Minggu, 05 Agustus 2012

Arema Agama Kedua



Mungkin film dokumenter ini sudah bisa dianggap ketinggalan jaman jika bari sekarang dibahas, akan tetapi ayas yakin masih ada nawak2 aremania yang belum tahu dan belum pernah lihat film ini. Dan demi menjaga informasi segala tentang Arema dan juga Aremania, ayas mencoba memposting lagi tentang film dokumenter yang sangat fenomenal bagi Aremania ini.
Seperti yang diketahui, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memproduksi film dokumenter “Arema, Agama Kedua” sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat mengenai film dokumenter dan aplikasi mata kuliah.
“Film yang dibuat mulai Maret hingga Agustus 2010 itu menceritakan sisi lain klub sepak bola asal Malang, Jawa Timur (Jatim), Arema. Cerita mulai dari awal berdirinya Arema hingga menjadi juara Indonesia Super League (ISL) 2010,” kata Line Producer Film “Arema, Agama Kedua” Fajar Junaedi di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, dengan mewawancarai sosok-sosok di balik kesuksesan Arema, seperti pendiri, manajer, orang-orang yang terlibat dalam pendirian Arema, pelatih, pemain, dan dan suporter.
“Selain ingin mengenalkan sisi lain dari film dokumenter, film tersebut juga ingin mengungkapkan sisi lain dari Arema. Menurut data dari Asian Footbal Confederation (AFC) pada musim pertandingan 2009/2010 suporter Arema merupakan suporter paling banyak, dengan rata-rata di setiap pertandingan tandang maupun kandang dipadati sekitar 30 ribu suporter,” katanya.
Ia mengatakan, Arema secara manajemen juga berbeda dengan klub sepak bola lain yang ada di Indonesia. Ketika klub sepak bola lain masih berpegang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Arema mampu bertahan dengan mandiri.
Hal itu yang kemudian mendorong mahasiswa untuk membuat film dokumenter mengenai Arema. Selain mengaplikasikan ilmu juga ingin mengungkapkan kepada masyarakat mengenai sisi lain dari Arema yang bertahan tanpa APBD.
“Kami berharap seluruh klub sepak bola di Indonesia setelah melihat film dokumenter itu nanti tidak hanya berharap pada APBD dan mampu bertahan secara mandiri,” katanya.
Menurut dia, saat ini kecenderungan dana yang disalurkan kepada klub sepak bola dianggap membebani APBD. Padahal, di luar negeri klub-klub sepak bola mampu bertahan secara mandiri bahkan dapat mendatangkan keuntungan bagi pemilik klub tersebut.
Terkait pemilihan judul film “Arema, Agama Kedua”, ia mengatakan, proses pembuatan film tersebut melalui penelitian. Pada saat riset tampak bahwa masyarakat Malang ketika atribut yang bergambar simbol Arema, yakni singa dirusak mereka akan marah.
“Berdasarkan penelitian itu, akhirnya kami memilih judul tersebut untuk film dokumenter yang kami produksi yang menggambarkan perjalanan klub sepak bola Arema,” katanya.
Sinopsis
Aremania adalah sebutan bagi orang yang menyukai tim sepakbola Arema. Masyarakat Malang Raya menyebut mereka Aremania. Arema sudah mendarah daging pada diri masyarakat Malang dan kemudian berkembang ke seluruh Indonesia, sebagaimana Arema bermetamorfosis menjadi Arema Indonesia. Aremania berartikulasi bukan hanya sebagai penggemar tim Arema, namun juga “agama kedua”. Apapun aktivitas yang mereka lakukan, selalu tercetus kata Aremania. Begitulah masyarakat Aremania mengespresikan kecintaan mereka kepada tim kesayangan mereka, Arema. Aremania adalah perkumpulan independent, segala sesuatu mereka lakukan sendiri, sampai pendanaan pun mereka berusaha sendiri. Kultur Arema berpadu dengan kultur budaya bahasa walikan, bahasa khas Arema yang membalik kata dari belakang, menjadi identitas khas. Arema adalah sebuah pandangan hidup yang telah menjiwai warga Malang dalam kehidupan mereka. Menghadirkan nara sumber utama pendiri Arema, Lucky A. Zainal, film dokumenter ini berusaha melihat dan mengekplorasi bagaimana Arema telah menjadi “agama kedua”, sekaligus menjadi identitas yang membedakan arek Malang dengan subkultur yang lain.
Dalam film documenter ini ada 4 nara sumber inti yaitu :
1. Lucky A. Zainal “ pendiri arema”
2. Ovan Tobing “ pendiri Aremania”
3. Ade Herawanto “D’kross”
4. Ferry Agusta “Aremania korwil Jogja”
Dan ada juga testimony dari Robert Alberts, Mayor Haristanto, Yuli Sumpil, Aremania Tengger, Madiiun,Lawang, Flores, Dewata, dan Aremanita asal belanda, Borneo, jogja.
Salam Satoe Jiwa

Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar