Kamis, 16 Januari 2014

Mengenang Tragedi Stadion Brawijaya Kediri (Bag-4)


Langkah Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menghukum Aremania, dianggap sebuah kesalahan besar. Jika memang benar Aremania dihukum tiga tahun, maka seluruh panitia pelaksanaan (panpel) harus dihukum seumur hidup. Termasuk BLI juga harus dihukum.
Pernyataan keras ini dilontarkan Haruna Sumitro, Ketua Pengda PSSI Jatim kepada Malang Post, Kamis siang. ‘’Langkah Komdis PSSI saya anggap sangat keliru. Itu sama saja PSSI menafikkan kepercayaan yang sudah diberikan masyarakat kepada dunia persepakbolaan di Indonesia,’’ tandasnya meyakinkan.
Secara panjang lebar, Haruna lantas mengurai satu demi satu kronologis kejadian di Stadion Brawijaya Kediri. Mulai dari awal pertandingan hingga meletusnya kerusuhan yang diduga diotaki oknum Aremania.
‘’Data juga yang akan saya jelaskan nanti ke PSSI atau BLI atau ke siapa saja, kalau sampai Aremania dihukum,’’ ujar mantan anggota DPRD Jatim ini.
Menurut dia, sangat tidak etis kalau Komdis membuat keputusan dengan berpatokan pada kesalahan yang mungkin dilakukan oknum Aremania. Sebab, dari awal pertandingan hingga berakhir kerusuhan semua pihak dianggap telah mencetak sebuah kesalahan. Baik yang di dalam lapangan atau yang diluar lapangan.
Sebagai contoh, Haruna menyebut kesalahan yang dibuat pihak keamanan. Seharusnya, ketika melihat gelombang suporter sebanyak itu, pihak keamanan harusnya sudah melakukan berbagai antisipasi agar kerusuhan tidak terjadi. Caranya, pihak keamanan dianggap sudah mengetahui.
Badan Liga Indonesia (BLI) juga dianggap bersalah. Karena selama pertandingan berlangsung BLI tidak on the spot menyaksikan berbagai kesalahan yang dilakukan wasit. Seharusnya, begitu wasit melakukan kesalahan berulang-ulang segera dipanggil ke pinggir lapangan untuk pengecekan.
‘’Sebagai lembaga yang sudah tahu soal sepak bola di Indonesia, begitu wasit sampai menganulir gol tiga kali layak kalau BLI minta penjelasan saat itu juga. Atau kalau perlu tidak sampai tiga kali sudah ada pemanggilan. Dan ini tidak dilakukan BLI,’’ ujarnya.
Haruna sangat menyayangkan kalau Komdis PSSI dalam mengambil keputusan hanya berpatokan atas sebuah akibat, tanpa melihat dan menghitung penyebabnya lebih dahulu. Kerusuhan adalah sebuah akibat, yang sebelumnya pasti ada penyebabnya. ‘’Lihat penyebabnya apa, jangan dilihat akibatnya saja,’’ katanya.
Khusus Aremania, Haruna menyarankan, agar juga segera menyusun fakta dan situasi dilapangan. Aremania yang selama ini dianggap sportif, tertib dan bertanggung jawab pasti akan mampu membuat ‘pembelaan’ terkait persoalan di Kediri ini.
‘’Sebutkan kalau ulah yang diduga dilakukan oknum Aremania itu bukan jiwanya Aremania. Kalau perlu mari sama-sama kita (PSSI Jatim) kita beberkan ke Komdis atau PSSI Pusat terkait persoalan di Kediri, kemarin malam,’’ katanya dengan menyebut dirinya siap menerima perwakilan Aremania kapan saja.
Akhirnya dampak dari skorsing ini, Aremania dengan gentleman menjalaninya. Akan tetapi bukan Aremania kalo tidak bisa mengakalinya untuk tetap datang ke Stadion memberikan dukungan untuk Arema. Aremania dengan kreatifitasnya masuk stadion dengan menggunakan baju warna hitam, sebagai simbol berdukanya Aremania akibat matinya nurani dan jiwa sportifitas dari PSSI sendiri. Bentuk perlawan Aremania yang lain adalah dibikinnya lagu PSSI bangsat oleh D’Kross, dan juga menggaungkan teriakan revolusi PSSI saat itu, sehingga memang sudah sejak awal Aremanialah yang mengawali adanya gerakan revolusi PSSI. Akan tetapi karena saat itu Aremania yang notabene adalah dianggap anak tiri, sehingga tidak mendapat dukungan dari pihak lain yang memang sedang enak2nya menikmati duit APBD melalui klub plat merahnya.
Dan momen itu tersembul kembali saat kejadian piala AFF yang dimana Timnas yang bermain dengan cantik kala babak penyisihan, akan tetapi kalah dari Malaysia di babak final yang banyak kalangan curiga ini adalah karena adanya pengaturan skor oleh PSSI karena ada kerjasama dengan pihak mafia judi bola.
Ada lagi pemicu lain yang kebetulan muncul secara bersamaan yaitu kala tim plat merah yang merasa di dzolimi oleh PSSI, dan karena mereka juga mendapat dukungan dari satu pihak dengan dana yang tidak terbatas, melakukan perlawanan terhadap PSSI dengan membentuk liga yang menurut mereka sudah profesional (LPI), meski akhirnya hanya bertahan setengah hidup saja……eh setengah musim saja. Dan kita dapat melihat hasilnya, yaitu tergulingnya hirarki kekuasaan dari Nurdin Halid, dan diganti dengan kepemimpinan dari pak Djohar Arifin yang menurut banyak kalangan lebih pro kepada pihak LPI.
Akan tetapi nawak2 juga harus sadar, revolusi bukan hanya bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan lama dan berusaha untuk memaksakan kekuasaan baru. Tapi yang terpenting adalah memperbaiki sistem dan berjuan untuk memperbaiki prestas persepakbolaan Indonesia.Bravo persepakbolaan indonesia!
Maka mungkin nawak2 yang belum tahu akan awal adanya gerakan revolusi PSSI itu sebenarnya dimulai dari Aremania, seperti yang ayas sampaikan di atas. Hal ini menunjukkan sekali lagi bahwa Aremania memang selalu selangkah lebih maju dari yang lainnya. Bravo Aremania!
Salam Satoe Jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar