Minggu, 04 November 2012

Kronologis Konflik Arema versi ADT (2)


Sebelumnya, ADT menjelaskan jika Arema bagaikan nona cantik yang mempunyai paras yang istimewa namun di dalamnya berantakan, apalagi punya hutang piutang yang tidak sedikit.

Melanjutkan pembicaraan di depan Aremania, ADT menjelaskan jika sejak Agustus 2010 Darjoto Setyawan menghentikan sumbangan ke Arema karena sudah tidak diperbolehkan lagi oleh pihak BAT. “Saat itulah saya pertama kali minta ke pak Nur agar menemui Andi Malarangeng (Menpora) yang menjanjikan sponsor untuk Arema,” ungkap pria asli Makassar ini.

“Saya menyarankan pak Nur untuk bertemu dan ada dua bank salah satunya BRI. ternyata akhirnya BRI tidak memberikan apa-apa,” imbuhnya.
Sebelum melanjutkan kronologisnya, ADT juga bercerita jika pada waktu pembentukan PT yang berjumlah 14 saham, pihaknya meminta agar Lucky Acub Zainal diberikan saham kehormatan dan diberikanlah 1 saham kepadanya.

Lebih lanjut, ADT menjelaskan, di sekitar bulan Agustus 2010 akhir, pak Nur berhubungan dengan kelompok pak Arifin dan menyampaikan ke saya jika pak Arifin mau mensponsori Arema. “Saya katakan ambil itu meski ada gerakannya, karena kita harus selamatkan dulu Arema,” ungkapnya.
Setelah mendapat persetujuan ADT itu, akhirnya pergilah pak Rendra dan pak Nur ke kelompok Arifin untuk mengambil uang yang dijanjikan sebesar 5 miliar, tapi ternyata yang diterima hanya 1,5 miliar.

“Seminggu setelah lebaran tahun lalu, tim Arifin datang ke Arema dan berhitung beberapa keperluan untuk Arema. Dan saya sampaikan kepada mereka, selesaikan urusan pemain saja, tapi karena terlihat tidak punya itikad akhirnya saya pergi ke grup Bakrie dan akhirnya Ijen Nirwana masuk dengan 4 miliar untuk 2 tahun, yang digunakan untuk membayar DP kontrak pemain musim lalu,” tutur pria yang juga Vice President PT Minarak Lapindo Jaya ini.

Kemudian ADT menjelaskan, jika di dalam perjalanannya, ada silang pendapat antara ia dan pak Nur, apalagi pak Nur ikut arus yang ingin memasukkan Arema ke LPI. “Namun suka atau tidak suka karena satu lembar saham dari Lucky akhirnya Arema selamat dan tetap di ISL, sebab kalau waktu itu Lucky menjual saham, maka bisa dipastikan Arema akan dimiliki konsorsium,” tandasnya
“Ini fakta sejarah yang mengatakan. Karena nilai 1 saham itu saya temui Lucky dan Alhamdulillah arema tetap ikut ISL,” imbuh mantan Dirut BLI ini. (onn/mia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar