Wearemania.net - Memasuki periode akhir kompetisi ISL musim 2009-2010, para kontestan ISL mulai merevisi target tim yang dicanangkan oleh manajemen pada awal musim. Tak terkecuali Arema Indonesia, tim manajemen merevisi target yang pada awal musim "hanya" mampu bersaing dipapan atas menjadi juara diakhir kompetisi.
Penampilan stabil dan terus menanjak diperlihatkan oleh tim Arema Indonesia sehingga juara paruh musim dapat digenggam. Bahkan perjalanan tim Arema musim ini diwarnai beberapa rekor yang berhasil dipatahkan, diantaranya rekor pendapatan tertinggi di Indonesia 1.3 Milyar saat derby Malang kontra Persema, mematahkan rekor tidak pernah menang lawan Persik Kediri menjadi kemenangan back to back atas rival se-Jatim, dan yang paling baru mematahkan rekor kandang fantastik milik Persiwa yang tidak pernah kehilangan poin saat main di Wamena.
Bisa jadi komentar ini meluncur dari seorang pelatih yang frustasi tidak bisa mengangkat performa tim yang dipenuhi banyak bintang dan dipersiapkan dengan matang untuk dapat merebut tahta tertinggi kompetisi ini. Sehingga kegagalan mengangkat performa ini ditutupi oleh komentar-komentar yang kontroversi dan cenderung memojokkan salah satu tim yang menuai prestasi lebih baik dari tim yang dia tukangi.
Dia
belum tahu bagaimana perjuangan punggawa Arema dilapangan, bagaimana
antisipasi adaptasi, bagaimana strategi tepat pelatih, dan bagaimana
dukungan 100 Aremania yang hadir mendukung, semua bekerja keras untuk
sebuah kemenangan. Tidak peduli dengan rekor mereka yang luar biasa, tak
mengingat bahwa disana terjadi peristiwa yang menakutkan, tak merasa
bahwa disana adalah tempat dingin dengan suhu 19 derajat Celsius yang
membuat oksigen tipis dan paru-paru memompa lebih cepat dari biasanya.
Yang mereka tahu adalah adrenalin kemenangan mereka lebih tinggi dan
kuat daripada itu semua
Barisan
sakit hati semakin bertambah ketika mendengar komentar manager
Persebaya yang mengatakan bahwa kompetisi ISL masih kental dengan
pengaturan skor. Sepak bola kita tidak rasional. Tim yang baru terbentuk
terakhir seperti Arema bisa tiba-tiba jadi calon juara, sedangkan tim
lain yang persiapannya banyak akan didegradasi, katanya. Saleh kembali
menegaskan bahwa kompetisi sepak bola Indonesia adalah kompetisidi air
kotor. Tapi saya hanya seorang Saleh, bisa apa saya melawan Nurdin.
Presiden saja tidak bisa, lanjutnya.
Kemana
saja bapak yang satu ini??? ketika dahulu banyak suporter yang bersuara
lantang menyeru perombakan di tubuh PSSI dan rela bermandikan peluh
keringat demi sebuah era baru sepakbola, dia dimana??? Ketika
ketidakpercayaan suporter dan masyarakat tumpah ruah dihalaman kantor
PSSI mungkin dia lagi duduk dikantor mewah ber-AC dengan kaki diangkat
ke atas meja sembari menyalakan sebatang rokok, padahal dia tahu bahwa
itu dilarang... tetapi dia acuh.
Sekarang,
ketika tim yang dahulu sering menjadi "korban" ketidakadilan berbalik
unggul dan lebih besar, mereka berseru lantang ini adalah skandal,
sebuah hasil yang irasional, sebuah kemenangan yang telah diskenario
oleh orang-orang berkepentingan.
Semua
ini adalah wujud ketidaksiapan hati mereka menghadapi kenyataan,
ketidaksiapan mata mereka melihat tim lain lebih besar, ketidaksiapan
mulut mereka menyadari tim lain lebih baik, dan ketidaksiapan otak
mereka menerima kekalahan menyakitkan....
Sebuah Renungan
Kawan,
kemenangan dan kekalahan layaknya dua bidang mata uang. Begitu dekat
dan begitu nyata. Kemenangan bukan hanya ketika kita berhasil
mengalahkan musuh kita dalam suatu peperangan. Kemenangan bukan hanya
jika kita berhasil meraih prestasi puncak, bukan pula jika semua
keinginan yang kita idam-idamkan tercapai seluruhnya. Akan tetapi,
kemenangan merupakan saat dimana kita dapat melawan kegagalan yang
menimpa kita. Saat dimana kita dapat mengatasi musibah dengan tetap
tersenyum. Saat dimana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang
menyedihkan. Kemenangan kita adalah saat dimana kita dapat bangkit dan
berjuang untuk dapat berdiri lagi dari kejatuhan kita...
Salam Satu Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar