Antara penonton dan Suporter
Secara harfiah, istilah “penonton” berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.
Sementara itu menurut akar katanya, kata “suporter “ berasal dari kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To supportartinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan.
Dilihat dari kedua pengertian di atas jelaslah apabila antara ‘penonton’ dan ‘suporter’ memiliki makna yang berbeda, terlebih lagi apabila kata tersebut digunakan dalam persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itusuporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim.
Dalam pemakaian awam, kedua kata tersebut seringkali saling mengganti dalam pemaknaannya. Makna saling mengganti ini bisa ditemui di tulisan Maksum dan Suyanto (1991) ataupun dalam berbagai tulisan di media massa. Penelitian ini memilih kata penonton untuk menjelaskan orang yang menyaksikan maupun memberikan dukungan pada suatu tim.
Terdapat tiga alasan dasar pemakaian istilah penonton pada kajian ini. Pertama, ‘penonton’ maknanya lebih luas daripada ’suporter’, artinya setiap suporter adalah penonton, sebaliknya tidak semua penonton itu suporter. Kedua, tidak semua ’suporter’ yang mendukung tim kesayangan dalam suatu pertandingan menggunakan atribut tim yang didukungnya, sehingga sulitlah bila mengidentifikasi apakah seseorang sebagai penonton atau sebagai suporter. Ketiga, baik penonton maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi lingkungan tertentu (Suryanto, 1996).
Selain penonton dan suporter, istilah lain juga muncul berkenaan dengan sebutan terhadap sekelompok orang yang sedang menyaksikan pertandingan sepakbola. Bersumber dari sejumlah terbitan surat kabar di Surabaya maupun tulisan hasil penelitian sejumlah ahli, peneliti melansir adanya beberapa istilah untuk penonton sepakbola, seperti istilah tifosi dari Italia, torsedor dari Amerika Latin, istilah bonek serta boling dari Surabaya.
Tifosi berarti pendukung fanatik dalam sepakbola Italia (Dal-Lago & De Biasi, 1994), begitu pula halnya dengan istilah torsedor. Sementara itu istilah bonekdan boling merupakan singkatan atau akronim dari kata ’bondho nekat’ dan ‘bondho maling’.
Istilah ’bonek’ dari sisi semantik memiliki makna yang netral dan tidak memiliki tendensi perilaku yang negatif. Orang yang memiliki sifat ‘bondho nekat’ menunjukkan motivasi yang tinggi dan keberanian untuk mencapai suatu tujuan walaupun tidak memiliki bekal yang cukup. Dalam perkembangannya peran media sangat besar dalam mensosialisasikan istilah ini. Istilah bonek kemudian menjadi sifat yang dimiliki oleh suporter yang ingin menonton dan mendukung suatu kesebelasan sepakbola.
Perkembangan makna istilah bonek berikutnya adalah menggambarkan sekelompok penonton sepakbola yang biasanya selalu membuat ulah dan keributan, baik di luar ataupun di dalam lapangan atau stadion. Para bonek biasanya hanya berbekal lima ratus hingga dua ribu rupiah atau kurang dari biaya yang dibutuhkan untuk ongkos berangkat dan pulang dari stadion serta untuk membeli tiket masuk stadion. Bila berangkat ke stadion seringkali bonek ini mencari tumpangan umum seperti truk terbuka atau pick-up atau mencegat kereta api yang sedang lewat. Caranya masuk ke stadion, bonek ini ada yang minta uang untuk beli karcis, ada yang tanpa bayar. Ada yang minta belas kasihan penjaga pintu stadion. Ada yang masuk dengan memanjat dinding stadion atau menunggu jebolnya pintu stadion.
Sementara itu istilah ’boling’ muncul setelah terjadi keributan antar penonton sepakbola saat kesebelasan Persebaya bertanding dengan Persita Tangerang pada 17/3/1997. Label ini diberikan oleh Walikota Surabaya (Sunarto Somaprawiro) melalui sejumlah penerbitan media massa atas kekecewaannya terhadap perilaku para penonton sepakbola dari Surabaya yang diduga melakukan kericuhan di Stadion Benteng Tangerang.
Apapun istilah yang diberikan terhadap pengkonsumsi pertunjukan sepakbola, hal itu menunjukkan bahwa diantara para wartawan, birokrat, maupun penontonnya sendiri memiliki kreativitas tersendiri dalam menjelaskan dan menjalankan peran dalam persepakbolaan.
Penonton sepakbola merupakan orang atau sekelompok orang yang menyaksikan ataupun memberikan dukungan pada suatu tim dalam pertandingan sepakbola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penonton sepakbola merupakan kumpulan orang yang berada dalam suatu situasi sosial tertentu, yaitu situasi pertandingan sepakbola yang menyaksikan atau memberikan dukungan kepada tim yang dijagokannya. Oleh karena penonton sepakbola merupakan suatu kumpulan orang, maka untuk memahami perilakunya diperlukan penjelasan yang terkait dengan konsep seperti situasi sosial dan kelompok sosial.
Sumber
Salam Satoe Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar