Intermezzo : Tipe Penonton Sepakbola yang Menyebalkan
Ada banyak alasan kita memilih menonton
sepakbola secara langsung di stadion dibandingkan lewat televisi. Emosi
dan adrenalin kita dapat terpacu dengan hadir langsung didalam stadion.
Selain itu dengan menonton di stadion kita dapat menyaksikan langsung
hal-hal yang sekiranya tidak tertangkap oleh kamera televisi.
Namun ada kalanya ketika menonton
langsung di stadion kita merasa terusik dengan tingkah laku penonton di
samping, depan atau belakang kita. Iseng-iseng, jika Anda kerap
menghadiri pertunjukan sepakbola di stadion, sebenarnya Anda sudah
mengenali karakter-karakter ini. Percaya atau tidak, mereka akan
benar-benar ada di kerumunan kebisingan penonton sepakbola.
Hal-hal seperti ini kerapkali saya temui
ketika menonton pertandingan sepakbola di stadion baik Arema, Persema,
Timnas Indonesia ataupun klub-klub lain.
1. Tukang Lempar 'Jumrah'
Kita seringkali mendengar prosesi lempar jumrah sebagai bagian dari
penyelenggaraan ibadah Haji. Prosesi ini memang wajib dilakukan oleh
jamaah haji untuk menunaikan tugasnya di Tanah Suci. Namun, prosesi
seperti ini haram untuk dilakukan di stadion ketika ada pertandingan
sepakbola. Apa pasal? Selain sudah menjadi aturan baku terkait
pelarangan aksi lempar ini, tidak jarang aksi ini mengganggu sesama
penonton hingga mengundang keributan. Aksi lempar 'jumrah' berupa
potongan jagung, gelas/botol air mineral, kulit buah rambutan, air
kencing atau bahkan batu sebesar kepala orang dewasa pernah saya lihat
secara live didalam stadion. Inilah salah satu dari 100 peristiwa yang
mesti muncul dalam komiknya Benny Rachmadi(komikus yang menciptakan
karakter Benny dalam Benny dan Mice).
2. 'Hiperaktif'
Didalam stadion mau teriak-teriak, bersorak atau hanya sekedar
menumpahkan ketegangan dengan banyak-banyak berdoa adalah sah-sah saja.
Masalahnya bagaimana jika aksi yang dilakukan disertai dengan uluran
tangan dan kaki secara tak terkendali? Misalnya ketika pemain dari klub
pujaan hendak menyarangkan gol secara tidak sengaja kaki sang penggemar
ikut-ikutan memperagakan sebuah tendangan 'bebas'. Tak ayal lontaran
kaki sang penggemar tersebut seringkali mendarat dengan sukses pada
tubuh seorang penonton didepan/sampingnya. Alhasil sang korban kerapkali
bersungut-sungut sambil meringis kesakitan.
3. Kleptomania dan Tukang Copet
Stadion sepakbola bukanlah sarang kriminal, tempat berkumpulnya para
pelaku kejahatan untuk mencari rezeki. Meski begitu masih ada sekumpulan
orang yang berprofesi sebagai tukang copet tidak mampu menahan diri
untuk tidak mengganggu para penonton di stadion. Umumnya barang yang
mereka incar adalah barang ekonomis yang dapat dinikmati langsung atau
diperjualbelikan dan ditukar dalam bentuk uang. Maka berhati-hatilah
dengan barang bawaan anda seperti telepon seluler atau dompet yang
berisi uang. Tidak terhitung berapa orang yang kesal dan menjadi korban
para tukang copet ini. Tak heran pencopetan menjadi salah satu jenis
kejahatan tertinggi didalam stadion, berbanding terbalik pelaku
fetisisme yang justru tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
4. Pacaran
Bukan lantas karena penulis berstatus tuna asmara sehingga memberikan
jatah bagi orang pacaran dalam tulisan ini wkwkwkwkwk. Namun bayangkan
saja, disaat kita lagi tegang terkesima menyaksikan jalannya
pertandingan tiba-tiba terdengar nada suara 'cup cup cup' dari sebelah
tempat duduk anda, tentu konsentrasi menikmati pertandingan bakal buyar.
Yang lebih mengesalkan adalah yang gaya pacarannya terkesan norak,
tidak peduli stadion juga termasuk dalam kawasan umum, maka bersiaplah
jika si pelaku mendapat timpukan hadiah kecil-kecilan dari penonton yang
ada di belakangnya.
5. Ekshibisionis
Tipe seperti ini umumnya tidak disukai oleh kaum hawa. Terutama jika
pelaku ekshibisionis ini tidak menyadari segala kekurangan dalam
dirinya. Tentu tak lain soal jika pelakunya adalah pria keren macam Tom
Cruise dan Keanu Reeves. Perpaduan kegantengan dan badan atletis ala
Jack Traven dalam film Speed tentu bakal mengundang decak kagum
para wanita. Sayangnya kenyataan yang terpampang tidaklah seindah
harapan. Para pelaku yang (maaf) berbodi kerempeng, tampang pas-pasan
serta dengan pedenya 'menampakkan' secara cuma-cuma kadangkala tidak
mengundang minat kaum hawa. Tapi bersyukurlah jika para pelaku tidak
sekedar tampil polos, namun dengan ide kreatifitasnya mengecat sedikit
bagian tubuhnya agar matching dengan lokasi dan acara.
Syukur-syukur jika ide ini disambut baik tidak hanya kaum hawa namun
juga sekumpulan kaum adam untuk memanfaatkan momen dengan mengajak foto
bersama. Jika jeli melihat peluang bisnis, bisa jadi ide ini bisa
dikomersialkan seperti yang terdapat pada sebagian pelaku bisnis di
event Malang Tempo Doeloe.
6. Komentator
Suasana didalam stadion memang kerapkali berisik. Nyaris sepanjang
pertandingan tiupan peluit dari pengadil lapangan masih kalah
intensitasnya dibanding riuh rendahnya suara penonton dan suporter.
Sangat wajar jika suasana didalm stadion seperti ini. Namun satu hal
yang kurang disukai adalah jika sebelah Anda adalah komentator.
Terbayang tidak jika ketika frustasi sedang diubun-ubun akibat pemain
pujaan gagal menyarangkan gol tiba-tiba penonton disebelah Anda
mengeluarkan barisan komentar absurd-nya :
"Hei, semestinya pemain bernomor punggung X itu mengoperkan kepada kiper yang berdiri bebas jauh dibelakangnya bung" atau
"Yang, jangan dikeluarkan cepat-cepat dong"
Tidak terbayang raut wajah penonton disebelahnya yang menjadi korban.
Pelaku seperti ini memang cocok menjadi pengisi acara sebuah talkshow
sepakbola di tivi. Lagipula dibandingkan mendengar komentator kesiangan
lebih baik menonton siaran langsung di tivi saja. Gratis dan bisa
pindah channel sesuka hati jika sedang rehat pertandingan.
7. Anti Sosial
Terbayang tidak jika suatu ketika Anda harus datang ke stadion untuk
menonton sepakbola hanya dengan seorang diri? Memang tidaklah
mengasyikkan menonton pertandingan seorang diri tanpa ditemani seseorang
untuk bersosialita. Namun situasi ini tidak terelakkan jika gairah
menonton sepakbola sudah memuncak tanpa didampingi rekan atau sahabat.
Kendala utamanya adalah ketika menunggu pertandingan maka suasana bosan
akan menghinggapi. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk
menyiasatinya, salah satunya dengan mengajak ngobrol penonton
disebelahnya, terutama yang datang ke stadion dengan sendirian pula.
Sayangnya ada satu dua orang yang tidak ngeh dengan maksud baik
kita. Entah karena memang pada dasarnya dia malas untuk bersosialisasi
atau sedang berkhayal dengan mengharap seorang Pevita Pearce atau
Asmirandah yang justru menemani ngobrol. Pilihan bagi Anda, jika gayung
yang anda lemparkan tidak bersambut, hendaknya segera menghentikan aksi,
memilih penonton lain sebagai teman ngobrol, atau larut dalam kesepian
yang akan anda rasakan hingga akhir pertandingan.
8. Mondar-Mandir
Tidak terkecuali bagi penjaja keliling, yang sedang menderita prostat,
atau hasrat ingin menjajal toilet sangat tinggi tidak ada alasan jika
harus melewati bangku yang kita duduki lebih dari 2 dalam waktu 2x45
menit. Sangat menyebalkan sekali jika keasyikan untuk menonton
pertandingan harus terhenti sesaat akibat orang yang lalu lalang didepan
kita. Penonton yang sial adalah ketika melewatkan momen penting dari
lapangan(gol, tendangan penalti, dll) ketika pandangan harus terhalang
oleh mereka yang mondar-mandir didepannya.
Bagaimana dengan pengalaman dan pengamatan Anda ketika menonton
sepakbola di stadion? Sudahkah Anda merasakan hal-hal diatas? Atau
setidaknya menemukan sesuatu yang lebih menyebalkan lagi terhadap
tingkah polah penonton di dalam stadion?
http://anak-negeri.blogspot.com/2012/06/intermezzo-tipe-penonton-sepakbola-yang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar