Minggu, 05 Agustus 2012

AREMANIA DISASTER (3)


Kanjuruhan Disaster Minggu, 13 juli 2005

Kanjuruhan Disaster

15 April 1989, Publik Inggris pasti akan menggenal waktu ini. Terlebih bagi Liverpudlian pecinta Liverpool akan menempatkan peristiwa ini kedalam nominasi terwahid dalam sejarah berdirinya klub tersebut. 95 orang tewas dan setidaknya 200 orang cedera pada tragedi paling berdarah di Inggris. Kerusuhan ini terjadi menjelang pertandingan semifinal Piala FA waktu itu antara Liverpool dan Nottingham Forest.
Bagi publik Malang setidaknya minimal dua peristiwa yang akan membekas dan layak diperingati setiap tahunnya. Setidaknya kita bisa membenarkan ungkapan "Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Untuk Aremania kita sitir saja kalimat tersebut menjadi "Klub yang Besar adalah Klub yang dapat menghargai jasa para suporternya".

Dua hal itu adalah Tragedi Madiun 10 April 2005 dan Tragedi Kanjuruhan pada 13 Juli 2005. Hanya dalam kurun waktu 3 bulan Aremania harus kehilangan 3 orang sahabatnya. Sementara itu lebih dari 100 Aremania lainnya menderita luka-luka.

Tapi satu yang memberikan saya apresiasi tertinggi pada dua peristiwa diatas adalah mengenai Tragedi Kanjuruhan. Bersama ini Sang Penulis juga menyampaikan maaf belum bisa memuat lebih lanjut mengenai tragedi Madiun di atas mengingat terbatasnya tempat dalam tulisan saya kali ini.

Stadion Kanjuruhan relatif berusia muda nda baru dibangun beberapa tahun yang lalu. Stadion ini sempat diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri di tahun 2004 dan menjadi saksi Pertandingan persahabatan antara Arema vs PSS Sleman dengan jumlah penonton mencapai 80.000 orang dari kapasitas 50.000 penonton yang ada. Tulis Harian Surya waktu itu.

Setahun kemudian Stadion Kanjuruhan kembali dijubeli Aremania. Kali ini lewat Bigmatch Arema vs Persija yang pastinya mengundang minat banyak Aremania. Hal ini benar adanya pukul 9 pagi sudah bergerombol ribuan Aremania menanti masuk ke Stadion. Pukul 2 siang Stadion sudah penuh sorak sorai Aremania disamping sekitar 500 Jakmania yang ikut hadir di dalam Stadion Kanjuruhan Malang.

Klimaksnya Stadion yang tempat duduknya berkapasitas 50.000 penonton itu tidak sanggup menampung luberan Aremania. Sisi Sentelban sudah penuh dengan Aremania bahkan Bench pemain pun sudah tertutup dengan luberan penonton yang terus mengalir dari tribun ke sentelban.

Akhirnya Tragedi itu berulang, Himpitan lebih dari 80.000 Aremania(rekor jumlah penonton dalam sejarah Babak Reguler Liga Indonesia). Pagar pembatas di salah satu Sisi Tribun Ekonomi pun runtuh. Puluhan Aremania terjerembab jatuh ke dalam sentelban yang memiliki selokan sedalam 2 meter. Sayang 1 Aremania harus meninggalkan kita semua, Fajar Nugraha 17 tahun dari Sawojajar.

Efek dari kejadian ini tentu membuat Geger persepakbolaan Indonesia. Ini murni bukan karena kerusuhan tapi ini adalah suatu kecelakaan dan ada beberapa faktor yang menjadi kunci di dalamnya. Sebut saja antisipasi panpel mulai dari sisi ticketing, dll. Memang harus diakui ada beberapa ratus penonton yang masuk lewat menerobos pintu masak tanpa tiket. Tapi faktor utama dalam kejadian ini adalah Antisipasi Panpel, hingga kapasitas stadion yang tidak mencukupi. Tampaknya Aremania membutuhkan lebih dari Stadion Kanjuruhan untuk dibuat sebagai Senayan kedua.




Beberapa saat kemudian panpel Arema menerima hukuman sekali tidak boleh menggelar laga kandang melawan Persekabpas Pasuruan yang harus diusur sampai ke Stadion Brantas Batu. Selain itu insiden ini sampai menimbulkan perhatian dari Peter Dato Velappan Sekjen AFC. "It is a matter of serious concern that safety and security were totally sacrificed in favour of greed for more income," Kata Peter yang waktu itu sedang berkunjung ke Indonesia.

Pada pertandingan tersebut Panpel Arema mencetak 40.000 lembar tiket ekonomi dan 2.500 lembar tiket VIP. Jumlah tersebut sebenarnya masih iseal dari kapasitas tempat duduk Stadion Kanjuruhan yang lebih dari 50.000, Ada indikasi membludaknya penonton di Stadion Kanjuruhan pada waktu itu dikarenakan munculnya tiket keriting alias palsu maupun tiket yang sudah di tangan portir tidak langsung disobek namun dijual kembali. Jika seperti ini bersiaplah Panpel Arema bekerja lebih keras lagi untuk membuktikan keprofesionalitasnya kinerja mereka.

Jumlah penonton yang terlalu padat dan ramai membuat rasa kenyamanan berkurang. Ini adalah salah satu hal yang harus diperhatikan Panpel pertandingan Liga Indonesia. Kita sendiri mengetahui bahwa Stadion di Indonesia tidak banyak yang memiliki fasilitas standar internasional. Hanya Stadion Gelora Bung Karno yang bisa dikatakan berkelas "VVIP" untuk ukuran Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang belum mencapai titik maksimal.

Kedepan Stadion Kanjuruhan ini memiliki prospek yang cukup bagus bagi perkembangan Arema dan Aremania kedepannya. Bahkan tidak mungkin lewat Stadion ini aksi pemain Arema dan Aremania akan dikenal dunia. Namun patut kita sadari sebelum ataupun nantinya waktu tersebut kita(Arema dan Aremania) harus mampu menyuguhkan "pemandangan" yang lebih baik dari hal diatas. Di dalam persepakbolaan Eropa penonton memasuki sentelban bisa mengakibatkan penundaan pertandingan ataupun skorsing buat klub yang bersangkutan.

Kita ambil hikmah saja dari peristiwa ini, bagaimanapun tragedi ini harus kita kenang agar menjadi bahan pelajaran di esok hari. Bagi Panpel sudah tugasnya untuk meningkatkan rasa kenyamanan bagi Aremania ketika datang ke Stadion. Jangan sampai Stadion berjubel lagi penonton ketika karcis belum semua terjual. Sebisa mungkin dibuat antisipasi salah satunya adalah jangan menjual tiket dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas Stadion. Ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai nyawa dijual semurah mungkin seharga selembar tiket ekonomi masuk Stadion. Ini adalah tugas Panpel Arema terlebih di Liga Indonesia 2006 kejadian diatas hampir terjadi ketika Arema berhadapan dengan lawan yang sama dan beberapa pertandingan bigmatch lainnya.

Bagi Aremania kita harus sadar diri, kita datang ke Stadion dengan menyandang predikat Best Supporter. Kalau memang kita pantas menyandang predikat tersebut mati kita pertahankan dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan membeli tiket resmi dan jangan biasakan menerobos pintu masuk atau memanjat pohon. Ingat Ker! jangan sampai membahayakan dirimu dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu.

Bagi Pihak Keamanan bertugaslah sebaik-baiknya seperti amanat yang dibebankan kepada Anda. ingat profesionalitas diatas segala-galanya terlebih bagi Arema sekarang ini yang meniti jalan menuju pentas dunia.

Bagi PSSI dan BLI, harusnya kita tinjau lagi kondisi Stadion di Indonesia ini. Banyak Stadion yang seperti dipaksakan dijadikan home base pergelaran Liga Indonesia meskipun kondisinya jauh dari kata layak. Mari kita buka mata dan telinga akan kondisi hal ini. Jangan sampai kita menyepelekan keselamatan umat manusia begitu saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar