Ya, sepakbola belakangan memang mendadak menjadi buah bibir media nasional.. Jika dulu kabar sepak bola yang menghias headline berita-berita pada media nasional adalah hanya jika ada kerusuhan yang dibuat supporter, sekarang sejak sepakbola dibumbui bumbu asam-manis-pahit macam Nurdin, Bakrie, Andi Malarangeng, Irfan Bachdim hingga Kiki Amalia, sepakbola menjadi primadona buruan berita, yang tak segan tampil di berita-berita nasional di prime time sekalipun.. Gejolak didalamnya tentu disorot dan dikuliti, salah satunya LSI versus LPI.. LSI, liga prestisius di ranah sepakbola nasional produk PSSI, dan Liga bentukan pengusaha Arifin Panigoro, sebagai bentuk terobosan atas bobroknya sistem dan kinerja (kinerja?) PSSI.. Tiga klub LSI hijrah ke LPI, salah satunya klub yang selama ini digerakkan oksigen berupa Dana APBD Kota Malang.. Persema..
Maka menanggapi komentar Peni, maaf, saya pun mengedepankan prasangka jelek saya.. Politis! Ini bukan masalah rivalitas Persema-Arema.. Atau AREMANIA yang mendadak jinak kepada nurdin.. PSSI cukup tidak percaya diri untuk bersaing, maka sebagai pemegang wewenang, PSSI mengeluarkan regulasi yang menghambat gerak klub jika nekad menyeberang ke LPI.. Pandanglah persaingan liga ini dengan banyak variabel.. Menghadapi Nurdin dan PSSInya, terutama dalam konteks dua liga ini, tak cukup dengan "PSSI JANCUK!!", frasa yang dipopulerkan Aremania.. Perlu upaya sistematis dan terorganisir.. Juga ketegasan pemimpin negeri, aparat hukum, peradilan, untuk menghormati harkat bangsa ini. Tak semata-mata berteriak Nurdin turun lalu tinggalkan PSSI.. Pandang variabel lain.. Banyak yang perlu dipikir panjang dan dipedulikan.. Bagaimana dengan kelangsungan eksistensi pemain? Lisensi pelatih? Liga Champion Asia yang akan segera dihadapi Arema? Tapi jika ingin menggunakan prasangka positif, anggaplah ini sebuah cubitan, yang menggeliatkan kekritisan kita. Kritis yang cerdas, berteriak tegas dengan solusi, bukan asal mengumpat revolusi.
Lain lagi di Twitter, Tempo terbaru telah terbit, membahas KORUPSSI.. Maka sepulang jam kantor saya sempatkan membeli majalah ini..
Dan? Juntrungannya saya kecewa dengan isinya.. Saya pikir TEMPO akan membahas PSSI dan segala kompleksitas masalahnya.. Namun ini malah membahas LSI 2009/2010 yang isinya sangat mendiskreditkan AREMA..
Media sekelas TEMPO saya rasa harus cukup cerdas untuk menempatkan diri secara netral.. Tujuan jurnalisme bukan hanya mengeruk konsumen dan menyebarkan berita sesuai keinginan redaksi, bagaimana dengan poin mencerdaskan bangsa? bukan mengadu domba *sigh*. Tidak peduli posisinya sebagai sponsor liga primer.
Yak, AREMA sangat didiskreditkan.. Kalimat demi kalimat diramu agar terasa sedap. Vetsinnya? Bakrie family. Media tentu juga menganut teori Supply-Demand.. Masyarakat saat ini rasanya senang melihat berita yang menjadikan Bakrie sebagai sasaran.. EITS, tunggu dulu, jangan salah paham, Ical Bakrie adalah politisi nomor satu yang saya BENCI.. Saya hanya jijik melihat sepak bola dihubungkan dengan politik..
"Sudah waktunya pemimpin kita meniru teladan dari negara lain. Aparat hukum harus dikerahkan untuk menindak tegas pelaku tak terpuji du dunia sepak bola. Akan sangat bermanfaat bila Presiden bersemangat memimpin perang melawan korupsi di sepak bola" -Majalah Tempo, Rubrik Opini, halaman 23- .. Sayangnya, kalimat menggebu itu sekedar Prolog Pemanis .. Tak ada kelanjutan.. Makin kebelakang kalimat demi kalimat saya rasa ditujukan untuk menyerang klub tertentu dan orang tertentu.
Tempo Investigasi judulnya.. Diawali kalimat "PSSI seperti membiarkan pertandingan merajalela di Liga Indonesia. Pemenang dan pecundang bisa diatur. Musim lalu Persebaya buntung, Arema beruntung" Sangat mendiskreditkan Arema bukan..
Jujur, pertandingan AREMA-Persebaya yang dimaksud, yang berakhir dengan last minute penalty, tidak membuat saya senang.. Malah kecewa.. Sungguh.. Menang dengan kontroversi semacam itu lebih tidak mengenakkan bagi saya dibanding seri atau kalah sekali pun dari klub tetangga yang kami anggap rival-nomor-satu-yang-gensi-abis-deh-kalo-kalah.. Isinya mengenai Saleh Mukadar yang mengatakan bahwan ada lima pemain Persebaya yang "dibeli", spesialis pembuat blunder, perdagangan gol, mereka menawarkan diri untuk menjadikan lapangan sebagai panggung sandiwara gara2 kepepet gaji tak kunjung dibayar..
"Persiwa Wamena ini tim aneh, karena selalu mendapat penalti di menit-menit akhir. Ujar Robert pelatih Arema saat itu. Tapi diluar dugaan banyak orang, Arema justru menang 2-0. Lewat pertandingan yang bersih, Arema bermain cantik. Dua gol Arema dicetak Muhammad Ridhuan da Roman Chmelo. Apa rahasianya? Arema mengaku meminta tim khusus PT Liga Indonesia untuk memantau pertandingan di Wamena. Kami ingin mengantisipasi faktor non teknis, begitu ujar Manajer Arema. Aema menang justru ketika pertandingan tidak diganggu "keanehan" macam-macam. Menurut sumber TEMPO, kejadian di Wamena itu indikasi bahwa Arema memang "dikawal" petinggi PSSI."
Sebuah pembunuhan karakter bukan.....
"Singkat cerita, pada Mei 2010, setelah bermain imbang 1-1 dengan PSPS Pekanbaru, Arema resmi menjadi juara. Ribuan Supporter Aremania membanjiri pertandingan terakhir Arema di SU GBK, Senayan Jakarta. Di sana, Arema mengempaskan Persija 2-1. Lengkap sudah Kesaktian tim Singo Edan."
"Kalau dirunut ke belakang, Arema sesunggunya bukan tim andalan. Ketika musim dimulai, September 2009, mereka nyaris bubar. Pemilik Arema, PT Bentoel Indonesia, mendadak menarik diri.......
Ketika krisis itulah ikatan lama antara keluarga Bakrie dan Arema hidup lagi......
Arema menerima bantuan Bakrie lebih dari 7 miliar.......
Ketika sebagian klub lain berjibaku, kasak kusuk kanan kiri dengan faktor non teknis, Arema bisa melenggang dengan gelontoran 4,5 M dari Ijen Nirwana - perusahaan pengembang perumahan milik Grup Bakrie - di awal musim ini mempertegas kedekatan antara Arema dan keluarga Bakrie"
Sedemikian dipelintir dan dipolitisir.. Investigasi? Becanda, ini layaknya Opini Satir..
Saya tidak ingin menyangkal bahwa dunia sepak bola ini memang penuh intrik sinting a la sinetron.. Cara teknis dan nonteknis ditempuh demi sebuah prestisius.. Seperti yang saya ungkapkan tadi.. Saya pun kecewa melihat pertandingan aneh Arema dan Persebaya.. Tapi yang ingin saya gugat disini adalah fakta-fakta yang tak dilirik, dilesapkan, dianggap tak ada... Keajaiban apa?? Lepaskan semua rivalitas, politik, gengsi antar klub, pakailah kacamata penikmat permainan sepak bola profesional.. Permainan Arema musim lalu, secara waras dan profesional diakui BAGUS.. Tidak peduli dengan faktor non teknis, dia bukan Dewa pertandingan, lihatlah permainan TEKNIS!!! Kecantikan permainan TEKNIS itulah penghasil utama poin demi poin, yang didapat bukan tanpa pengorbanan..
Lalu kesaktian Singo Edan?
Puluhan ribu pasang mata yang menonton langsung pertandingan penutup baik live maupun lewat televisi menjadi saksi bahwa permainan Arema saat itulah yang membawa kemenangan.. Permainan yang dihasilkan oleh taktik, strategi TEKNIS, keringat, kerja sama dan support, bukan Kesaktian !
Mungkin Arema memang belum memiliki laporan keuangan sesuai dengan SAP (walau untuk hal ini sebenarnya tidak kurang kompetensi aremania yang akuntan yang mumpuni), kami mandiri dengan donasi dari BERBAGAI sponsor termasuk Bakrie, yang selalu menjadi point of interest pemberitaan yang sayangnya melupakan yang lain. TAPI JANGAN LUPAKAN bagaimana ribuan Aremania setia mendatangi setiap pertandingan, dengan agregat tertinggi, dengan harga tiket paling mahal, demi eksistensi klub.. Jangan lupakan berbagai macam kreasi kostum dan aksesori Arema yang pembeliannya berarti memberikan sumbangsing secara langsung kepada
Arema, laga amal, meet and greet.. Nampak keseharian di setiap sudut Malang Raya, kostum Aremania baik ada atau tidaknya pertandingan, banyak dipakai sebagai atribut sehari-hari.. Sponsor bukan satu-satunya asupan Arema, dukungan materi dan spirit Aremania yang sama sekali tak disebutkan di Tempo ini lah nyawa Arema...
Saya sudah sangat MUAK dengan politisir Sepak Bola.. Jika media sebagai pencerdas bangsa malah menjadi tukang gosip oportunis yang menyajikan sebagian berita kontroversial secara tak berimbang, dan masyarakat bola yang langsung memakan mentah-mentah sajian media lalu dengan mudahnya saling menghujat, MIMPI kita kalo ingin sepak bola negeri ini waras...
Saya
hanya penikmat bola.. Yang ingin menikmati permainan 2x45 menit ini,
TANPA POLITISIR, TANPA KEPENTINGAN selain permainan itu sendiri..
Nikmati bola sebagai Game, bukan panggung sandiwara media pencitraan!!
: http://www.wearemania.net/aremania-voice/600-antara-tempo-arema-politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar