Wearemania.net - Usai membaca cerita pemain Arema yang pindah di klub lain yang mengegerkan. Kali ini redaksi membuka ingatan nawak-nawak tentang pemain-pemain rekrutan Arema yang bermasalah dalam Cerita Saga Transfer Arema Bagian Kedua.
Tidak setiap rekrutmen pemain Arema berlangsung dalam kondisi sukses. Ada beberapa rekrutmen pemain yang sempat mengundang kontroversi karena berbagai sebab. Jika sudah seperti ini, tidak hanya klub saja yang dirugikan namun juga para pemainnya. Kali ini saya akan membahas beberapa rekrutmen pemain Arema yang sempat bermasalah.
Masalah tersebut ditemui sebelum mereka bermain bersama Arema. Untuk kali ini jenis permasalahan saya fokuskan pada hal-hal yang menyangkut dengan administrasi dan legal pemain dengan tidak memandang tempo kejadian apakah berada di pramusim atau malah jeda musim kompetisi. Untuk lebih jelasnya saya list beberapa rekrutmen pemain Arema yang sempat menemui masalah seperti kategori diatas
1.Bejo Sugiantoro
Wearemania.net - Salah
satu pemain Timnas Primavera ini pernah bermain bersama Persebaya dan
PSPS Pekanbaru. Di PSPS Ia bergabung selama 2 musim dari tahun 2002-2003
setelah melewati berbagai kesuksesan bersama Persebaya, termasuk gelar
Liga Indonesia 1996/1997 dan Runner Up 2 tahun kemudian.
Karirnya
bersama PSPS tak terbilang sukses. Musim pertama PSPS gagal melaju ke
babak 8 besar meski sudah mengeluarkan dana berlimpah. Hal yang sama
diulangi musim sesudahnya meski sudah mengkoleksi pemain bintang. Di
musim ini karir Bejo Sugiantoro bersama Hendro Kartiko dan Aples Tecuari
sempat mandeg akibat skorsing 1 tahun dari PSSI karena terlibat insiden
pemukulan wasit Subandi.
Selepas menjalani skorsing 1 tahunnya, Bejo Sugiantoro terlibat dalam proses rekrutmen kontroversial bersama Arema dan Persebaya. Kala itu kesepakatan prakontrak antara Bejo Sugiantoro dan Arema telah disepakati. Pencairan pertama uang muka kontrak sebesar 10juta rupiah juga sudah dikirimkan. Namun tidak selang berapa lama Persebaya ikut campur dalam saga rekrutmen Bejo Sugiantoro. Akibatnya dualisme kontrak terjadi.
Karena yang terlibat adalah dua klub besar yang sudah lama berseteru(Arema dan Persebaya), alhasil terjadi tarik ulur mengenai proses rekrutmen Bejo Sugiantoro. Gosip yang beredar Arema sanggup menawarkan kontrak sebesar 300-325juta rupiah setahun atau lebih mahal daripada rivalnya, Persebaya. Sumber lain menyebutkan bahwa ikatan yang terjadi antara Bejo Sugiantoro bersama Arema bukanlah prakontrak namun sudah ada deal kontrak resmi sesuai dengan standar aturan PSSI kala itu.
Meski begitu tak sekalipun Bejo Sugiantoro terlibat dalam persiapan tim Arema. Kasus ini pula sampai menimbulkan perhatian besar baik di kalangan suporter maupun media massa. Salah satu group media massa terbesar di Jawa Timur sempat terlibat persaingan 'tak resmi' dengan menyajikan porsi pemberitaan seputar Bejo Sugiantoro dari dua sudut yang berbeda.
Kasus ini akhirnya diselesaikan setelah K.H. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB NU kala itu sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam menjadi wasit dalam pertemuan yang melibatkan kedua pihak. Disepakati bahwa Bejo Sugiantoro akhirnya menjadi pemain Persebaya, dan Ketua Harian Persebaya kala itu Alm. H. Santo meminta maaf kepada perwakilan Arema, Darjoto Setiawan, Satriya B.W. dan Alm. Gandi Yogatama beserta Aremania atas kelakuan Bejo, Hendro dan Persebaya pada pertemuan ayng diselenggarakan 12 November 2003.
Bejo Sugiantoro menjadi pemain Persebaya selama beberapa musim dan andil dalam merebut Gelar Juara Liga Indonesia 2004 dan Divisi I tahun 2006.
2. Hendro Kartiko
Wearemania.net - Sama halnya dengan Bejo Sugiantoro, Hendro
Kartiko libat dalam saga rekrutmen yang rumit dan melibatkan dua klub
terbesar di Jawa Timur, Arema dan Persebaya.Selepas menjalani skorsing 1 tahunnya, Bejo Sugiantoro terlibat dalam proses rekrutmen kontroversial bersama Arema dan Persebaya. Kala itu kesepakatan prakontrak antara Bejo Sugiantoro dan Arema telah disepakati. Pencairan pertama uang muka kontrak sebesar 10juta rupiah juga sudah dikirimkan. Namun tidak selang berapa lama Persebaya ikut campur dalam saga rekrutmen Bejo Sugiantoro. Akibatnya dualisme kontrak terjadi.
Karena yang terlibat adalah dua klub besar yang sudah lama berseteru(Arema dan Persebaya), alhasil terjadi tarik ulur mengenai proses rekrutmen Bejo Sugiantoro. Gosip yang beredar Arema sanggup menawarkan kontrak sebesar 300-325juta rupiah setahun atau lebih mahal daripada rivalnya, Persebaya. Sumber lain menyebutkan bahwa ikatan yang terjadi antara Bejo Sugiantoro bersama Arema bukanlah prakontrak namun sudah ada deal kontrak resmi sesuai dengan standar aturan PSSI kala itu.
Meski begitu tak sekalipun Bejo Sugiantoro terlibat dalam persiapan tim Arema. Kasus ini pula sampai menimbulkan perhatian besar baik di kalangan suporter maupun media massa. Salah satu group media massa terbesar di Jawa Timur sempat terlibat persaingan 'tak resmi' dengan menyajikan porsi pemberitaan seputar Bejo Sugiantoro dari dua sudut yang berbeda.
Kasus ini akhirnya diselesaikan setelah K.H. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB NU kala itu sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam menjadi wasit dalam pertemuan yang melibatkan kedua pihak. Disepakati bahwa Bejo Sugiantoro akhirnya menjadi pemain Persebaya, dan Ketua Harian Persebaya kala itu Alm. H. Santo meminta maaf kepada perwakilan Arema, Darjoto Setiawan, Satriya B.W. dan Alm. Gandi Yogatama beserta Aremania atas kelakuan Bejo, Hendro dan Persebaya pada pertemuan ayng diselenggarakan 12 November 2003.
Bejo Sugiantoro menjadi pemain Persebaya selama beberapa musim dan andil dalam merebut Gelar Juara Liga Indonesia 2004 dan Divisi I tahun 2006.
2. Hendro Kartiko
Hendro Kartiko di Liga Indonesia 2002 membela PSPS Pekanbaru dan terkena sanksi skorsing akibat pemukulan wasit Subandi bersama Bejo dan Aples Tecuari. Karirnya bersama PSPS akhirnya mandeg, begitu juga peluangnya untuk membela Timnas Indonesia.Selama menjalani skorsing ia ikut berlatih bersama Arema yang kala itu, pada tahun 2003 dilatih oleh Henk Wullems sebagai pelatih utama.
Seperti yang kita ketahui bersama Hendro Kartiko di akhir tahun 2003 terlibat dualisme kontrak karena Arema dan Persebaya sama-sama mengklaim status kepemilikan pemain yang beristrikan wong Ngalam tersebut. Hendro Kartiko disebut-sebut sudah menerima pembayaran uang muka kontrak sebesar 10juta rupiah dari Arema, dengan nilai kontrak hampir sama dengan Bejo Sugiantoro sekaligus lebih besar daripada yang ditawarkan Persebaya.
Pada akhirnya Arema terpaksa merelakan kepergian Hendro Kartiko bersama Persebaya selepas pertemuan di Ponpes Mahasiswa Al Hikam yang dimediasi Ketua Umum PB NU kala itu, K.H. Hasyim Muzadi.
Hendro Kartiko bersama Bejo Sugiantoro akhirnya menjadi bagian dari skuad juara Persebaya kala memenangkan trophy Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Namun, berbeda dengan Bejo, Hendro Kartiko masih sempat bermain bersama Arema. Ia bermain selama semusim pada Liga Indonesia 2007/2008, dan menjadi bagian dari pilar Arema untuk keikutsertaan tim berjuluk Singo Edan di Liga Champions Asia 2007.
1. Bejo Sugiantoro
3. Marthen TaoWearemania.net - Ada beberapa persamaan yang terjadi dalam kasus dualisme kontrak yang mendera Marthen Tao, Bejo Sugiantoro dan Hendro Kartiko yang melibatkan Arema. Diantaranya terjadi bersamaan menjelang musim Liga Indonesia 2004, pembayaran Down Payment kontrak dari Arema kepada sang pemain sekaligus keberanian Arema dalam memperjuangkan haknya mengingat yang menjadi rivalnya baik Persebaya dan PKT merupakan klub Divisi Utama, sedangkan Arema kala itu harus berkutat di Divisi 1.
Barangkali
yang menjadi pembeda, jika Bejo Sugiantoro dan Hendro Kartiko gagal
berlabuh di Arema, maka Marthen Tao menjadi pembeda. Ia akhirnya sukses
direngkuh Arema meski harus menguras kesabaran yang tidak sebentar.
Hingga batas akhir pendaftaran pemain untuk Kompetisi Divisi Utama dan Divisi 1, kedua klub masih ngotot mendaftarkan Marthen Tao. Akibatnya Direktur Status, Alih Status dan dan Transfer Pemain PSSI, Barry Sihotang memasukkan Marthen Tao kedalam daftar cekal. Akibatnya Marthen dilarang memperkuat dan berkompetisi bersama klub sepakbola Indonesia manapun selama belum ada kejelasan menyangkut dualisme kontrak. Selama paruh pertama musim kompetisi baik Arema dan PKT Bontang tidak dapat menggunakan tenaga Marthen untuk mengikuti kompetisi.
Status Marthen akhirnya terjawab setelah Komisi Disiplin PSSI menggelar sidang dan memastikan Marthen Tao menjadi milik Arema pada 25 Maret 2004. Ketua komdis PSSI Togar Manahan Nero dalam konferensi persnya kala itu mengatakan, pemain asal Papua tersebut diputuskan telah menjadi pemain Arema dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, keinginan kuat pemain tersebut untuk memperkuat klub berjuluk Singo Edan tersebut.
Bergabungnya Marthen Tao ke Arema sendiri bukanlah perkara mudah. Ia akhirnya didenda sebesar 10juta rupiah kepada PSSI akibat kasus ini sekaligus diharuskan membayar seluruh uang kontrak yang ia terima dari PKT Bontang.
Marthen Tao sendiri tidak dapat memperkuat Arema selama sisa Putaran I Divisi I 2004, namun ia dapat memulai karir bersama Arema sejak Putaran II. Marthen Tao akhirnya menjadi pahlawan Arema kala merengkuh Gelar Juara Divisi I tahun 2004, serta Copa Indonesia 2005 dan 2006. Liga Indonesia XII tahun 2006 menjadi musim terakhri Marthen bersama Arema.
4.Gerard Ambassa Guy
Hingga batas akhir pendaftaran pemain untuk Kompetisi Divisi Utama dan Divisi 1, kedua klub masih ngotot mendaftarkan Marthen Tao. Akibatnya Direktur Status, Alih Status dan dan Transfer Pemain PSSI, Barry Sihotang memasukkan Marthen Tao kedalam daftar cekal. Akibatnya Marthen dilarang memperkuat dan berkompetisi bersama klub sepakbola Indonesia manapun selama belum ada kejelasan menyangkut dualisme kontrak. Selama paruh pertama musim kompetisi baik Arema dan PKT Bontang tidak dapat menggunakan tenaga Marthen untuk mengikuti kompetisi.
Status Marthen akhirnya terjawab setelah Komisi Disiplin PSSI menggelar sidang dan memastikan Marthen Tao menjadi milik Arema pada 25 Maret 2004. Ketua komdis PSSI Togar Manahan Nero dalam konferensi persnya kala itu mengatakan, pemain asal Papua tersebut diputuskan telah menjadi pemain Arema dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, keinginan kuat pemain tersebut untuk memperkuat klub berjuluk Singo Edan tersebut.
Bergabungnya Marthen Tao ke Arema sendiri bukanlah perkara mudah. Ia akhirnya didenda sebesar 10juta rupiah kepada PSSI akibat kasus ini sekaligus diharuskan membayar seluruh uang kontrak yang ia terima dari PKT Bontang.
Marthen Tao sendiri tidak dapat memperkuat Arema selama sisa Putaran I Divisi I 2004, namun ia dapat memulai karir bersama Arema sejak Putaran II. Marthen Tao akhirnya menjadi pahlawan Arema kala merengkuh Gelar Juara Divisi I tahun 2004, serta Copa Indonesia 2005 dan 2006. Liga Indonesia XII tahun 2006 menjadi musim terakhri Marthen bersama Arema.
4.Gerard Ambassa Guy
Wearemania.net - Ambassa
Guy merupakan satu diantara tiga pemain asing Arema yang dikontrak p`da
Putaran II kompetisi Liga Indonesia 2007 lalu bersama Emile Mbamba dan
Tarikh El Janaby. Pemain kelahiran Kamerun yang membela Tim Nasional
Hong Kong ini sempat memiliki masalah dengan Arema berkaitan dengan
status kontraknya.
Kala itu kepindahan Gerard Ambassa Guy dari Happy Valley Hong Kong ke Arema gagal terlaksana karena status Gerard bukanlah free transfer seperti yang diutarakan agennya. Ambassa Guy masih terikat kontrak dengan Happy Valley dan FIFA sendiri akhirnya tidak dapat menerbitkan ITC(International Transfer Certificate) kepadanya sesuai dengan request dari klub lamanya.
Meski Gerard Ambassa Guy telah menerima 25% pembayaran awal kontrak dari angka yang disetujui sebesar 600juta rupiah, namun kepindahannya ke Arema tidak pernah terjadi. Bahkan ia sekalipun tidak pernah mengikuti latihan Arema dibawah komando Miroslav Janu, pelatih Arema kala itu.
Kasus ini sempat mendapat dukungan dari PSSI kepada Arema yang sedang memperjuangkan kasusnya. Arema bahkan sempat melaporkan pengingkaran kesepakatan kontrak yang dilakukan Gerard Ambassa Guy kepada Polresta Malang setelah menunggu hingga 31 Agustus 2007 kedatangan Ambassa Guy ke Malang dan memulai persiapan tim bersama Arema.
Kasus ini akhirnya selesai setelah dicapainya kesepakatan antara sang pemain, Arema beserta agen. Ambassa Guy tetap berkarir bersama Happy Valley hingga tahun 2009. Sebagai gantinya, Arema mendapatkan stopper asal Argentina, Fernando Martin Stagnari.
5. Erol Fx Iba dan Sony Kurniawan
Kala itu kepindahan Gerard Ambassa Guy dari Happy Valley Hong Kong ke Arema gagal terlaksana karena status Gerard bukanlah free transfer seperti yang diutarakan agennya. Ambassa Guy masih terikat kontrak dengan Happy Valley dan FIFA sendiri akhirnya tidak dapat menerbitkan ITC(International Transfer Certificate) kepadanya sesuai dengan request dari klub lamanya.
Meski Gerard Ambassa Guy telah menerima 25% pembayaran awal kontrak dari angka yang disetujui sebesar 600juta rupiah, namun kepindahannya ke Arema tidak pernah terjadi. Bahkan ia sekalipun tidak pernah mengikuti latihan Arema dibawah komando Miroslav Janu, pelatih Arema kala itu.
Kasus ini sempat mendapat dukungan dari PSSI kepada Arema yang sedang memperjuangkan kasusnya. Arema bahkan sempat melaporkan pengingkaran kesepakatan kontrak yang dilakukan Gerard Ambassa Guy kepada Polresta Malang setelah menunggu hingga 31 Agustus 2007 kedatangan Ambassa Guy ke Malang dan memulai persiapan tim bersama Arema.
Kasus ini akhirnya selesai setelah dicapainya kesepakatan antara sang pemain, Arema beserta agen. Ambassa Guy tetap berkarir bersama Happy Valley hingga tahun 2009. Sebagai gantinya, Arema mendapatkan stopper asal Argentina, Fernando Martin Stagnari.
5. Erol Fx Iba dan Sony Kurniawan
Wearemania.net - Pramusim
Liga Indonesia 2004 bagi Arema diwarnai kejadian yang penuh
mendebarkan. Bagaimana tidak, hampir 30 pemain yang dikontrak untuk
kebutuhan tim menyongsong Liga Indonesia 2004, hampir seperlimanya
bermasalah dalam kontrak. Jika Hendro Kartiko dan Bejo Sugiantoro
menjadi bagian dari cerita bad ending Arema kala itu, dan Marthen Tao
menjadi bagian dari sekuel kedua Saga Rekrutmen Arema musim 2004, maka
kejadian yang menimpa Erol FX Iba dan Sonny Kurniawan berakhir dengan
ending yang baik untuk Arema.
Erol FX Iba maupun Sonny Kurniawan berasal dari klub yang sama, PSPS Pekanbaru di Liga Indonesia 2003. Permasalahan terjadi tatkala kepindahan keduanya ke Arema dipermasalahkan oleh klub lamanya, PSPS Pekanbaru.
Tim asal Provinsi Riau tersebut menyatakan jika keduanya telah terikat kontrak dan masuk sebagai list pemain PSPS untuk Liga Indonesia 2004. Tidak tinggal diam, manajemen Arema memanggil keduanya untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Untuk menanggulangi hal-hal yang diinginkan Arema juga berkonsultasi dengan PSSI mengenai ikatan perjanjian kontrak yang dilakukan oleh kedua pemain tersebut dengan Arema maupun klub lamanya.
Pada akhirnya diketahui bahwa ikatan kontrak antara Erol FX Iba dan Sonny Kurniawan sah dengan Arema. Dari pihak PSSI pun mengesahkan kedua wingback tersebut untuk menjadi bagian tim Arema. Dua pemain tersebut tetap diplot sebagai bagian dari starting line up Arema yang menjadi juara Divisi I Liga Indonesia 2004.
Pemilihan Erol FX Iba dan Sonny Kurniawan sebagai bagian dari skuad Arema merupakan pilihan brilian. Erol mengisi posisi sebagai wingback kiri, sedangkan Sonny di sisi kanan. Di satu musim kompetisi tersebut posisi keduanya tak tergantikan bagi Arema. Jauh hari sebelum musim kompetisi berakhir Erol dan Sonny diganjar perpanjangan kontrak hingga akhir tahun 2005 atau berakhirnya Liga Indonesia XI.
Sayang, hanya Erol FX Iba yang akhirnya bertahan hingga akhir masa kontraknya(di kemudian hari diperpanjang hingga menjelang akhir tahun 2006 dan menjadi bagian dari skuad Juara Copa Indonesia 2006 bersama Arema). Sonny Kurniawan mengakhiri masa kontraknya bersama Arema selepas Putaran I Liga Indonesia 2005 karena konsistensi permainan yang menurun. Posisi yang ditempati menjadi paten milik Alex Pulalo hingga beberapa musim kedepan.
http://www.wearemania.net/arema-news/2431-5-rekrutmen-bermasalah-arema
Erol FX Iba maupun Sonny Kurniawan berasal dari klub yang sama, PSPS Pekanbaru di Liga Indonesia 2003. Permasalahan terjadi tatkala kepindahan keduanya ke Arema dipermasalahkan oleh klub lamanya, PSPS Pekanbaru.
Tim asal Provinsi Riau tersebut menyatakan jika keduanya telah terikat kontrak dan masuk sebagai list pemain PSPS untuk Liga Indonesia 2004. Tidak tinggal diam, manajemen Arema memanggil keduanya untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Untuk menanggulangi hal-hal yang diinginkan Arema juga berkonsultasi dengan PSSI mengenai ikatan perjanjian kontrak yang dilakukan oleh kedua pemain tersebut dengan Arema maupun klub lamanya.
Pada akhirnya diketahui bahwa ikatan kontrak antara Erol FX Iba dan Sonny Kurniawan sah dengan Arema. Dari pihak PSSI pun mengesahkan kedua wingback tersebut untuk menjadi bagian tim Arema. Dua pemain tersebut tetap diplot sebagai bagian dari starting line up Arema yang menjadi juara Divisi I Liga Indonesia 2004.
Pemilihan Erol FX Iba dan Sonny Kurniawan sebagai bagian dari skuad Arema merupakan pilihan brilian. Erol mengisi posisi sebagai wingback kiri, sedangkan Sonny di sisi kanan. Di satu musim kompetisi tersebut posisi keduanya tak tergantikan bagi Arema. Jauh hari sebelum musim kompetisi berakhir Erol dan Sonny diganjar perpanjangan kontrak hingga akhir tahun 2005 atau berakhirnya Liga Indonesia XI.
Sayang, hanya Erol FX Iba yang akhirnya bertahan hingga akhir masa kontraknya(di kemudian hari diperpanjang hingga menjelang akhir tahun 2006 dan menjadi bagian dari skuad Juara Copa Indonesia 2006 bersama Arema). Sonny Kurniawan mengakhiri masa kontraknya bersama Arema selepas Putaran I Liga Indonesia 2005 karena konsistensi permainan yang menurun. Posisi yang ditempati menjadi paten milik Alex Pulalo hingga beberapa musim kedepan.
http://www.wearemania.net/arema-news/2431-5-rekrutmen-bermasalah-arema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar