Kamis, 16 Januari 2014

EDITORIAL - Kebocoran Tiket, Siapa Yang Rugi (2)


Melihat banyaknya potensi masalah yang dihadapi klub untuk melawan kebocoran tiket. Sepertinya mustahil jika inisiasi penyelesaian masalah hanya melibatkan salah satu pihak semata. Itupun jika klub menginginkan prosentase kebocoran tiket mendekati angka nol persen.
Paling tidak, diperlukan kerjasama melibatkan semua pihak, baik dari unsur panpel, penonton maupun dengan perbaikan sistem dan infrastruktur. Tanpa kerjasama yang solid dikhawatirkan celah kebocoran tiket masih menganga dan siap mengikis setiap potensi keuntungan yang didapat dari tiket pertandingan.
Siasat:
Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kebocoran tiket tidak serta merta dibiarkan oleh klub. Beragam cara dan upaya coba diatasi oleh para klub untuk mengurangi besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kebocoran tiket.
Inisiasi perbaikan harus dimulai sejak dini, dari mempersiapkan SDM, membuat sistem yang efektif dari pintu-pintu masuk stadion, hingga perbaikan infrastruktur yang melibatkan pemilik/pengelola stadion.
Beberapa klub memilih melakukan pengetatan sejak internal klub dulu, baru mengajak serta pihak lain untuk bekerjasama menanggulangi kebocoran tiket. Beberapa klub dibawah ini adalah contoh nyata beberapa perbaikan yang dilakukan oleh para panpel :

A. PERSIB
Da tahun lalu klub berjuluk Maung Bandung ini melakukan pemotongan harga tiket hingga 50% untuk tribun dibelakang gawang. Hal ini dilakukan setelah panpel melalukan evaluasi akibat kebocoran tiket mencapai 50-70%.
Untuk menanggulangi pemalsuan tiket klub yang didukung oleh Bobotoh (sebutan suporter Persib) tersebut juga berencana menerapkan penggunaan teknologi berupa barcode pada tiket. Cara ini pernah digunakan oleh Persib, dan sistem ini dinilai sukses dalam menghindari pemalsuan tiket.
Selama ini pemalsuan tiket hanya dapat dideteksi secara manual, mengandalkan kejelian pengamatan para petugas portir di pintu masuk. Diharapkan dengan tiket yang menggunakan sentuhan teknologi informasi tersebut dapat mendeteksi peredaran tiket palsu dan tidak teregistrasi oleh sistem informasi yang dibuat oleh panpel.
Bentuk tiket barcode sangat sulit untuk dipalsu, karena hanya rangkaian kode angka yang terdaftar/teregistrasi oleh sistem yang dapat dideteksi oleh mesin scanner. Para penonton yang menggunakan tiket tanpa barcode dapat dilakukan pengecekan lebih lanjut apakah tiket tersebut ilegal (palsu) atau tidak.
Selain barcode sebenarnya panpel dapat menjual e-ticket (tiket elektronik) yang memiliki fungsi sama seperti tiket fisik yang dijual di loket ataupun para calo. Tiket jenis ini memiliki nilai lebih dalam hal penghematan (karena tidak memerlukan pencetakan tiket fisik) dan memudahkan kontrol distribusi tiket.
Namun sayang sekali sebagian besar klub di Indonesia masih menggunakan cara manual dalam menseleksi peredaran tiket ilegal. Umumnya tiket hanya diperiksa dalam sekejap mata saja. Hal ini disebabkan adanya antrian penonton yang berjubel di pintu masuk stadion dan tidak memberikan banyak waktu bagi petugas untuk menseleksi tiket lebih detail.
Selain barcode panpel Persib diuntungkan dengan kondisi infrastruktur di Bandung yang terus berbenah. Stadion Si Jalak Harupat yang menemani langkah Maung Bandung beberapa tahun terakhir mendapat pembenahan serius.
Saat ini Si Jalak Harupat mendapat renovasi berupa pemasangan kursi tunggal bernomor (single seat). Renovasi ini dipandang sebagai langkah maju dimana hanya beberapa stadion sepakbola di Indonesia yang memiliki kursi bernomor untuk seluruh tribun stadion.
Dengan kursi bernomor, Panpel Persib dapat menerapkan aturan "1 tiket = 1 tempat duduk", sebagai salah satu langkah mengurangi kebocoran tiket secara efektif. Dengan penerapan aturan yang tegas, langkah ini memberikan kenyamanan kepada penonton untuk mendapatkan nomor kursi yang sesuai dengan tiketnya.
Pendeteksian kebocoran tiket dapat dilakukan didalam stadion/tribun ketika terdapat penonton tak bertiket dan menempati kursi yang bukan sebagai haknya. Sanksi yang diterapkan dapat berupa 'pengusiran' dari stadion, atau pemberlakuan suplisi/denda namun tetap dikeluarkan dari stadion.
Disisi lain konsekuensi penerapan kursi bernomor memang mengurangi kapasitas stadion Si Jalak Harupat dari 40ribu menjadi sekitar 27ribu penonton. Jumlah ini didapat dari banyaknya kursi yang baru dipasang di stadion yang berdiri di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung tersebut.
Berkurangnya potensi pendapatan tak menjadi soal jika melihat angka kebocoran tiket sebelum dipasang kursi bernomor tersebut sangat tinggi (mencapai 40% lebih). Toh dengan peningkatan sarana dan kenyamanan penonton, panpel sebenarnya dapat meningkatkan harga tiket (kebijakan yang 'lazim' dilakukan oleh banyak instansi di Indonesia).
Niscaya berapapun harganya akan tetap dibeli Bobotoh yang setia datang menyaksikan Maung Bandung berlaga. Pada pertandingan pertama di Stadion Jalak Harupat setelah pemasangan kursi bernomor (3/3), sebanyak 26.587 penonton membeli tiket dan menyaksikan jalannya bigmatch yang mempertemukan Persib dan Persija.

B. AREMA
Strategi untuk mengurangi angka kebocoran tiket juga ditunjukkan Arema. Klub berjuluk Singo Edan ini sudah bertahun-tahun dirugikan adanya kebocoran tiket yang disebabkan banyaknya penonton yang tak bertiket.
Untuk musim Liga Indonesia 1999-2000 saja, terdapat ribuan penonton yang masuk ke Stadion Gajayana tanpa tiket. Penyebabnya bermacam-macam. Dinding stadion yang hanya bertinggi kurang dari 8 meter memudahkan para suporter untuk memasuki stadion secara gratis. Hanya bermodal seonggok bambu, spanduk, ataupun beberapa buah syal yang disambung dapat digunakan para penonton sebagai sarana olahraga panjat dinding secara bebas.
Alhasil dari kapasitas stadion (termasuk sentelban) yang mampu menampung 20ribuan penonton, hanya 14ribuan diantaranya yang bertiket. Hanya sekitar 70% penonton yang bertiket, sisanya masuk ke stadion secara gratis lewat berbagai cara.
Guna menanggulangi masalah tersebut, berbagai terobosan dilakukan panpel Arema. Untuk mencegah suporter nekad memanjat dinding stadion, ditempatkan beberapa regu tenaga keamanan untuk berjaga di sekitar dinding stadion. Selain itu, pihak pengelola stadion juga memasang kawat/besi berduri di dinding bagian atas.
Beberapa insiatif tersebut memang berhasil mengurangi kenekadan penonton yang mencoba masuk ke stadion. Aksi-aksi nekad semacam ini baru mereda setelah Arema memindahkan kandang ke stadion yang memiliki tinggi dinding lebih tinggi, misalnya Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang.
Toh ternyata penyebab kebocoran tiket Arema tidak hanya disebabkan oleh aksi panjat dinding stadion semata. Selama dua dasawarsa terakhir, Panpel Arema seakan sudah kenyang asam garam akibat aksi yang menimbulkan terjadinya kebocoran tiket.
Berbagai strategi dicoba oleh Panpel untuk mengurangi angka kebocoran tiket. Untuk mencegah penggunaan tiket palsu dalam pertandingan Arema, panpel bekerjasama dengan petugas keamanan dan portir untuk mensortir lebih teliti tiket yang diserahkan oleh penonton saat memasuki stadion. Namun tindakan ini baru sebatas manual, karena terhambat belum tersedianya sistem dan prasarana yang dibutuhkan.
Selain itu Panpel Arema juga pernah mengurangi jumlah tiket yang dijual. Meskipun jumlah tiket yang dijual sebelumnya sesuai kapasitas, senyampang angka kebocoran tiket masih belum menunjukkan angka nol, Panpel 'terpaksa' melakukannya untuk menjaga lonjakan penonton tak bertiket yang akan memenuhi tribun stadion.
Jika bertahun-tahun lalu jumlah tiket yang dijual mencapai 42500, namun perlahan-lahan tiket yang terjual dikurangi hingga sekitar 33ribuan saja untuk pertandingan Arema di Stadion Kanjuruhan. Untuk pertandingan di Stadion Gajayana jumlah tiket yang dijual berada di kisaran 23ribuan dari kapasitas yang mencapai 30ribu orang.
Panpel Arema juga memasang spanduk di beberapa titik stadion untuk mensosialisasikan gerakan menonton pertandingan dengan bertiket. Khusus Panpel Arema ISL menerapkan penggunaan gelang penanda di tiap pertandingan yang akan diberikan bagi penonton bertiket sejak 7 Februari 2013. Dalam beberapa waktu kedepan akan didapat data statistik berupa efektifnya pemakaian gelang untuk mengurangi kebocoran tiket. Untuk mengurangi kebocoran tiket hingga nol persen, dibutuhkan beberapa effort lain dari Panpel Arema untuk mengatasinya .

C. PERSISAM
Musim lalu Stadion Segiri sebagai tempat penyenggaraan pertandingan ISL 2011-2012 sempat mengalami kecolongan adanya penonton tak bertiket. Meski tidak disebutkan berapa jumlah prosentase kebocoran namun masalah ini sempat menimbulkan keresahan bagi klub.
Masalah ini tak luput dari perhatian manajemen. Dikutip dari Tribunnews, manajemen Persisam Putra Samarinda memastikan bakal mengganti pengelola ataupun panitia penyelenggara Stadion Segiri Samarinda, untuk pertandingan kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012/2013.
Alasan pergantian pengelola atau penyelenggara, lantaran diduga pengelolaan penjualan tiket pertandingan bocor dan menyebabkan tidak memenuhi target pendapatan dari penjualan karcis penonton.

Solusi:
Diluar upaya dan tindakan yang dilakukan oleh klub, sejatinya terdapat banyak solusi yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya kebocoran tiket.
Berikut ini adalah contoh solusi yang dapat digunakan oleh para panpel dan klub untuk mencegah terjadinya kebocoran tiket. Solusi ini dirangkum dari berbagai sumber serta hasil analisa dari berbagai sumber serta hasil analisa dari berbagai sumber terjadinya kebocoran tiket diatas :




A. UNSUR PANPEL

  1. Pemilihan petugas yang benar-benar terseleksi dengan baik dan sanggup mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan job description yang telah ditentukan oleh Panpel.
  2. Ketegasan dari panpel/petugas didalam stadion bilamana terdapat penonton yang tak bertiket dan tidak dapat menunjukkan bukti potongan tiket yang dimilikinya sesuai dengan nomor bangku yang ia tempati.
  3. Pemberian reward dan punishment bagi petugas yang berjaga di pintu masuk stadion. Tambahan komisi dapat diberikan kepada petugas yang berhasil mencegah kebocoran tiket, dimana jumlah penonton yang masuk dan dihitung oleh petugas checker (telah terseleksi dan dipercaya dengan baik) sesuai dengan jumlah tiket yang diterima dari penonton di pintu masuk tersebut. Award lain dapat digunakan pada momen tertentu bilamana terdapat petugas yang konsisten dalam melaksanakan tugasnya dan telah dinilai secara layak oleh klub.
  4. Rotasi atau pergantian petugas

B. UNSUR PENONTON
  1. Kampanye budaya slogan 'masuklah stadion dengan membawa tiket yang sah', 'stop budaya masuk stadion dengan jalan nrombol', dan sejenisnya dan diterapkan dengan sebaik-baiknya menjelang pertandingan sepakbola dilaksanakan.
  2. Tidak memaksakan diri untuk masuk ke stadion dengan cara ilegal jika tidak memiliki tiket pertandingan yang sah.
  3. Membangun kesadaran diantara sesama suporter bilamana klub membutuhkan partisipasi suporter secara ekonomis dengan wujud pembelian tiket bilamana ingin menonton pertandingan.

C. SISTEM
  1. Menerapkan sistem ticketing 1 buah tiket hanya dapat digunakan untuk 1 orang saja.
  2. Memberlakukan beberapa tarif dan jenis tiket sesuai tempat duduk dan peruntukannya. Misal : pembuatan tiket untuk anak-anak/pelajar maupun golongan tertentu dengan tarif reduksi. Untuk penonton dibawah umur/manula sebesar 20-25% yang lazim digunakan oleh panpel di stadion di Eropa.
  3. Memberlakukan electric ticket dan electronic gate system (sistem pemindai berdasarkan infra red, barcode, dan lainnya), untuk mendeteksi dan mencegah pemalsuan tiket (automatic system), dimana hanya penonton bertiket dan telah dipindai secara otomatis oleh sistem yang terintegrasi dengan server database dapat masuk ke stadion. Sistem akan menerima data dari tiket yang dimasukkan oleh pengunjung, diolah server untuk dilakukan verifikasi dan pencocokan data (barcode, nomor tiket, dsb). Jika valid maka data akan dikirim kembali ke rangkaian sistem di pintu masuk dan pintu dibuka secara otomatis untuk penonton yang bertiket sah tersebut.
  4. Petugas dapat membawa mobile checker bilamana jika didalam stadion timbul perselisihan yang disebabkan oleh tiket yang memiliki barcode, nomor ganda maupun tiket yang tidak dipindai dengan baik akibat sistem scanning di pintu masuk mengalami masalah.
  5. Membuat program 'nonton bareng' diluar stadion bagi penonton yang tak kebagian tiket masuk (dapat digunakan pada pertandingan yang sold out penjualan tiketnya). Agar lebih ekonomis, klub dapat menyediakan tempat tersendiri secara 'eksklusif' dengan memberikan beberapa layanan yang menguntungkan secara ekonomis bagi penonton dan klub.
  6. Memberlakukan sistem ring, hanya penonton bertiket yang dapat mengakses kawasan ring terdekat dengan stadion. Agar tidak terjadi bercampurnya antara penonton bertiket dan tak bertiket di area ring terdekat (ring 1), maka ticket box dapat dibuat diluar ring 1 seperti halnya yang terdapat pada kawasan Gelora Bung Karno di Jakarta.
  7. Pembuatan sistem antrian yang 'berliku' dan kokoh untuk mencegah antrian penonton yang tak tertib dan nrombol.
  8. Bilamana Panpel hanya dapat menerapkan sistem manual bagi masuknya penonton ke stadion, seyogyanya dapat menyediakan petugas tambahan untuk menghitung jumlah penonton yang masuk ke stadion (checker) dengan menggunakan beberapa alat manual. Hasil perhitungan kemudian dicocokkan dengan jumlah tiket yang diterima oleh petugas pintu masuk stadion. Selisih perhitungan antara petugas checker dengan tiket yang terkumpul di pintu masuk tertentu dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perhitungan jumlah kebocoran tiket. Kemudian panpel dapat melakukan inisiasi dan tindakan lebih lanjut untuk memperkecil atau menekan angka kebocoran tiket dalam pertandingan-pertandingan selanjutnya.

D. INFRASTRUKTUR
  1. Pembuatan single seat ataupun kursi bernomor di tribun penonton. Kursi yang hendak digunakan haruslah sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket masuk.
  2. Pembuatan beberapa kawasan ring di kawasan stadion untuk membedakan antara penonton yang telah memegang tiket masuk yang dapat mengakses kawasan ring terdekat dengan stadion. Antar kawasan ring dapat dipisahkan dengan pagar.
  3. Penambahan pintu masuk stadion untuk mencegah antrian atau penumpukan calon penonton di beberapa pintu masuk tertentu.
  4. Mempertinggi dinding tribun untuk mencegah penonton nekat dan berusaha mengakses masuk stadion secara ilegal dengan jalan memanjat dinding stadion.
  5. Penyediaan sarana dan fasiltias pendukung di dalam stadion seperti pintu dan pagar masuk stadion yang kokoh, gerbang/pintu elektronik, dan sebagainya.
http://www.wearemania.net/4868-editorial-kebocoran-tiket-siapa-yang-rugi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar