. “Tapi kan tanggal 14 Juni, pak Nur melalui keluarganya pak Said Salim memberikan uang sebanyak 4 miliar untuk melunasi gaji pemain yang saat pemberian dibantu oleh Eddy Rumpoko. Itu tandanya pak Nur memenuhi targetnya,” kata ADT.

Setelah pencairan gaji itu, ADT menceritakan Iwan Budianto (mantan manajer Arema) telepon dirinya dan mengaku jika ada investor dari Singapura yang mau di Arema. “Saya bilang bisa tidak 20 miliar untuk dana ke Arema, tapi akhirnya tidak jadi. Sebenarnya sebelum Iwan Budianto dapat investor dari Singapura itu, pak Nur dan Eddy Rumpoko dulu yang menemui investor itu,” tandas Vice President PT Minarak Lapindo Jaya ini.

Pasca hal itu, beredar kabar kalau Nirwan Bakrie akan memegang Arema. Namun hal itu dibantah oleh ADT. Menurutnya, pak Nirwan sudah janji tidak mungkin mengambil alih Arema apalagi bertentangan dengan aturan FIFA yang tidak boleh memegang lebih dari dua klub dalam satu negara. “Itu pesan langsung pak Nirwan kepada saya,”.

Selanjutnya, ADT mengaku dapat telepon jika Iwan Budianto akan membuat perjanjian dengan Rendra. “Namun langsung saya telepon pak Rendra karena Iwan bukan wakil grup Bakrie. Ketika sudah ada di Malang, saya jelaskan semuanya ke Rendra dan Bambang Winarno,” tutur ADT.

Menurut ADT, Rendra sempat tanya pada dirinya mau posisi mana di Arema. “Tapi langsung saya tegaskan saya tidak mau karena sejak dulu sebenarnya saya bisa saja di posisi ketua tapi saya tidak mau. Kemudian Rendra bilang Iwan Budianto sama saya bisa kerjasama saja. Saya jawab saya mau tapi Iwan Budianto yang tidak mau karena menurut Iwan Budianto investornya tidak mau bekerja sama dengan saya,” lugas pria yang kabarnya musim depan akan mengelola PSM Makassar ini.

Pasca batalnya Iwan Budianto masuk dengan membawa nama grup Bakrie, kata ADT, pak Rendra sedikit tersinggung dengan apa yang telah dilakukan M Nur yang tidak pernah muncul. “Saya tegaskan ke dia karena secara legal tetap pak Nur seharusnya ditemui dulu pak Nur. Dia boleh lepas tanggung jawab beberapa bulan, tapi pak Nur kan datang sebelum deadline yang ditentukan pemain,” tandasnya.

Setelah menemui Rendra pada waktu itu, ADT mengaku pergi ke rumah Lucky. “Sebelumnya Lucky sudah ketemu dengan pak Eddy dan pak Nur. Akhirnya saya kemudian bertemu mereka untuk membicarakan solusi bagi Arema,” pungkas ADT. (onn/mia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar