Melihat banyaknya potensi masalah yang dihadapi klub untuk
melawan kebocoran tiket. Sepertinya mustahil jika inisiasi penyelesaian masalah
hanya melibatkan salah satu pihak semata. Itupun jika klub menginginkan
prosentase kebocoran tiket mendekati angka nol persen.
Paling tidak, diperlukan kerjasama melibatkan semua pihak,
baik dari unsur panpel, penonton maupun dengan perbaikan sistem dan
infrastruktur. Tanpa kerjasama yang solid dikhawatirkan celah kebocoran tiket
masih menganga dan siap mengikis setiap potensi keuntungan yang didapat dari
tiket pertandingan.
Siasat:
Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kebocoran tiket
tidak serta merta dibiarkan oleh klub. Beragam cara dan upaya coba diatasi oleh
para klub untuk mengurangi besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kebocoran
tiket.
Inisiasi perbaikan harus dimulai sejak dini, dari
mempersiapkan SDM, membuat sistem yang efektif dari pintu-pintu masuk stadion,
hingga perbaikan infrastruktur yang melibatkan pemilik/pengelola stadion.
Beberapa klub memilih melakukan pengetatan sejak internal
klub dulu, baru mengajak serta pihak lain untuk bekerjasama menanggulangi
kebocoran tiket. Beberapa klub dibawah ini adalah contoh nyata beberapa
perbaikan yang dilakukan oleh para panpel :
A. PERSIB
|
Da tahun lalu klub berjuluk Maung Bandung ini melakukan pemotongan harga tiket hingga 50% untuk tribun dibelakang gawang. Hal ini dilakukan setelah
panpel melalukan evaluasi akibat kebocoran tiket mencapai 50-70%.
Untuk menanggulangi pemalsuan tiket klub yang didukung oleh
Bobotoh (sebutan suporter Persib) tersebut juga berencana menerapkan penggunaan
teknologi berupa barcode pada tiket. Cara ini pernah digunakan oleh Persib, dan
sistem ini dinilai sukses dalam menghindari pemalsuan tiket.
Selama ini pemalsuan tiket hanya dapat dideteksi secara
manual, mengandalkan kejelian pengamatan para petugas portir di pintu masuk.
Diharapkan dengan tiket yang menggunakan sentuhan teknologi informasi tersebut
dapat mendeteksi peredaran tiket palsu dan tidak teregistrasi oleh sistem
informasi yang dibuat oleh panpel.
Bentuk tiket barcode sangat sulit untuk dipalsu, karena
hanya rangkaian kode angka yang terdaftar/teregistrasi oleh sistem yang dapat
dideteksi oleh mesin scanner. Para penonton yang menggunakan tiket tanpa
barcode dapat dilakukan pengecekan lebih lanjut apakah tiket tersebut ilegal
(palsu) atau tidak.
Selain barcode sebenarnya panpel dapat menjual e-ticket
(tiket elektronik) yang memiliki fungsi sama seperti tiket fisik yang dijual di
loket ataupun para calo. Tiket jenis ini memiliki nilai lebih dalam hal
penghematan (karena tidak memerlukan pencetakan tiket fisik) dan memudahkan
kontrol distribusi tiket.
Namun sayang sekali sebagian besar klub di Indonesia masih
menggunakan cara manual dalam menseleksi peredaran tiket ilegal. Umumnya tiket
hanya diperiksa dalam sekejap mata saja. Hal ini disebabkan adanya antrian
penonton yang berjubel di pintu masuk stadion dan tidak memberikan banyak waktu
bagi petugas untuk menseleksi tiket lebih detail.
Selain barcode panpel Persib diuntungkan dengan kondisi
infrastruktur di Bandung yang terus berbenah. Stadion Si Jalak Harupat yang
menemani langkah Maung Bandung beberapa tahun terakhir mendapat pembenahan
serius.
Saat ini Si Jalak Harupat mendapat renovasi berupa
pemasangan kursi tunggal bernomor (single seat). Renovasi ini dipandang sebagai
langkah maju dimana hanya beberapa stadion sepakbola di Indonesia yang memiliki
kursi bernomor untuk seluruh tribun stadion.
Dengan kursi bernomor, Panpel Persib dapat menerapkan aturan
"1 tiket = 1 tempat duduk", sebagai salah satu langkah mengurangi
kebocoran tiket secara efektif. Dengan penerapan aturan yang tegas, langkah ini
memberikan kenyamanan kepada penonton untuk mendapatkan nomor kursi yang sesuai
dengan tiketnya.
Pendeteksian kebocoran tiket dapat dilakukan didalam
stadion/tribun ketika terdapat penonton tak bertiket dan menempati kursi yang
bukan sebagai haknya. Sanksi yang diterapkan dapat berupa 'pengusiran' dari
stadion, atau pemberlakuan suplisi/denda namun tetap dikeluarkan dari stadion.
Disisi lain konsekuensi penerapan kursi bernomor memang
mengurangi kapasitas stadion Si Jalak Harupat dari 40ribu menjadi sekitar
27ribu penonton. Jumlah ini didapat dari banyaknya kursi yang baru dipasang di
stadion yang berdiri di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung tersebut.
Berkurangnya potensi pendapatan tak menjadi soal jika
melihat angka kebocoran tiket sebelum dipasang kursi bernomor tersebut sangat
tinggi (mencapai 40% lebih). Toh dengan peningkatan sarana dan kenyamanan
penonton, panpel sebenarnya dapat meningkatkan harga tiket (kebijakan yang
'lazim' dilakukan oleh banyak instansi di Indonesia).
Niscaya berapapun harganya akan tetap dibeli Bobotoh yang
setia datang menyaksikan Maung Bandung berlaga. Pada pertandingan pertama di
Stadion Jalak Harupat setelah pemasangan kursi bernomor (3/3), sebanyak 26.587
penonton membeli tiket dan menyaksikan jalannya bigmatch yang mempertemukan
Persib dan Persija.
B. AREMA
|
Strategi untuk mengurangi angka kebocoran tiket juga ditunjukkan
Arema. Klub berjuluk Singo Edan ini sudah bertahun-tahun dirugikan adanya
kebocoran tiket yang disebabkan banyaknya penonton yang tak bertiket.
Untuk musim Liga Indonesia 1999-2000 saja, terdapat ribuan
penonton yang masuk ke Stadion Gajayana tanpa tiket. Penyebabnya
bermacam-macam. Dinding stadion yang hanya bertinggi kurang dari 8 meter
memudahkan para suporter untuk memasuki stadion secara gratis. Hanya bermodal
seonggok bambu, spanduk, ataupun beberapa buah syal yang disambung dapat digunakan
para penonton sebagai sarana olahraga panjat dinding secara bebas.
Alhasil dari kapasitas stadion (termasuk sentelban) yang
mampu menampung 20ribuan penonton, hanya 14ribuan diantaranya yang bertiket.
Hanya sekitar 70% penonton yang bertiket, sisanya masuk ke stadion secara
gratis lewat berbagai cara.
Guna menanggulangi masalah tersebut, berbagai terobosan
dilakukan panpel Arema. Untuk mencegah suporter nekad memanjat dinding stadion,
ditempatkan beberapa regu tenaga keamanan untuk berjaga di sekitar dinding
stadion. Selain itu, pihak pengelola stadion juga memasang kawat/besi berduri
di dinding bagian atas.
Beberapa insiatif tersebut memang berhasil mengurangi
kenekadan penonton yang mencoba masuk ke stadion. Aksi-aksi nekad semacam ini
baru mereda setelah Arema memindahkan kandang ke stadion yang memiliki tinggi
dinding lebih tinggi, misalnya Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang.
Toh ternyata penyebab kebocoran tiket Arema tidak hanya
disebabkan oleh aksi panjat dinding stadion semata. Selama dua dasawarsa
terakhir, Panpel Arema seakan sudah kenyang asam garam akibat aksi yang
menimbulkan terjadinya kebocoran tiket.
Berbagai strategi dicoba oleh Panpel untuk mengurangi angka
kebocoran tiket. Untuk mencegah penggunaan tiket palsu dalam pertandingan
Arema, panpel bekerjasama dengan petugas keamanan dan portir untuk mensortir
lebih teliti tiket yang diserahkan oleh penonton saat memasuki stadion. Namun
tindakan ini baru sebatas manual, karena terhambat belum tersedianya sistem dan
prasarana yang dibutuhkan.
Selain itu Panpel Arema juga pernah mengurangi jumlah tiket
yang dijual. Meskipun jumlah tiket yang dijual sebelumnya sesuai kapasitas,
senyampang angka kebocoran tiket masih belum menunjukkan angka nol, Panpel
'terpaksa' melakukannya untuk menjaga lonjakan penonton tak bertiket yang akan
memenuhi tribun stadion.
Jika bertahun-tahun lalu jumlah tiket yang dijual mencapai
42500, namun perlahan-lahan tiket yang terjual dikurangi hingga sekitar
33ribuan saja untuk pertandingan Arema di Stadion Kanjuruhan. Untuk
pertandingan di Stadion Gajayana jumlah tiket yang dijual berada di kisaran
23ribuan dari kapasitas yang mencapai 30ribu orang.
Panpel Arema juga memasang spanduk di beberapa titik stadion
untuk mensosialisasikan gerakan menonton pertandingan dengan bertiket. Khusus
Panpel Arema ISL menerapkan penggunaan gelang penanda di tiap pertandingan yang
akan diberikan bagi penonton bertiket sejak 7 Februari 2013. Dalam beberapa
waktu kedepan akan didapat data statistik berupa efektifnya pemakaian gelang
untuk mengurangi kebocoran tiket. Untuk mengurangi kebocoran tiket hingga nol
persen, dibutuhkan beberapa effort lain dari Panpel Arema untuk mengatasinya .
C. PERSISAM
|
Musim lalu Stadion Segiri sebagai tempat penyenggaraan
pertandingan ISL 2011-2012 sempat mengalami kecolongan adanya penonton tak
bertiket. Meski tidak disebutkan berapa jumlah prosentase kebocoran namun
masalah ini sempat menimbulkan keresahan bagi klub.
Masalah ini tak luput dari perhatian manajemen. Dikutip dari
Tribunnews, manajemen Persisam Putra Samarinda memastikan bakal
mengganti pengelola ataupun panitia penyelenggara Stadion Segiri Samarinda,
untuk pertandingan kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012/2013.
Alasan pergantian pengelola atau penyelenggara, lantaran
diduga pengelolaan penjualan tiket pertandingan bocor dan menyebabkan tidak
memenuhi target pendapatan dari penjualan karcis penonton.
Diluar upaya dan tindakan yang dilakukan oleh klub,
sejatinya terdapat banyak solusi yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya
kebocoran tiket.
Berikut ini adalah contoh solusi yang dapat
digunakan oleh para panpel dan klub untuk mencegah terjadinya kebocoran tiket.
Solusi ini dirangkum dari berbagai sumber serta hasil analisa dari berbagai sumber serta hasil analisa dari berbagai sumber terjadinya
kebocoran tiket diatas :
A. UNSUR PANPEL
|
- Pemilihan petugas yang benar-benar terseleksi dengan baik dan sanggup mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan job description yang telah ditentukan oleh Panpel.
- Ketegasan dari panpel/petugas didalam stadion bilamana terdapat penonton yang tak bertiket dan tidak dapat menunjukkan bukti potongan tiket yang dimilikinya sesuai dengan nomor bangku yang ia tempati.
- Pemberian reward dan punishment bagi petugas yang berjaga di pintu masuk stadion. Tambahan komisi dapat diberikan kepada petugas yang berhasil mencegah kebocoran tiket, dimana jumlah penonton yang masuk dan dihitung oleh petugas checker (telah terseleksi dan dipercaya dengan baik) sesuai dengan jumlah tiket yang diterima dari penonton di pintu masuk tersebut. Award lain dapat digunakan pada momen tertentu bilamana terdapat petugas yang konsisten dalam melaksanakan tugasnya dan telah dinilai secara layak oleh klub.
- Rotasi atau pergantian petugas
B. UNSUR PENONTON
|
- Kampanye budaya slogan 'masuklah stadion dengan membawa tiket yang sah', 'stop budaya masuk stadion dengan jalan nrombol', dan sejenisnya dan diterapkan dengan sebaik-baiknya menjelang pertandingan sepakbola dilaksanakan.
- Tidak memaksakan diri untuk masuk ke stadion dengan cara ilegal jika tidak memiliki tiket pertandingan yang sah.
- Membangun kesadaran diantara sesama suporter bilamana klub membutuhkan partisipasi suporter secara ekonomis dengan wujud pembelian tiket bilamana ingin menonton pertandingan.
C. SISTEM
|
- Menerapkan sistem ticketing 1 buah tiket hanya dapat digunakan untuk 1 orang saja.
- Memberlakukan beberapa tarif dan jenis tiket sesuai tempat duduk dan peruntukannya. Misal : pembuatan tiket untuk anak-anak/pelajar maupun golongan tertentu dengan tarif reduksi. Untuk penonton dibawah umur/manula sebesar 20-25% yang lazim digunakan oleh panpel di stadion di Eropa.
- Memberlakukan electric ticket dan electronic gate system (sistem pemindai berdasarkan infra red, barcode, dan lainnya), untuk mendeteksi dan mencegah pemalsuan tiket (automatic system), dimana hanya penonton bertiket dan telah dipindai secara otomatis oleh sistem yang terintegrasi dengan server database dapat masuk ke stadion. Sistem akan menerima data dari tiket yang dimasukkan oleh pengunjung, diolah server untuk dilakukan verifikasi dan pencocokan data (barcode, nomor tiket, dsb). Jika valid maka data akan dikirim kembali ke rangkaian sistem di pintu masuk dan pintu dibuka secara otomatis untuk penonton yang bertiket sah tersebut.
- Petugas dapat membawa mobile checker bilamana jika didalam stadion timbul perselisihan yang disebabkan oleh tiket yang memiliki barcode, nomor ganda maupun tiket yang tidak dipindai dengan baik akibat sistem scanning di pintu masuk mengalami masalah.
- Membuat program 'nonton bareng' diluar stadion bagi penonton yang tak kebagian tiket masuk (dapat digunakan pada pertandingan yang sold out penjualan tiketnya). Agar lebih ekonomis, klub dapat menyediakan tempat tersendiri secara 'eksklusif' dengan memberikan beberapa layanan yang menguntungkan secara ekonomis bagi penonton dan klub.
- Memberlakukan sistem ring, hanya penonton bertiket yang dapat mengakses kawasan ring terdekat dengan stadion. Agar tidak terjadi bercampurnya antara penonton bertiket dan tak bertiket di area ring terdekat (ring 1), maka ticket box dapat dibuat diluar ring 1 seperti halnya yang terdapat pada kawasan Gelora Bung Karno di Jakarta.
- Pembuatan sistem antrian yang 'berliku' dan kokoh untuk mencegah antrian penonton yang tak tertib dan nrombol.
- Bilamana Panpel hanya dapat menerapkan sistem manual bagi masuknya penonton ke stadion, seyogyanya dapat menyediakan petugas tambahan untuk menghitung jumlah penonton yang masuk ke stadion (checker) dengan menggunakan beberapa alat manual. Hasil perhitungan kemudian dicocokkan dengan jumlah tiket yang diterima oleh petugas pintu masuk stadion. Selisih perhitungan antara petugas checker dengan tiket yang terkumpul di pintu masuk tertentu dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perhitungan jumlah kebocoran tiket. Kemudian panpel dapat melakukan inisiasi dan tindakan lebih lanjut untuk memperkecil atau menekan angka kebocoran tiket dalam pertandingan-pertandingan selanjutnya.
D. INFRASTRUKTUR
|
- Pembuatan single seat ataupun kursi bernomor di tribun penonton. Kursi yang hendak digunakan haruslah sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket masuk.
- Pembuatan beberapa kawasan ring di kawasan stadion untuk membedakan antara penonton yang telah memegang tiket masuk yang dapat mengakses kawasan ring terdekat dengan stadion. Antar kawasan ring dapat dipisahkan dengan pagar.
- Penambahan pintu masuk stadion untuk mencegah antrian atau penumpukan calon penonton di beberapa pintu masuk tertentu.
- Mempertinggi dinding tribun untuk mencegah penonton nekat dan berusaha mengakses masuk stadion secara ilegal dengan jalan memanjat dinding stadion.
- Penyediaan sarana dan fasiltias pendukung di dalam stadion seperti pintu dan pagar masuk stadion yang kokoh, gerbang/pintu elektronik, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar