Jumat, 31 Agustus 2012

Arema Dibalik Cerita Liga Indonesia 2002

16 Mei 2002 - 20:29
Opo Maneh Thuk ...???
Berikut cerita ringan Arema saat berada di Jakarta dalam rangka partai tunda Arema vs PSDS

Siapakah bintang lapangan partai tunda PSDS vs Arema di stadion Gelora Bung Karno ?, jawabannya adalah Joko Susilo alias Gethuk. Penampilannya memang cukup meyakinkan sebagai seorang kiper, bahkan ia dengan bangganya menjuluki dirinya seperti Jorge Campos sebelum mulai bertanding. Oleh pemain Arema yang lain Gethuk malah digarap, oleh Setyo Budiarto misalnya, Setyo langsung memplesetkannya menjadi Jorge ‘KAMPES’ (Kampes adalah bahasa khas Malang yang artinya –maaf—Celana Dalam)

Pemain Arema cukup santai dalam menjalani partai tunda tersebut, bermain santai dan tanpa beban membuat permainan Arema berkembang dan malah lebih menguasai pertandingan. Tapi pemain Arema justru kelewat santai, ketika bertanding beberapa pemain sempat bercanda. Malah ketika PSDS melakukan serangan balik libero Arema Hermawan berteriak keras, “Rek mbalik Rek !!”, seru Hermawan menginstruksikan pemain untuk bertahan. Hal tersebut malah dibalas canda oleh asisten pelatih yang juga stopper Arema Sunardi C, ia pun membalas teriakan Hermawan “Mbalik nang Ngalam ta??”, balas Sunardi sambil berlari mengejar pemain PSDS yang disambut tawa para wartawan dan penonton di pinggir lapangan.

Hal yang sama terjadi ketika Arema kebobolan, ketika Arema kebobolan gol ke 4, reaksi aneh ditunjukkan para pemain Arema. Para pemain Arema tertawa !!.

Arema yang terkesan ‘santai’ dan ‘tidak serius’ menjalani partai tunda awalnya mendapat reaksi dari pengurus PSSI yang hadir, Iswadi Idris sang Ketua Bidang Kompetisi PSSI misalnya, ia menilai pemain Arema tidak serius dan main-main, ia melihat dari tidak diturunkannya kiper ‘asli’. Tapi ia sendiri tak menyalahkan Arema karena ia dan pengurus PSSI lainnya yang hadir sepakat bahwa Arema memang harus lebih memprioritaskan babak 8 Besar. Tapi begitu pertandingan selesai, Iswadi Idris mengakui bahwa kalau saja Arema memakai pemain ‘kelas satunya’ PSDS akan kalah dan terdegradasi, “Pakai pemain asal-asalan saja lebih menguasai pertandingan apalagi kalau yang turun tim intinya, beruntung sekali PSDS “, komentar Iswadi. Yang jelas seusai pertandingan para pemain PSDS dan pengurusnya mendatangi bangku cadangan pemain Arema dan mengucapkan banyak terimakasih !!!

Kalau ada tuduhan Arema menjual pertandingan melawan PSDS itu sah-sah saja, tapi kalau melihat Arema mampu menguasai pertandingan dan bahkan bisa membobol gawang PSDS dan ada satu lagi,…..bahwa pemain Arema ‘bokek’ rasanya tidak mungkin pertandingan itu dijual, apalagi pemain Arema mampu menunjukkan kelasnya sebagai tim 8 Besar. Pemain Arema memang akhirnya ‘disangoni’ oleh salah seorang Aremania Jakarta yang mendampingi tim Arema. Walaupun tak seberapa, tapi itu sangat disyukuri para pemain. “Lumayan mas, buat biaya telepon “, kata Suswanto. Beberapa pemain menambahkan bahwa pemain tidak diberi uang saku untuk pergi menjalani pertandingan tunda ini. “Padahal rencananya kalau diberi uang saku mau belanja dulu “, tutur salah seorang pemain. Sayangnya kalau pun ada uang kelihatannya tidak ada waktu untuk belanja, karena seusai pertandingan para pemain Arema langsung menuju Bandara mengejar penerbangan pukul 8 ke Surabaya.

Ketika pemain Arema hendak berangkat menuju bandara, mereka ‘nongkrong’ di depan kantor PSSI menunggu bis, hal tersebut dimanfaatkan pemain Arema cuci mata melihat pemandangan indah sore hari di putaran senayan. Pada waktu sore memang di Senayan menjadi ajang jogging bagi masyarakat, tapi lucunya pemain Arema tak hanya menggoda ‘wanita’ saja, ada salah satu korban bapak tua yang berjalan kaki. Dengan tubuh kurus, rambut putih bapak tua tersebut berlagak bak seorang atlet, tak heran pemain Arema pun ‘menggarap’ bapak tua tersebut habis-habisan. [AC]



09 Mei 2002 - 15:50
Dicuekin Panpel, Tas, HP  Rusak, dan Wanita Misterius
Tanda-tanda kekalahan Arema di Pekanbaru ternyata memang sudah terasa sejak pemain Arema tiba di Pekanbaru.

Tanda-tanda itu berawal dari menghilangnya Panpel yang seharusnya memberikan pelayanan kepada skuad Arema. Tak ada tanda-tanda bis yang seharusnya disediakan untuk menjemput rombongan dari Bandara ke Hotel, alhasil Daniel Roekito pun sampai harus menyewa mobil untuk mengangkut rombongan. Hal itu kembali terulang ketika Arema latihan di stadion Rumbai dan bahkan ketika pertandingan. Hal ini jelas membuat Daniel Roekito kecewa,
“Panpel di sini mengecewakan, kami dicuekin, transportasi yang harusnya disediakan untuk tim tidak ada, untuk ada Aremania Pekanbaru yang membantu kita “, keluh Daniel Roekito. Beruntung ada Aremania Pekanbaru berinisiatif membantu Arema dengan menyewa bus untuk rombongan Arema, kalau tidak Arema mungkin harus jalan kaki selama di Pekanbaru.

Tidak hanya itu kesialan Arema. Ketika Arema sampai di Pekanbaru Johan Prasetyo mendapat musibah ketika tasnya tertinggal ketika pesawat transit di Jakarta. Beruntung tas tersebut tidak hilang, dan bisa diambil keesokan harinya.

Lain Johan, lain pula Dwi Sasmianto, Mungkin Kirun (panggilan akrab Dwi Sasmianto) mendapat firasat ‘kebobolan 5 gol’ dari rusaknya HandPhone (HP) miliknya. Sialnya, saat pagi datang ia ditelepon istrinya yang marah-marah.
“Istri saya mungkin curiga karena tidak bisa menelpon saya “, kata Kirun yang digarap habis-habisan oleh Daniel Roekito dan rekan-rekan setimnya gara-gara HP dan omelan istrinya.

Beberapa pemain Arema curiga kepada salah seorang wanita misterius yang datang ke hotel pemain Arema. Wanita misterius ini datang bersama pria setengah baya yang menggenakan peci. Ia menumpang bis pemain Arema menuju stadion. Beberapa pemain Arema berbisik bahwa wanita dan pria tersebut adalah ‘dukun’ yang disiapkan tim tuan rumah. Ada-ada saja !! [AC]


24 April 2002 - 13:01
Pemain Jalan Kaki Dari Stadion Gajayana Menuju Ke Mess
Cerita ringan Arema ve Persikab

Pelatih Daniel Roekito, bomber Johan Prasetyo, Charis Julianto dan beberapa pemain Arema berjalan kaki dari stadion menuju mess sebagai nazar atas kemenangan Arema melawan Persikab sekaligus merayakan lolosnya Arema ke babak 8 besar. Daniel yang sebenarnya tidak boleh capek oleh dokter tetap ngotot melakukan nazarnya walaupun jarak dari stadion Gajayana menuju mess sekitar 6 km dan kondisi jalan menanjak, sementara Johan Prasetyo dan libero Hermawan tak perduli berjalan kaki dengan kaus tim dan kondisi tubuh yang kotor karena pertandingan berlangsung di lapangan becek. Tak ayal nazar ini seperti perayaan karnaval karena banyak Aremania yang ikut dengan setia menemani sepanjang jalan.

Walau mencetak 3 gol ada sedikit kegundahan bagi Johan Prasetyo, di beberapa tabloid olahraga terkemuka torehan golnya Cuma ditulis 8 gol. Padahal ia sebelum menciptakan hattrick ke gawang Persikab ia sudah mengkoleksi 10 gol. Tak heran ia menitipkan pesan sebelum pulang ke mess ‘berjalan kaki’, “Tolong mas tabloid itu dikasih tahu “, oke Han…yang penting tambah terus golmu biar jadi top skorer !!

Andi Setiono sangat gembira dengan kemenangan Arema, karena selain menang besar melawan Persikab tidak ada satu pun pemain Arema yang terkena kartu kuning. Ini adalah pertandingan kedua musim ini dimana tidak ada satu pemain Arema pun yang terkena kartu kuning.

Daniel Roekito diam-diam punya target khusus, ia tak mau hanya jadi pecundang terus di 8 besar bersama Arema. Targetnya tak main-main, Ia mentargetkan Arema juara musim ini !!. Ia mengaku terlecut dengan nyanyian-nyanyian suporter Aremania yang menyanyikan dirinya. “Nyanyian suporter yang lucu-lucu itu justru membangkitkan semangat saya “, Nyanyian suporter itu antara lain, ‘Daniel-Roekito (2x), kami ingin ke Senayan’… [AC]







Dibalik Sanksi PSSI
Cerita di balik sanksi yang diberikan PSSI

Malang nian nasib asisten pelatih Arema Sing Betay, pria asal Biak Papua ini jadi korban ketidakadilan PSSI, ia diberi sanksi 1 tahun tidak boleh aktif dalam persepakbolaan nasional. Sing sendiri sekarang hanya menyesali nasib, "Padahal saya tidak bermaksud apa-apa, saya hanya mencoba melerai perkelahian pemain ", kata Sing dengan nada pasrah. Toh Sing sendiri tak terlalu risau lantaran klub Arema siap menjamin masa depan Sing, "Sing akan tetap menjadi asisten pelatih, dia hanya tidak diperbolehkan mendampingi tim di pinggir lapangan ", kata Iwan Budianto sang manager. Iwan juga akan mengajukan banding atas keputusan yang dibuat PSSI, menurut Iwan keputusan itu terlalu semena-mena karena diputuskan secara sepihak dan tidak memanggil Sing untuk mendengar keterangannya.

Berbeda dengan Sing, Iwan Budianto mengakui bahwa ia tidak akan membantu Agus Setiawan atas skorsing selama 6 bulan, menurut Iwan Agus memang bersalah, "Agus memang tak memukul duluan, tapi seharusnya ia jangan menghampiri Aples, itu sama saja menantang ", kata Iwan. Selain itu menurut Iwan Budianto, Agus diharuskan membayar sendiri sanksi sebesar 1,75 juta rupiah. Menurut Iwan karena sikap Agus itu merugikan Arema.

Agus Setiawan sendiri tak banyak bicara, ia hanya pasrah, "Mungkin saya sudah diincar komdis karena kasus Bambang Pamungkas ", kata Agus Setiawan.

Aples Tecuari mengakui bahwa ia bersalah dalam kasus keributan di Cilegon, untuk itu ia meminta maaf secara tulus kepada para pengurus dan pemain Arema, terutama Agus Setiawan. [AC]






13 April 2002 - 04:58
Cerita Singkat Arema
Cerita Singkat Arema selama di Jakarta

Agus Setiawan sekarang sedang disorot media massa setelah ‘menggasak’ striker tim nasional Bambang Pamungkas pada pertandingan Persija vs Arema di stadion Lebak Bulus beberapa waktu yang lalu. Agus yang akrab dipanggil Aa’ ini mengaku tak punya niat mencederai Bambang. “Itu Cuma reflek saja, saya lihat posisinya berdiri bebas dan berbahaya, saya tak dengar peluit wasit “, kata Agus yang mengaku sudah minta maaf pada Bambang.

Kondisi keuangan Arema yang kembang kempis membuat skuad Arema tak bisa menginap di hotel daerah Cilegon menjelang pertandingan Pelita KS kontra Arema tanggal 14 April nanti. Tingginya harga sewa hotel di daerah Cilegon membuat Arema harus ‘mengungsi’ ke Jakarta dengan alasan harga hotel di Jakarta lebih murah. Selain itu official Arema punya alasan lain, Jakarta punya banyak alternatif tempat untuk berjalan-jalan. Tak heran walaupun cukup lama di Jakarta para pemain Arema tak terlalu bosan karena setiap hari selalu ‘ngelencer’ keliling Jakarta. Rombongan Arema baru berangkat menuju Cilegon pada hari Jum’at pagi tanggal 12 April 2002.

Apa yang dilakukan pemain Arema ketika berada di Jakarta ??, yang pasti jalan-jalan ke Mall. Tapi sebagian pemain justru tak lari ke Pusat Perbelanjaan yang megah. Mereka malah jalan-jalan ke Taman Puring yang terkenal dengan barang-barang bekas. Yang jadi komandan adalah Joko Susilo. Barang-barang yang dibeli para pemain tak lain bermacam-macam, mulai dari baju, sepatu, san sandal. Malam hari pun dilalui pemain dengan santai, nongkrong di café dan pub, main bilyar, bahkan ke diskotik.

Siapa pemain yang paling homesick selama tur Jakarta-Lampung-Cilegon ?. Ia adalah Nanang Supriyadi, resahnya pun beralasan. Istrinya yang tercinta kini sedang mengandung dan sudah memasuki bulan ke 9. Nanang mengaku ingin cepat pulang ke Malang dan menemani istrinya dalam proses kelahiran. “Saya hanya berdoa supaya jabang bayi jangan ‘mbrojol’ dulu dan menunggu kepulangan saya “, kata Nanang. Segenap kru Aremaniacyber.com ikut mendoakan agar Nanang Supriyadi Jr selamat bersama ibunya dalam proses kelahiran.


Masih ingat Harianto ??, pemain yang musim lalu terkena skorsing 1 tahun setelah memukul kiper Persema dalam derby maut tahun lalu. Pemain yang akrab dipanggil Sapari ini ternyata menginap di hotel yang sama dengan Arema. Usut punya usut pemain yang kini membela Persik Kediri ini baru saja dipanggil komisi Disiplin PSSI akibat kasus rebutan GPD vs Persik. Harianto sendiri tak langsung pulang karena hari Minggu nanti Persik akan menantang PSJS Jakarta Selatan di stadion Lebak Bulus.

Harianto alias Sapari mengaku bahwa ia sebenarnya sangat kangen membela Arema. Kerinduan Sapari tak lain dan tak bukan ditujukan kepada Aremania. Menurut Sapari dukungan Aremania selalu membuatnya tampil penuh semangat dilapangan.

Bagaimana bila Harianto dan Agus Setiawan bertemu ?, Musim lalu Harianto yang berbaju Arema memukul Agus Setiawan yang kala itu membela Persema. Pemukulan itu membuat Harianto alias Sapari diskors 1 tahun. Kedua pemain yang bertemu di Hotel Indra Internasional Jakarta ternyata berjalan baik, tak ada nuansa dendam atau permusuhan. Bahkan keduanya saling melempar canda dan berbicara akrab. Tapi dasar usil, ketika keduanya asyik ngobrol saat makan malam, beberapa pemain Arema menyindir keduanya, “Hati-hati Gus, nanti kamu dipukul lagi !!”

Mengapa Miftakul Huda dipanggil Embik ???, jawabannya ada pada jenggot. Jenggot di dagu pemain asal Sidoarjo ini memang dibiarkan tumbuh memanjang dan terkesan seperti jenggot kambing. Tak heran ia pun dipanggil Embik oleh rekan-rekan satu timnya. Miftakul sendiri tak ambil pusing dengan julukan itu, ia punya alasan bahwa menumbuhkan jenggot merupakan sunnah nabi Muhammad SAW. [AC]



(Dokumentasi www.aremaniacyber.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar