Sumber: AKFB.
Salam Satu Jiwa. Arek-arek Malang (AREMA).
Dengan segala apresiasi dan pemahaman yang berbeda tentang
osob malangan, ayas sing termasuk generasi rodok kewut (STW) merasa harus
mengucapkan nowus nang nawak-nawak amoes/hebak. Paling tidak nawak-nawak
ewud/unyap kepedulian terhadap perkembangan osob malangan sing paling nes/kipa
sak ndunyo iki, soale selain osob malangan memiliki karakteristik yang sangat
khusus dan langka serta tidak mempunyai pakem atau pola tertentu sebagaimana
umumnya bahasa prokem. Kalau toh harus “membalik kosakata” ada syarat yang
tidak tertulis tetapi sudah menjadi semacam kesepakatan sosial bahwa bahasa
malangan tidak bisa sekedar dibalik, tetapi pembalikan itu harus memiliki nilai
estetika – setidak-tidaknya enak didengar di telinga --,dan harus dapat
diterima oleh mayoritas komunitas masyarakat Malang yang banyak memiliki
daerah-daerah slenk, misalnya: Slengk Celaket, Slenk Kayutangan, slenk Sawahan,
Slenk Tanjung, Slenk Kasin, Sleng sekitar Pasar Besar, Slenk Mergosono, Slenk
Polehan, Slenk Jodipan, Slenk Bunul, dan masih banyak lagi slenk-slenk lainnya
yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Batu yang sekarang kita kenal dengan
Malang Raya.
Secara psikologis dan sosiologis, bahasa slenk (bukan bahasa
walikan) Malangan mampu menyatukan jiwa dan semangat kera-kera ngalam baik yang
ada di Malang maupun yang ada di perantauan, baik yang lahir di Malang maupun
yang lahir di perantauan (diluar Malang). Salah satu sepesifikasi karakteristik
boso malangan sering menjadi pemersatu dan menghilangkan segala permusuhan,
terutama ketika sedang sama-sama berada perantauan, boso malangan bisa menjadi
perekat persaudaraan, dan sudah seperti arades sendiri.
Dengan adanya karakteristik boso malangan yang demikian
itulah mengapa “organisasi” tanpa bentuk yang bernama AREMA ini bisa berkembang
sepanjang masa dan Arema berada di mana-mana serta selalu solid terutama dalam
hal rasa persaudaraan. Ketika menyebut AREMA secara psikologis ada perasaan
heroisme di dalam dada arek-arek Malang, sehingga mendorong adanya perasaan
satu jiwa, satu nasib, satu tujuan, yang kemudian terjalin suatu persaudaraan
secara ihlas. Semua itu berkas adanya bahasa pemersatu yaitu Boso Malangan yang
kosakatanya banyak terbentuk dan lahir dari slenk-slenk yang ada di Malang
Raya.
Kita pernah mendengar kata PUSURA (Putra Surabaya), tetapi
gagal membentuk sebuah komunitas besar yang membumi dan meluas serta melewati
batas-batas geografi, strata sosial, dan etnis, karena kelemahannya adalah
Pusura tidak memiliki bahasa pemersatu sebagaimana yang terjadi pada Arek-arek
Malang dengan bahasa slenk malangannya.
Satu lagi yang harus dipahami oleh nawak2 hebak, bahasa
slenk Malangan sudah sangat populer pada awal tahun 1960-an. Pada saat saya
masih kelas 1 SD Tahun 1966, saya sudah mulai diajari oleh kakak-kakak saya
tentang bahasa slenk malangan, dan pada saat kelas 4 SD kami sudah sangat biasa
dan akrab dalam berkomunikasi menggunakan bahasa slenk malangan. Jadi sangat
tidak tepat jika bahasa slenk malangan ini dikatakan baru popoler pada tahun
1980-an, terutama yang beranggapan sejak adanya klub sepakbola Arema.
Jauh sebelum Klub Sepakbola Arema lahir, nama AREMA dan
Bahasa Slenk Malangannya sudah menyebar di seantero Indonesia. Adalah karena
kepiwaian Sang Jendral, panggilan populer dari bapak Acub Zaenal, ebes-e Sam
Ikul memakai nama AREMA untuk dijadikan nama Klub Sepakbola yang sekarang kita
kenal dengan nama AREMA INDONESIA. Sang Jendral sangat memahami karakteristik
Arek-arek Malang sehingga dia dengan sangat yakin Klub Sepakbola yang diberi
nama AREMA akan menjadi besar. Keyakinan Sang Jendral ternyata benar dan tepat.
Oleh karena itu kita harus angkat topi dan menaruh hormat serta tetap
menghargai jasa-jasa Sang Jendral dengan keluarganya, lepas dari segala
plus-minusnya. Jangan pernah lupakan itu, bila kita memang benar-benar
arek-arek Malang.
Sekarang kembali ke topik tentang boso slenk malangan yang
tidak sama dengan boso walikan. Terlebih dahulu perlu ayas tegaskan bahwa apa
yang ayas tulis ini bukanlah kebenaran mutlak, masih perlu banyak kritik dan
sangat terbuka untuk dikritik. Namun demikian setidak-tidaknya inilah sing osi
ayas sumbangno tentang boso slenk malangan untuk menjaga supaya boso malangan
tetap sebagai bahasa yang memiliki krakteristik tersendiri, dinamis dan
progresif, serta spesifik agar tidak mengalami polarisasi yang dapat merusak boso
malangan, yang banyak orang senang sekaligus ngiri itu.
Nowus buat arif nerazzuri, umak meleg nglurusno
kesalahkaprahan nawak-nawak sing ngiro osob malangan iku osob kiwalan atau sing
ngiro asal-usule osob malangan iku asline osob walikan kemudian mengalami
perubahan. ayas tegaskan boso malangan kadit….. sekali lagi...... kadit odop
dengan boso walikan baik sekarang maupun awal sejarahnya dulu. Memang sebagaian
besar bahasa malangan banyak berupa bahasa walikan, bahasa ini lebih banyak
diadobsi dari slenk sekitar Pasar Besar sebagai cikal bakal munculnya boso
walikan. Biarkan bahasa walikan tetap menjadi bahasa slenk sekitar Pasar Besar,
hanya bahasa-bahasa walikan yang telah diterima dan digunakan secara luas oleh
komunitas arek-arek Malang yang bisa dikatakan sebagai bahasa malangan,
selebihnya biar tetap menjadi bahasa slenk masing-masing.
Bahasa Malangan asli adalah bahasa yang kosakatanya diambil
dari berbagai slenk di Malang, bukan hanya salah satu slenk sekitar Pasar
Besar. Mungkin sedikit penjelasan ini ada manfaatnya untuk menjaga kemurnian
bahasa slenk malang yang tidak hanya sekedar dibalik, yang bisa merusak boso
malangan asli yang ciri-cirinya antara lain, bahasa Malangan itu bersifat
dinamis,progresif, memiliki estetika sehingga tidak sedikit yang merupakan
penghalusan bahasa dari yang terdengar kasar menjadi lebih halus, selain itu
bahasa malangan yang asli tidak terikat pada struktur atau pola tertentu
sebagaimana bahasa prokrem misalnya bahasa walikan yang polanya adalah membalik
kata-kata.
Apabila Anda memahami Bahasa Malangan sebagai BAHASA
WALIKAN,maka Anda pasti tidak akan mampu menjelaskan bagaimana misalnya (kata):
Pelacur (selain: Nolab) menjadi ASAIB; Bohong menjadi Pesi atau Awad; Dia
menjadi Wanyik; Uang menjadi Ojir/raijo; Istri menjadi Ndewor, Orangtua menjadi
Ebes; Cantik menjadi Sarik; Mabuk (selain:Kubam) menjadi Hewot; Lari
(selain:iral)menjadi Sarat; Alat kelamin pria (selain: ilep) menjadi Gentalo;
persetubuhan menjadi Maya/Hayam/kuyas/sayuk; Kerja menjadi Idrek; Kantor
menjadi Rontak; Jual menjadi Lawed; Celana menjadi Nalet; dsb. masih banyak
lagi kosa kata yang tidak akan bisa dimengerti jika pakemnya hanya sekedar
dibalik. Oleh karena itu, jangan pernah mengatakan bahwa Bahasa Khas Malang itu
adalah bahasa walikan (dibalik) kecuali jika Anda memang ingin merusak bahasa
malangan yang asli dan merusak estetikanya.
Oleh karena itu bahasa Malangan tidak sama dengan bahasa
walikan: Tidak percaya? perhatikan contoh dibawah ini. misalnya:
Kata Pelacur apa akan anda balik rucalep? Atau misalnya Anda
mendengar kata Asaib/kawaban kemudian Anda mencoba untuk membaliknya menjadi
Biasa/nabawak, maka pasti Anda tidak akan mengerti dan tidak mampu menangkap
masud dari kosakata asaib/kawaban tersebut. Kata curi apa akan Anda balik menjadi
Iruc? atau (coba kata tilep ini Anda balik, pasti akan menjadi Pelit sehingga
mempunyai arti yang sangat jauh berbeda;
CONTOH PERCAKAPAN BOSO (SLENK) MALANGAN:
1. "Bapakku membeli celana"= Ebes nganalku ukut
nalet.(slenk). Jgn asal dibalik "celana" menjadi :analec".
2. "Wanita itu cantik (ayu) sayangnya dia seorang
pelacur"= Kode(w) iku sarik, sayang wanyik asaib/nolab/kawaban"
(slenk). Jgn asal dibalik; "cantik/ayu" menjadi
"kitnac/uya"; "dia" menjadi "aid";
"pelacur" menjadi "rucalep".
3."Saya beli rokok"= Ayas ukut oker (slank). Jgn
asal dibalik "rokok" menjadi " kokor"; "beli"
menjadi "ileb" -- kata "ileb" jika diucapkan terdengar sama
dengan kata "ilep" yang bisa salah tafsir dikira "gentalo"
alias "kunam-e" genaro nganal.
4."Saya tidak punya uang"= Ayas kadit ojir. Jgn
asal dibalik menjadi "Ayas kadit anyup ojir". Jika Anda ingin
mengucapkan secara lengkap anda hrs mengucapkan dengan kalimat "Ayas kadit
unyap (bukan anyup) ojir".
5."Bapaknya istriku seorang tentara"= "ebese
ndeworku nenet/aranet. Jgn asal dibalik kata tentara menjadi
"aratent". sehingga menjadi "Ebese ndeworku aratent".
6.dlsb. kapan2 saya tuliskan jauh lebih banyak lagi. 5
contoh di atas sekedar untuk membuktikan bahwa boso malangan tidak sama dengan
boso walikan.
http://www.official-akfb.net/index.php/19-sample-data-articles/joomla/35-professionals
Tidak ada komentar:
Posting Komentar