Bayangkan
hari ini tidak ada tim bernama Arema? Pasti tidak ada yang namanya Aremania,
mungkin juga tidakada kebanggaan dari Arek Malang dan mungkin peradaban di
Malang Raya ini tak sehebat sekarang. Ya, diakui atau tidak, disadari atau
tidak, keberadaan Arema benar-benar memberi arti pada kita semua.
Baik
laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, tua, muda dan
semua kalanganmulai dari lapisan paling bawah hingga kelas atas, pernahlah
sedikit-banyak bersinggungan dengan yang namanya Arema. Bahkan yang bukan asli
Arek Malang pun bangga menjadi Aremania karena tim Singo Edan Arema.Kini, nama Arema juga tak hanya untukklub. Tambal ban, warung, toko, koran dan yang lainnya pun menggunakan embel-embel nama Arema. Lebih dari itu, Arema seperti sudah mendarah daging, khususnya untuk mereka pendukung setia tim berlogo kepala singa.
Bahkan ada yang menyebut, Arema adalah agama kedua bagi mereka.
Melihat fanatisme terhadap Arema yangluar biasa ini, rasanya naïf jika kita melupakan mereka yang melahirkan Arema. Terlepas bagaimanapun perjalanan Arema hingga saat ini, pendiri Arema, termasuk Lucky Acub Zaenal layak mendapatkan penghargaan dan ucapan terimakasih atas lahirnya Arema, tahun 1987 lalu.
Apalagi bicara soal Arema kini bukan hanya tentang sepakbola. “Arema is Arema, not just a football” demikian kalimat yang sering muncul dari bibir almarhum Sam Ikul dalam setiap kesempatan berdialog dengan Aremania. Ya, Arema adalah Arema, bukan sekadar sepakbola. Kurang-lebih demikian artinya.
Jujur, kalimat ini memiliki makna yang cukup dalam. Soal lima huruf, A, R, E, Mdan A memang tak lagi sekadar urusan dukung mendukung tim Singo Edan di dalam stadion. Di luar stadion pun, mereka yang punya ikatan batin sangatkuat dengan Arema, rela mengorbankan segalanya, termasuk nyawa untuk urusan yang satu itu.
“Arema adalah harga diri,” demikian juga salah satu statemen dari almarhum Sam Ikul.
Nah, kalau sudah seperti ini, Arema memang bukan hanya urusan menang atau kalah di lapangan. Arema menjadi sumber inspirasi, jadi penyemangat, jadi pemersatu, jadi sumber pemasukan, dan lain sebagainya.
Coba lihat, berapa rupiah perputaran uang saat Arema bertanding, baik itu dikandang maupun di luar kandang. Banyak pihak yang merasakan keuntungan dari Arema, baik dengan cara jujur maupun tidak. Pastinya, keberadaan Arema menjadi salah satu penggerak roda perekonomian, di Malang maupun di luar Malang.
Sekali lagi, Arema bukan sekadar sepakbola. Hal ini juga sangat terasa bagi arek-arek Malang yang berada di luar Malang, khususnya mereka yang ada di perantauan di luar Jawa. Merekayang dari Malang alias asli dari Malang, keturunan Malang, pernah hidup di Malang atau menikahi orang Malang, bakal disebut Arema (arek Malang).
Sehingga wajar jika komunitas Arema di perantauan menyebut mereka sesuai daerahnya, seperti Arema Papua (arek Malang yang ada di Jayapura), Arema Borneo (arek Malang yang ada di Kalimantan), Arema Batavia (arek Malang yang ada di Jakarta dan sekitarnya) dan banyak lainnya.
Saya adalah salah satu wartawan yang beruntung, bisa melihat kiprah Arema diseluruh Indonesia bahkan sempat ke luar negeri. Sehingga sedikit-banyak bisa memaknai apa yang diucapkan almarhum Sam Ikul. Arema is Arema, not just a football. Saya juga cukup beruntung, sempat diangkat sebagai adik dari almarhum.
Meski saya mungkin tak banyak mengenal sosok Sam Ikul sebenarnya, bahkan almarhum mungkin juga tak mengetahui wajah saya seperti apa, namun ikatan persaudaraan sudah terjalin. Bagaimanapun, kiprah dan semangatnya melahirkan dan menjaga Arema bakal selalu dikenang oleh Arek Malang.
Selamat jalan Sam Ikul, terimakasih yang setulus-tulusnya atas perjuanganmu selama ini. Semoga amalibadahmu diterima disisi Allah, semoga segala ujian untukmu jelang akhir hayatmu ini jadi penghapus dosamu. Dan untuk Arema, biarkan waktu yang manjaga selamanya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar