Maryanto Ketika Kami Temui di Rumahnya
Pemain yang mengawali karir sepakbola bersama
Persema Malang kurang lebih selama 13 tahun yang berposisi sebagai sayap
kemudian bergabung bersama Arema pada tahun 1989, ketika bergabung
bersama Arema pemain yang mempunyai nama Maryanto ini statusnya adalah
pemain pinjaman dan kurang lebih bergabung bersama Arema selama 5 tahun.
Maryanto bergabung bersama Arema atas permintaan dua orang yang mempunyai andil besar terhadap Arema beliau adalah Alm. Bos Lucky (Acub Zaenal, red) dan Ovan Tobing. Alm. Bos Lucky sangat tertarik dengan permainan Maryanto dalam mengolah si kulit bundar dan sprintnya yang tidak bisa di tandingi sampai – sampai dia dijuluki dengan Si Kijang.
Maryanto bergabung bersama Arema atas permintaan dua orang yang mempunyai andil besar terhadap Arema beliau adalah Alm. Bos Lucky (Acub Zaenal, red) dan Ovan Tobing. Alm. Bos Lucky sangat tertarik dengan permainan Maryanto dalam mengolah si kulit bundar dan sprintnya yang tidak bisa di tandingi sampai – sampai dia dijuluki dengan Si Kijang.
Kepindahan Maryanto ke Arema dari Persema memang
merupakan suatu memori yang luar biasa bagi dirinya sampai bisa
mengatarkan Arema menjadi Juara Galatama, hal ini dikarenakan Maryanto
yang status bantu pertahanan meski tidak diinstruksikan untuk bertahan.
Kegigihannya serta kengeyelannya dalam memberi assist selalu memanjakan
para striker.
Selama
bergabung dengan Arema semangat dari pemain yang memakai nomor punggung
18 sewaktu membela Arema ini selalu onfire, uniknya dalam menambah
semangat atau motivasi sebelum bertanding Maryanto meminta Ovan Tobing
untuk selalu memberikan suntikan motivasi agar permainannya lebih
agresif dan dapat memberikan yang terbaik untuk Arema dan pecinta Arema.
Menjadi seorang pemain yang selalu memberikan assist kepada striker memerlukan kemampuan yang luar biasa, karakter tersebut tidak akan muncul begitu saja namun semua itu tak lepas dari sering berlatih dengan bersungguh – sungguh dan tentunya tak lepas dari andilnya seorang pelatih yang bisa membesarkan namanya.
Pelatih yang selalu menjadi favorit dan takkan pernah dilupakannya adalah Alm. Bang Andi M. Teguh, pak Solekan dan pak Nino Sutrisno, beliau – beliu ini adalah yang membentuk karakter sang Maryanto. Berkat pelatih – pelatih inilah Maryanto bisa memperoleh gelar pemain terbaik pada tahun 1984 dalam Piala Presiden di Semarang saat memperkuat Persema Malang.
Bukan berarti dengan gelar tersebut pemain kelahiran 50 tahun silam ini dalam lapangan tidak mempunyai lawan dan klub yang sulit ditaklukkan, pemain yang menurut Maryanto ketika berhadapan sangat sulit ditaklukkan adalah pemain bertahan asal Irian (sekarang Papua) yakni Rumpasium. “Entah kenapa saya itu kalau berhadapan dengan satu pemain ini jarang bisa melawatinya. Dan kalau sebuah klub yang sulit ditaklukkan adalah PKT Bontang,” tuturnya.
Dengan menjadi pemain yang berposisi sebagai
pengumpan bagi rekan – rekannya ini selain terinspirasi dari pemain
mungil asal Argentina, Maryanto juga mempunyai pemain yang menjadi
inspirasinya untuk menjadi pesepakbola nasional yaitu Syamsul Arifin
& Joko Malis.
Segala macam prestasi yang pernah diraih oleh suami dari Sulistyani Lilis ini juga turut merasakan suka dukanya bersama Arema bahkan tak tega melihat rekan – rekannya belum menerima gaji walaupun dia seorang PNS dengan gaji yang pas – pasan. Namun dengan telatnya gaji seorang pemain rasa kebersamaan serta rasa kekeluargaan di dalam Arema selalu terjaga dengan baik.
Hal itu sama seperti yang dialaminya Arema Indonesia saat ini, pria yang mengidolakan Roman Chmelo dan M. Rihuan yang selalu mengingatkan dia saat – saat membela ketika bermain bersama Arema ini berharap agar Arema dan seluruh pemain Arema dapat berprestasi lebih baik serta mempertahankan gelar juara yang telah diraih musim kemarin.
Serta harapan untuk Aremania yang sekarang ini telah memberikan segala sesuatunya terhadap Arema Indonesia agar selalu kompak, tidak anarkis, menjaga silaturahmi yang sudah terjalin dengan baik dan bisa menjadi lebih baik lagi.
Segala macam prestasi yang pernah diraih oleh suami dari Sulistyani Lilis ini juga turut merasakan suka dukanya bersama Arema bahkan tak tega melihat rekan – rekannya belum menerima gaji walaupun dia seorang PNS dengan gaji yang pas – pasan. Namun dengan telatnya gaji seorang pemain rasa kebersamaan serta rasa kekeluargaan di dalam Arema selalu terjaga dengan baik.
Hal itu sama seperti yang dialaminya Arema Indonesia saat ini, pria yang mengidolakan Roman Chmelo dan M. Rihuan yang selalu mengingatkan dia saat – saat membela ketika bermain bersama Arema ini berharap agar Arema dan seluruh pemain Arema dapat berprestasi lebih baik serta mempertahankan gelar juara yang telah diraih musim kemarin.
Serta harapan untuk Aremania yang sekarang ini telah memberikan segala sesuatunya terhadap Arema Indonesia agar selalu kompak, tidak anarkis, menjaga silaturahmi yang sudah terjalin dengan baik dan bisa menjadi lebih baik lagi.
Maryanto (nomer 18) Dengan Kecepatan Dribel Untuk Arema di Gajayana
Nama : Maryanto
Istri : Sulistyani Lilis
Anak : * Vania Chasanah * Vivi Artika
Karier sebagai pemain :
1. Tahun 1977 – 1979 SSB Gajayana
2. Tahun 1979 – 1980 Persema Junior
3. Tahun 1980 – 1989 Persema Senior,
gelar pemain terbaik dalam kejuaran piala Presiden di Semarang pada tahun 1984.
4. Tahun 1989 – 1994 Arema,
mengantar Arema menjadi juara Galatama pada tahun 1992 / 1993
5. Tahun 1994 – 1997 Persema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar